HONESTDOCS EDITORIAL TEAM
Ditulis oleh
HONESTDOCS EDITORIAL TEAM
DR. SCIENTIA INUKIRANA
Ditinjau oleh
DR. SCIENTIA INUKIRANA

Katatonia - Tanda, Penyebab, Gejala, Cara Mengobati

Dipublish tanggal: Apr 6, 2019 Update terakhir: Nov 6, 2020 Tinjau pada Agu 9, 2019 Waktu baca: 4 menit

Katatonia adalah gangguan psikomotor (bergerak) . Gangguan ini mempengaruhi kemampuan seseorang untuk bergerak secara normal meskipun telah mendapatkan rangsangan dari luar. Orang yang memilikinya mengalami berbagai macam gejala.

Gejala paling umum adalah pingsan, maksudnya penderia tidak dapat bergerak, berbicara atau merespon rangsangan. Meskipun begitu, beberapa penderita katatonia menunjukkan gerakan berlebihan dan sikap kekerasan.

Katatonia dapat bertahan dalam beberapa jam hingga setidaknya 10 hari. Gangguan ini dapat muncul kembali lebih sering selama beberapa minggu hingga tahun setelah kemunculan pertama.

Jenis Katatonia

Ahli kesehatan mental mengklasifikasikan katatonia menjadi tiga kategori yaitu lambat, ganas dan mengganggu. Katatonia lambat merupakan jenis katatonia paling sering ditemukan.

Hal ini menyebabkan gerakan melambat. Penderita mungkin memiliki pandangan kosong dan sering tidak berbicara. Penderita katatonia ganas sering mengigau. Penderita sering mengalami demam.

Penderita juga memiliki detak jantung lebih cepa dan tekanan darah tinggi. Penderita dengan katatonia mengganggu terlihat seperti lebih cepat. Mereka tidak mudah lelah dan gelisah. Terkadang mereka berubah menjadi agresif.

Penyebab Katatonia

Beberapa penyebab katatonia yaitu gangguan mental, gangguan stress pasca trauma dan penyakit Parkinson. Katatonia jarang menjadi efek samping dari beberapa pengobatan yang digunakan untuk mengobati sakit mental.

Jika anda mencurigai pengobatan yang menyebabkan katatonia, segera peiriksakan diri ke dokter. Hal ini membutuhkan penanganan medis segera. Berhenti mengkonsumsi pengobatan seperti clozapine dapat menyebabkan katatonia.

Mempelajari hasil pencitraan dapat menunjukkan beberapa orang dengan katatonia kronis yang memiliki gangguan otak. Hal ini benar terjadi dari lobus frontal dan thalamus. Teori lain adalah memiliki kelebhan atau terlalu banyak neurotransmitter yang menyebabkan katatonia.

Neurotransmitter adalah senyawa kimiawi otak yang membawa pesan dari satu neuron ke neuron lain. Satu teori yang tiba-tiba mengurangi pada dopamine, neurotransmitter , menyebaban katatonia. Teori lain adalah pengurangan pada asam gamma-aminobutryic juga menyebabkan katatonia.

Faktor Resiko Katatonia

Wanita memiliki resiko lebih tinggi memiliki katatonia. Resiko bertambah ketika umur bertambah. Sekitar 10 persen pasien rawat inap kejiwaan akut mengidap katatonia.

Pasien schizophrenia lebih mungkin mengalami gejala katatonia daripada pasien dengan gangguan mood. Psikiater biasanya mengklasifikasikan katatonia hanya sebagai gejala dari schizophrenia.

Sekarang psikiater mengklasifikasikan katatonia sebagai gangguan tersendiri. Wanita dengan depresi post-partum mungkin menderita katatonia. Faktor resiko lain adalah penggunaan kokain, konsentrasi garam rendah di darah dan menggunakan obat-obatan seperti ciprofloxacin.

Gejala Katatonia

Seseorang dengan katatonia biasanya menunjukkan postur tertentu . Hal ini terjadi ketika seseorang berada pada posisi yang sama pada waktu yang lama. Penderita dapat tetap pada posisi bahkan ketika berkeliling.

Hal ini disebut dengan fleksibilitas lilin. Penderita katatonia sering tidak makan dan minum. Hal ini dapat menyebabkan kekurangan gizi dan dehidrasi. Pasien katatonia mungkin juga memiliki echolalia. Hal ini terjadi ketika penderita merespon percakapan dengan hanya mengulangi apa yang ia dengar. Beberapa orang juga tidak berbicara sementara waktu (mutism).

Gejala katatonia mengganggu yaitu gerakan tidak biasa dan berlebihan. Gerakan tersebut yaitu Nampak gelisah, tidak mudah lelah, panik dan gerakan tanpa maksud atau berlebihan.

Katatonia ganas menyebabkan gejala paling berat. Gejala tersebut yaitu demam, berkeringat, kaku dan berkeringat. Tanda penting seperti tekanan darah, bernafas dan detak jantung dapat meningkat. Gejala ini membutuhkan perawatan segera. 

Gejala katatonia mirip dengan gejala penyakit lain yaitu:

  • Psikosis akut
  • Ensefalitis
  • Gangguan neuroleptic ganas
  • Nonkonvulsif status epileptikus

Sebelum dokter mendiagnosis katatonia, mereka harus mengeluarkan kondisi ini. Penderita harus menunjukkan paling tidak dua gejala utama katatonia selama 24 jam sebelum dokter dapat mendiagnosis katatonia.

Diagnosis Katatonia

Bush-Francis Catatonia Rating Scale adalah tes yang sering digunakan untuk mendiagnosis katatonia. Tes ini memiliki tiga pertanyaan dan nilai dari 0 sampai 3. Nilai 0 berarti tidak ada gejala katatonia dan 3 berarti memiliki gejala katatonia. Penderita dengan nilai BFCRS tinggi biasanya merespon dengan baik pengobatan benzodiazepine.

Tes darah dapat membantu mengesampingkan ketidakseimbangan elektrolit. Hal ini dapat menyebabkan perubahan fungsi mental. Emboli pulmonary atau bola-bola lemak di dalam pembuluh darah di paru-paru dapat menyebabkan gejala katatonia.

Tes darah fibrin D-dimer dapat membantu diagnosis katatonia. Jika hasil tes mencapai 500 mg/ml, kemungkinan katatonia semakin besar. CT scan atau MRI membantu dokter memeriksa otak. Hal ini membantu mengesampingkan tumor atau pembengkakan otak.

Pemeriksaan Electroencephalography (EEG) dapat digunakan untuk menyingkirkan penyakit kejang, adanya tumor atau perdarahan pada otak serta gangguan otot lainnya.

Pengobatan Katatonia

sPengobatan katatonia pada fase awal penting untuk memperbaiki prognosis penyakitnya sehingga semakin cepat terdeteksi maka keberhasilan pengobatan semakin besar. Terdapat beberapa obat yang biasanya digunakan untuk mengobati katatonia karena gangguan psikologis seperti :

  • Amobarbitol
  • Benzodiazepine
  • Bromocriptine
  • Carbamazepine
  • Lithium carbonate
  • Peregang otot
  • Reserpine
  • Hormone tiroid
  • Antidepresi trisiklis
  • Zolpidem

Benzodiazepine merupakan obat yang biasanya diresepkan oleh dokter. Obat ini meningkatkan GABA di otak. Semakin tinggi GABA, semakin kecil resiko katatonia.

Jika setelah lima hari tidak ada respon terhadap obat atau gejala makin memburuk, dokter akan memberikan pengobatan lain. Pengobatan tersebut termasuk ECT (pengobatan elektrokonvulsif).

Terapi ini sering digunakan untuk mengobati katatonia. Terapi ini dijalankan di rumah sakit di bawah pengawasan dokter. Terapi ini merupakan terapi tanpa rasa sakit. Saat penderita dibius, mesin khusus mengirimkan sengatan listrik ke otak.

Hal ini menginduksikan sengatan dalam otak selama satu hingga dua menit. Sengatan mengubah aliran neurotransmitter di otak. Hal ini dapat meredakan gejala katatonia.

Karena penyebab katatonia sering tidak diketahui, pencegahan tidak memungkinkan. Penderita sebaiknya menghindari mengonsumsi obat neuroleptic secara berlebihan seperi thorazine. Penyalahgunaan obat-obatan dapat mengakibatkan katatonia. 

 


5 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi awal mengenai kondisi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Pertanyaan dan jawaban lain tentang kondisi ini
Buka di app