Mengenal Cacing Anisakis 'Si Penghuni' Produk Ikan Kalengan

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca: 3 menit
Mengenal Cacing Anisakis 'Si Penghuni' Produk Ikan Kalengan

Beberapa hari terakhir, masyarakat di buat gempar dengan ditemukannya cacing pada beberapa produk ikan kalengan. Keresahan semakin menjadi, lantaran beberapa merk ikan kalengan yang positif mengandung parasit cacing ternyata merupakan produk yang kerap ditemukan di pasaran dan biasa dikonsumsi.

Lantas, berbahayakah bila parasit cacing tersebut masuk ke dalam tubuh manusia? Bagaimana pula sebaiknya kita menyikapi fenomena seperti ini? Berikut uraiannya.

Mengenal lebih jauh seputar cacing anisakis

Parasit cacing yang ditemukan dalam beberapa produk ikan kalengan merupakan jenis cacing nematoda umum yang disebut dengan Anisakis sp. Cacing ini memang hidup dan menginfeksi banyak spesies ikan air laut.

Larva cacing pada ikan kalengan

Di Indonesia sendiri, Anisakis sp. biasa dijumpai pada beberapa jenis ikan karnivora, seperti ikan kakap, kerapu, kembung, tongkol, tuna, cakalang, GT atau kuwe gerong dan beberapa jenis ikan laut lainnya.

Siklus hidup cacing ini cukup rumit. Tahap pertama, betina dewasa akan menghasilkan begitu banyak telur didalam perut mamalia laut seperti paus dan lumba-lumba. Telur-telur tersebut kemudian ditumpahkan oleh mamalia laut bersamaan dengan kotoran yang mereka keluarkan. Mengambang di air dan menetas menjadi larva tahap pertama. Selang beberapa jam kemudian, larva tahap pertama meranggas menjadi larva tahap kedua dan mulai berenang-renang bebas di lautan dan tertelan oleh krustasea (udang-udangan). Selepas itu, krustasea yang terinfeksi akan dimangsa oleh ikan-ikan kecil atau cumi-cumi. Di dalam usus dan rongga peritoneum ikan-ikan kecil maupun cumi-cumi, larva tersebut hidup dan kemudian berubah menjadi larva tahap ketiga yang dapat tumbuh hingga 3 cm panjangnya, dan berwarna putih. Ikan-ikan karnivora yang memangsa ikan-ikan kecil atau cumi-cumi  yang terinfeksi menjadi inang perantara selanjutnya dari larva tahap ketiga tersebut. Sebelum pada akhirnya kembali mencapai inang target/akhir, yakni mamalia laut. Lantas menjadi bentuk yang sempurna dengan ukuran yang lebih panjang, tebal dan kokoh.

Bagaimana manusia dapat terinfeksi?

Manusia dapat terinfeksi larva Anisakis sp. tahap ketiga hanya bila mengonsumsi ikan laut atau hidangan laut lainnya yang telah terinfeksi dalam keadaan mentah atau setengah matang. Untuk itu, bagi penggemar makanan laut mentah/setengah matang seperti sushi atau sashimi, harus lebih berhati-hati.

Infeksi Anisakis sp. dapat menyebabkan terjadinya anisakiasis, yakni infeksi parasit yang menyerang dan menimbulkan peradangan pada saluran cerna seperti lambung atau usus. Dalam beberapa kasus, infeksi ini hanya dapat ditangani melalui endoskopi atau pembedahan.

Gejalanya ditandai dengan munculnya ruam dan gatal pada kulit, sakit perut, mual, muntah, distensi abdomen, diare, keluarnya darah dan lendir pada feses, demam ringan hingga reaksi alergi berat (anafilaksis). Beberapa orang mengalami kesemutan di mulut atau tenggorokan yang menandakan adanya pergerakan cacing di area tersebut.

Selengkapnya baca: Bahaya, gejala dan tanda setelah menelan cacing makarel kalengan

Cacing anisakis dalam usus manusia

Menyikapi keberadaan cacing anisakis di sejumlah produk ikan kalengan

Temuan cacing anisakis pada beberapa produk ikan kalengan yang kemudian menimbulkan keresahan di masyarakat merupakan suatu fenomena yang wajar adanya. Kendati demikian, masyarakat tak perlu berlarut-larut terkungkung dalam keresahan. Faktanya, cacing tersebut akan mati pada suhu -20°C dan atau 60°C.

Para nelayan yang menangkap ikan sarden, makarel atau tuna sebagai bahan utama produk ikan kalengan akan langsung menempatkan hasil tangkapannya tersebut ke dalam cold storage. Dimana standar cold storage yang diperuntukkan untuk membekukan ikan tersebut berdasarkan BPOM dan Hak Asisi standar dunia berkisar antara suhu -20°C hingga -30°C.

Belum lagi, proses pemanasan produk ikan kalengan yang mencapai suhu di atas 100°C  sehingga akan membunuh cacing anisakis tersebut untuk kedua kalinya. Dengan demikian, konsumsi produk ikan kalengan bisa dipastikan aman atau tidak akan berdampak pada kesehatan. Jadi masyarakat tak perlu terlalu khawatir atau resah akan hal ini.

Namun, lain halnya jika kita melihat dari segi estetika. Pasalnya, banyak yang akan merasa geli atau jijik ketika melihat keberadaan cacing di dalam produk ikan kalengan yang hendak dikonsumsinya. Dengan begitu penarikan terhadap sejumlah produk yang positif mengandung cacing anisakis tetap harus dilakukan oleh pihak yang berwenang.

Satu hal yang perlu diingat, sebaiknya batasi atau bila perlu hindari konsumsi makanan laut mentah atau setengah matang. Bila memang masih berniat mengonsumsinya, maka pastikan restoran yang menyediakan makanan tersebut benar-benar menggunakan bahan baku berkualitas dan terjamin mutunya.


4 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Anisakiasis. Information about Herring Worm disease. Patient. (Accessed via: https://patient.info/doctor/anisakiasis.htm)
Anisakis Raw Fish Parasite Symptoms and Treatment. Verywell Health. (Accessed via: https://www.verywellhealth.com/anisakis-raw-fish-parasite-1958783)
Anisakiasis - Frequently Asked Questions (FAQs). Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (Accessed via: https://www.cdc.gov/parasites/anisakiasis/faqs.html)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app