Fakta Selaput Dara

Dipublish tanggal: Feb 14, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 2 menit
Fakta Selaput Dara

Selaput dara merupakan selaput membran yang menutupi liang vagina. Selama ini, masih banyak orang yang menghubungkan keperawanan seseorang dengan robeknya selaput dara. Padahal, anggapan yang kadung beredar luas itu, sama sekali salah kaprah. Anggapan mengenai selaput dara dan hubungannya dengan keperawanan, sudah menggeser fungsi sebenarnya dari selaput dara yang semata-mata hanya sebagai pelindung vagina.

Beberapa fakta lain mengenai selaput dara, yang perlu Anda ketahui :

1. Bentuknya berbeda-beda

Bentuk selaput dara tidak seragam. Bentuk selaput dara berbeda pada setiap wanita. Ada selaput dara yang terlalu tebal sehingga menutupi keseluruhan bukaan vagina, dan ada pula yang sangat tipis, hingga sudah robek tanpa disadari, bahkan sebelum terjadi penetrasi alat kelamin

2. Robeknya selaput dara tak selalu karena penetrasi seksual  

Anggapan selama ini yang menyebut bahwa penetrasi seksual yang mengakibatkan robeknya selaput dara, tidak sepenuhnya benar. Berbagai faktor dapat menyebabkan robeknya selaput dara, di antaranya penggunaan speculum untuk memeriksa liang vagina, penggunaan tampon, aktivitas fisik yang terlalu berat, cidera, trauma, hingga adanya penetrasi seksual. 

3. Utuh tidaknya selaput dara hanya bisa dilihat dengan pemeriksaan medis

Ya, robek atau tidaknya selaput dara seseorang tidak bisa terlihat dari luar.  Hanya melalui pemeriksaan medis secara langsung yang bisa mengetahui secara pasti apakah selaput dara seseorang masih utuh atau tidak.   

4. Tidak semua wanita memiliki selaput dara

Banyak yang belum mengetahui fakta ini: tidak semua wanita memiliki selaput dara sejak lahir. Bahkan perbandingannya, sekitar satu dari seribu wanita tidak memiliki selaput dara sejak lahir.

Jadi, selaput dara tidak selayaknya menjadi ukuran keperawanan seorang wanita. 

5. Tidak selalu berdarah

Hal lain yang mematahkan mitos seputar selaput dara adalah fakta, bahwa tidak semua wanita mengalami perdarahan pada pengalaman seknya yang pertama. Perlu Anda ketahui, hanya 43% wanita yang benar-benar mengalami perobekan selaput dara hingga berdarah, pada pengalaman seks pertamanya, dan 57% lainnya tidak mengalami perdarahan.

Robekan selaput dara umumnya tidak akan menyebabkan perdarahan berat; Anda dapat mengompres vagina dengan es untuk membantu menghentikan perdarahan dan menghilangkan rasa sakit. Hindari penggunaan tampon dan jangan melakukan interaksi seksual hingga robekan benar-benar sembuh.  Jika perdarahan terus berlanjut, berkonsultasilah ke dokter karena ada kemungkinan terjadinya perobekan vagina dan kanker serviks. Waspada juga berbagai kemungkinan kondisi penyakit kelamin seperti gonore, polip serviks, cervical dysplasia, klamidia, infeksi yeast vagian, polip uterine, vaginitis, trichomoniasis, endrometritis dan tumor fibroid.


21 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Twenge JM, et al. (2017). Sexual inactivity during young adulthood is more common among U.S. millennials and iGen: Age, period, and cohort effects on having no sexual partners after age 18. DOI: (https://doi.org/10.1007/s10508-016-0798-z)
Sprecher S. (2014). Evidence of change in men’s versus women’s emotional reactions to first sexual intercourse: A 23-year study in a human sexuality course at a Midwestern university. DOI: (https://doi.org/10.1080/00224499.2013.867923)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app