Kecanduan Game Bisa Picu Gangguan Mental, Kok Bisa?

Dipublish tanggal: Jul 18, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 3 menit
Kecanduan Game Bisa Picu Gangguan Mental, Kok Bisa?

Bermain video game kerap menjadi hobi dan pengisi waktu luang, terutama bagi kaum pria. Saking serunya, para pemain game alias gamers menganggap hal ini sebagai upaya merilekskan pikiran sekaligus melatih konsentrasi.

Namun, belakangan ini beredar video seorang pria diduga mengalami gangguan jiwa akibat kecanduan game. Sebab bila diperhatikan, jarinya terus bergerak dan pandangan mata terus tertuju pada tangannya, seolah-olah sedang bermain game. 

Kejadian ini jelas menimbulkan banyak pertanyaan di khalayak umum. Apa benar kecanduan game bisa menyebabkan gangguan mental? Berikut informasi lengkapnya.

WHO resmi tetapkan kecanduan game sebagai gangguan mental

Jumlah pemain game alias gamers di Indonesia memang belum diketahui secara pasti. Namun diperkirakan angkanya terus meningkat, mengingat begitu banyaknya masyarakat Indonesia yang suka main game, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. 

Tingginya pertumbuhan angka gamers saat ini tidak terlepas dari ketersediaan akses internet dan pengaruh media sosial. Banyak orang juga menganggap main game online merupakan salah satu tren masa kini. "Nggak main game berarti nggak gaul", begitu katanya. Namun, faktanya ternyata tidak demikian.

Organisasi Kesehatan Dunia alias WHO telah resmi menetapkan kecanduan game sebagai gangguan kesehatan mental. Hal ini dibuktikan setelah WHO menambahkan kecanduan game ke dalam versi terbaru 11th Revision of the International Statistical Classification of Diseases (ICD-11) pada tahun 2018 silam.

ICD merupakan sistem yang berisi daftar penyakit, lengkap dengan tanda, gejala, dan penyebabnya masing-masing. Terkait dengan kecanduan game, WHO memasukkan kategori ini ke dalam daftar "disorders due to addictive behavior" atau penyakit yang disebabkan oleh kebiasaan atau kecanduan.

Baca Selengkapnya: Kecanduan PUBG Mengganggu Perkembangan Mental Anak

Benarkah kecanduan game bisa sebabkan gangguan mental?

Hobi main game memang tidak semuanya bisa dikategorikan sebagai kecanduan game. Jadi, sebetulnya sah-sah saja kalau Anda ingin menghabiskan waktu dengan main game untuk melepas penat.

Namun, bukan berarti Anda bisa bebas main game tanpa kenal waktu dan bahkan sampai mengabaikan aktivitas lainnya, ya! Seorang psikiater anak dan remaja, Victor Fornari, MD, mengungkapkan kepada WebMD bahwa permainan yang melibatkan kerja tim dan membunuh musuh (seperti peperangan) cenderung paling adiktif bagi kaum muda.

Semakin seseorang kecanduan main game, dirinya akan semakin tenggelam dan merasa tidak lagi butuh beraktivitas. Ia bisa lupa makan, minum, bahkan malas ke kamar mandi hanya karena tidak ingin ketinggalan main. Akibatnya, ia lebih memilih menyendiri dan berisiko memicu depresi hingga gangguan mental lainnya.

Untuk memastikan apakah gangguan mental seseorang berasal dari kecanduan game atau tidak, para psikiater membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut. Pasalnya, kecanduan game tidak bisa didiagnosis sembarangan dan gejalanya juga mirip seperti gejala kecanduan hal-hal lainnya.

Baca Juga: Pengaruh Gadget Terhadap Aktivias Fisik Anak

Apa saja tanda dan gejala kecanduan game?

Kecanduan game disebut sebagai gangguan mental hanya apabila permainan tersebut telah mengganggu aktivitas sehari-hari. Baik itu kehidupan pribadi, keluarga,sosial, pekerjaan, hingga pendidikan.

Menurut WHO, ada 3 syarat utama seseorang dapat dikatakan mengalami kecanduan game, di antaranya:

  • Tidak dapat mengendalikan kebiasaan main game.
  • Mengutamakan main game hingga lupa waktu dan mengganggu aktivitas sehari-hari.
  • Terus bermain game walaupun telah merasakan dampak negatifnya, contohnya menjauh dari keluarga, malas pergi ke sekolah, tidak bekerja, dan sebagainya.

Seseorang dapat dikatakan mengalami kecanduan game jika telah mengalami gejala-gejala tersebut setidaknya 1 tahun. Oleh karena itu, perhatikan diri sendiri dan orang-orang di sekitar Anda, jangan sampai terjerumus dalam kecanduan game online maupun offline.

Bagaimana cara mencegah kecanduan game?

Jika Anda, anak, atau keluarga Anda mencurigai salah satu atau beberapa gejala kecanduan game, segera periksakan diri ke psikiater terdekat. Semakin cepat dideteksi, gejalanya akan semakin mudah dikendalikan dan diatasi dengan baik.

Psikiater biasanya akan menyarankan terapi perilaku kognitif. Jenis terapi ini dapat membantu memperbaiki pandangan Anda terhadap game dan mengubah perilaku buruk tersebut menjadi lebih baik.

Selain dengan terapi, ada beberapa hal lainnya yang bisa Anda lakukan untuk mencegah kecanduan game, diantaranya:

  1. Batasi waktu bermain game. Buatlah peraturan yang harus dipatuhi setiap hari, misalnya hanya boleh main game maksimal 2 jam per hari untuk mencegah kecanduan game.
  2. Jauhkan HP dan gadget lainnya dari tempat tidur, tujuannya supaya Anda tidak terpancing main game sampai larut malam.
  3. Alihkan perhatian ke hal-hal yang lebih positif, misalnya olahraga atau jalan-jalan. Ini akan membuat Anda tetap bergerak supaya tidak terus-terusan duduk, sehingga dapat membantu mencegah risiko obesitas. 

Baca Selengkapnya: Panduan Bagi Orangtua Seputar Anak dan Video Game


2 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
The Association Between Video Gaming and Psychological Functioning. National Center for Biotechnology Information. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6676913/)
Video Game Addiction: Symptoms, Treatment, and Prevention. WebMD. (https://www.webmd.com/mental-health/addiction/video-game-addiction)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app