Atasi Hipotermia Bukan Dengan Cara Disetubuhi, Begini Cara yang Tepat

Dipublish tanggal: Jul 24, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 3 menit
Atasi Hipotermia Bukan Dengan Cara Disetubuhi, Begini Cara yang Tepat

Dunia pendakian kembali ramai diperbincangkan di media sosial. Kali ini bukan soal kabar hilangnya pendaki yang sedang naik gunung, tapi menyangkut soal cara mengatasi hipotermia pada pendaki yang dilakukan dengan cara tidak wajar.

Dalam berita yang beredar, disebutkan terdapat seorang pendaki perempuan di Gunung Rinjani yang terkena hipotermia. Untuk menyelamatkan nyawanya, diceritakan bahwa pendaki perempuan tersebut disetubuhi agar suhu tubuhnya tetap hangat.

Kabar ini jelas menggemparkan khalayak umum. Dari sisi medis, apa benar menyetubuhi bisa menjadi salah satu cara mengatasi hipotermia? Berikut selengkapnya untuk Anda.

Apa itu hipotermia?

Saat berada di ketinggian tertentu, suhu tubuh seseorang bisa saja turun dan mengalami hipotermia. Hipotermia adalah suatu kondisi ketika tubuh tidak mampu menghasilkan panas yang cukup, sehingga suhu tubuh turun drastis melebihi batas normal (kurang dari 35 derajat Celcius).

Ketika suhu inti tubuh mulai dingin, pembuluh darah akan menyempit sehingga aliran darah di dalam tubuh jadi terhambat. Akibatnya, organ-organ tubuh tidak mendapatkan pasokan darah yang cukup sehingga aktivitasnya jadi melambat. Hal ini dapat mengakibatkan kinerja otak menurun, pernapasan tidak stabil, dan detak jantung tidak teratur

Tubuh akan mengeluarkan reaksi berupa gemetaran, kulit dingin dan pucat, napas cepat, kelelahan, dan bicara melantur. Jika tidak cepat-cepat ditangani, denyut nadi dapat terus melemah sehingga penderita bisa pingsan atau bahkan meninggal.

Baca Selengkapnya: Serba-Serbi Kondisi Hipotermia yang Harus Anda Waspadai

Mengatasi hipotermia bukan dengan cara menyetubuhi

Anggapan mengatasi hipotermia dengan cara disetubuhi yang beredar saat ini kemungkinan berawal dari metode skin to skin. Metode skin to skin alias kulit menempel kulit merupakan metode yang sering dilakukan oleh ibu untuk mencegah hipotermia pada bayi baru lahir. Hal tersebut tentu tidak dapat disamakan dengan kasus mengatasi hipotermia melalui disetubuhi.

Melansir dari laman Health, berhubungan seksual memang dapat membakar kalori dalam tubuh dan meningkatkan aliran darah. Kedua hal inilah yang membuat suhu tubuh meningkat dan kulit lebih hangat. Akan tetapi, tidak tepat rasanya jika hal tersebut dijadikan acuan untuk meningkatkan suhu tubuh pada penderita hipotermia.

Jika ingin menerapkan metode skin to skin, cukup berpelukan dalam kantong tidur (sleeping bag) atau selimut supaya suhu panas dari tubuh penyelamat berpindah ke penderita. Namun, perlu dicatat bahwa cara ini dilakukan hanya jika kondisi hipotermia sudah parah dan darurat saja. Metode skin to skin juga sebaiknya dilakukan oleh jenis kelamin yang sama atau pasangan suami istri.

Cara lain untuk mengatasi hipotermia saat naik gunung

Seorang pendaki harus melakukan persiapan yang matang. Hal ini tidak hanya bertujuan agar tubuh tetap berstamina sampai ke puncak, tapi juga mencegah hipotermia di tengah jalan.

Guna menghindari risiko kedinginan ekstrem saat naik gunung, pilihlah waktu yang tepat untuk mendaki. Hindari mendaki gunung pada saat cuaca ekstrem, misalnya cuaca berangin atau hujan lebat, karena suhu di puncak gunung bisa jadi sangat dingin dan memicu hipotermia.

Segera minta bantuan medis jika Anda atau teman sesama pendaki mengalami hipotermia. Selama menunggu bantuan medis datang, ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan, di antaranya:

  • Pindahkan penderita ke tempat yang lebih hangat dan kering.
  • Lepaskan seluruh pakaian yang basah.
  • Tutupi kepala, badan, tangan, dan kaki dengan selimut. Sisakan bagian wajahnya.
  • Bila penderita masih sadar dan mampu memberikan respon, berikan makanan dan minuman. Mengonsumsi makanan atau minuman dapat membantu meningkatkan metabolisme dan suhu tubuh.
  • Lakukan metode skin to skin, misalnya berpelukan di dalam kantong tidur (sleeping bag) atau selimut. Lagi-lagi, cara ini hanya boleh dilakukan dengan jenis kelamin yang sama atau pasangan suami istri.
  • Bila terjadi henti napas atau henti jantung, segera lakukan resusitasi jantung atau CPR.

Hindari membasuh tubuh penderita dengan air panas saat terjadi hipotermia. Alih-alih menghangatkan, cara tersebut justru dapat melukai kulit. Hal tersebut juga dapat menyebabkan detak jantung tidak teratur dan meningkatkan risiko henti jantung.

Baca Juga: Daftar Perlengkapan Naik Gunung yang Wajib Dibawa


11 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Peiris AN, Jaroudi S, Gavin M. Hypothermia. JAMA. 2018;319(12):1290. doi:10.1001/jama.2018.0749. JAMA Network. (Accessed via: https://jamanetwork.com/journals/jama/fullarticle/2676112)
Duong H, Patel G. Hypothermia. [Updated 2020 Mar 18]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. National Center for Biotechnology Information. (Accessed via: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK545239/)
Hypothermia Symptoms and Treatment. American Academy of Family Physicians. (Accessed via: https://familydoctor.org/condition/hypothermia/)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Artikel selanjutnya
Serba-serbi Kondisi Hipotermia yang Harus Anda Waspadai
Serba-serbi Kondisi Hipotermia yang Harus Anda Waspadai

Hipotermia dapat dialami oleh semua orang. Namun ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hipotermia yaitu kelelahan, gangguan mental seperti demensia, serta mengonsumsi alkohol, narkoba, atau obat penenang pereda depresi. Selain itu, usia juga dapat merangsang terjadinya hipotermia. Bayi dan lansia lebih berisiko terkena hipotermia dibandingkan remaja dan dewasa.

Buka di app