6 Cara Membatasi Konsumsi Gula pada Anak

Dipublish tanggal: Jun 26, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Jul 22, 2019 Waktu baca: 3 menit
6 Cara Membatasi Konsumsi Gula pada Anak

Kebiasaan makan biasanya dimulai sejak usia anak-anak sehingga untuk membentuk pola makan yang sehat, setiap anak perlu diberikan pemahaman mengenai manfaat dan bahaya kandungan dari makanan yang mereka konsumsi, termasuk salah satunya kandungan gula bagi tubuh. Tidak sedikit pula orang tua yang memberikan pengertian bagi anak mereka bahwa makanan manis yang mengandung gula memang menyenangkan untuk dimakan, tetapi tidak baik untuk gigi serta kesehatan tubuh.

Anak kecil pasti suka permen, cokelat, atau makan makanan yang bersifat manis, tetapi tidak hanya anak-anak, bakteri di mulut pun menyukainya. Kandungan sukrosa atau gula merupakan ‘makanan’ bagi bakteri yang dapat menyebabkan kerusakan gigi. Membatasi jumlah gula yang dikonsumsi, baik bagi orang dewasa maupun anak-anak merupakan salah satu kunci penting untuk membuat tubuh tetap sehat. 

Berikut ini beberapa cara yang disarankan kepada para orang tua dalam membatasi konsumsi gula pada anak sehingga dapat menghindari kemungkinan anak mengalami sakit gigi dan bahaya gula bagi tubuh lainnya di kemudian hari.

6 Cara Membatasi Konsumsi Gula pada Anak

1. Ketahui batasan gula yang tepat

Saat memilih cemilan atau snack untuk anak, perhatikan kandungan yang terdapat di dalamnya, termasuk kandungan gula dengan pemanis alami buatan seperti sirup jagung atau gula putih. Gula yang terbentuk secara alami seperti pada susu dan buah-buahan mungkin tidak terlalu mengkhawatirkan tetapi jumlahnya tetap perlu dibatasi. 

Menurut WHO, konsumsi gula pada orang dewasa tidak boleh melebihi 6 sdt per hari, sementara pada anak-anak tidak boleh melebihi 3 sdt gula. Maka dari itu, jumlah konsumsi gula harus dibatasi oleh orang tua sesuai usia anak. Beberapa anak bahkan memiliki keturunan penyakit diabetes mellitus tipe 1 sehingga harus memiliki kondisi tersebut seumur hidup.

Baca juga: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Diabetes Mellitus

2. Fakta mengenai jus buah

Jus buah memang sering dianggap sebagai minuman segar yang sehat karena berasal dari buah yang mengandung gula alami. Tetapi sebenarnya jus buah mengandung gula dan kalori yang tinggi sehingga berpotensi merusak gigi, apalagi jika diminum terlalu sering. Hal ini juga secara tidak langsung menjadi penyebab bakteri tumbuh dan membentuk rongga pada gigi dan menghasilkan asam yang dapat menggerogoti gigi. 

Selain itu, jus buah juga dapat menyebabkan enamel gigi terkikis, memicu terjadinya gigi keropos, gigi berlubang, dan membuat warna gigi menjadi kuning. Karenanya lebih baik untuk mengonsumsi buah segar serta mengajak anak untuk lebih banyak minum air putih dan susu sebagai cara lain untuk membatasi konsumsi gula pada anak karena itu menjadi pilihan yang lebih untuk kesehatan mereka.

3. Hindari minuman bersoda

Minuman bersoda atau minuman manis berkarbonasi dapat berdampak buruk bagi kesehatan gigi pada anak. Dalam satu kaleng soda yang dikonsumsi dapat mencukupi jumlah gula yang diperlukan anak selama tiga hari. Selain itu, berdasarkan sebuah hasil penelitian, anak-anak yang sering mengonsumsi minuman soda atau minuman manis dapat menyebabkan terjadinya erosi pada gigi di mana email gigi mulai terkikis. 

Oleh karena itu diperlukan ketegasan dari orang tua untuk melarang anak minum minuman bersoda terlalu sering. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kesehatan anak dan menghindari risiko obesitas pada anak.

4. Memilah makanan ringan yang bersifat lengket

Makanan ringan yang memiliki sifat lengket seperti manisan buah dianggap menjadi salah satu alternatif snack sehat, padahal itu salah. Hal ini sama saja seperti permen alami, bahkan terkadang dampaknya mungkin lebih buruk dari permen karena dapat menempel di gigi lebih lama daripada susu cokelat. 

Hal ini juga berlaku pada kismis yang sering dianggap menjadi pilihan makanan ringan alami malah dapat menjadi salah satu makanan terburuk yang dapat merusak gigi karena bersifat lengket dan menyebabkan kismis menempel pada gigi dalam waktu yang lama sehingga menyebabkan gula dalam makanan tersebut juga 'dimakan' oleh bakteri dalam mulut.

5. Perhatikan sajian makanan yang mengandung karbohidrat

Siapa yang tidak menyukai kerupuk dan keripik? Hampir semua orang suka, termasuk anak-anak. Tetapi siapa yang sangka, kerupuk memiliki kandungan gula yang tinggi. Bahkan ada anggapan bahwa kerupuk merupakan biskuit dengan rasa asin. Kandungan gula yang terdapat dalam kerupuk ataupun keripik dapat menyebabkan terjadinya penumpukan gula pada bagian atas gigi dalam jangka waktu yang lama dan dapat meningkatkan risiko gigi berlubang. 

6. Berikan contoh pada anak

Jika Anda ingin anak Anda memiliki gigi yang sehat dengan cara memperhatikan kandungan gula melalui makanan dan minuman yang dikonsumsi, Anda pun perlu untuk melakukan hal yang sama dan memberi contoh pada anak sehingga akan ada perubahan besar bagi kesehatan keluarga Anda. Karena jika Anda ingin mengubah kebiasaan anak, bukan hanya tentang apa yang mereka lakukan, tetapi Anda pun perlu melakukan hal yang sama dengan anak Anda. Salah satunya dengan mengajarkan anak untuk rajin menggosok gigi sejak kecil sehingga menjadi kebiasaan sehat yang baik untuk dilakukan setiap hari.

Baca juga: Cara Sikat Gigi yang Benar


5 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Sugar Recommendation Healthy Kids and Teens Infographic. American Heart Association. (https://www.heart.org/en/healthy-living/healthy-eating/eat-smart/sugar/sugar-recommendation-healthy-kids-and-teens-infographic)
Reducing free sugars intake in children and adults. World Health Organization (WHO). (https://www.who.int/elena/titles/guidance_summaries/sugars_intake/en/)
Guideline: sugars intake for adults and children. World Health Organization (WHO). (https://www.who.int/nutrition/publications/guidelines/sugars_intake/en/)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app