Mengenal Asfiksia Neonatorum, Ketika Bayi Baru Lahir Kekurangan Oksigen

Dipublish tanggal: Agu 26, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Mar 18, 2020 Waktu baca: 3 menit
Mengenal Asfiksia Neonatorum, Ketika Bayi Baru Lahir Kekurangan Oksigen

Apa itu Asfiksia Neonatorum?

Asfiksia neonatorum adalah suatu kondisi yang terjadi ketika bayi tidak mendapatkan cukup oksigen selama proses kelahiran. Kondisi ini bisa berakibat fatal. Nama lain yang lebih umum dari kondisi ini adalah asfiksia perinatal, atau asfiksia pasca kelahiran. 

Ensefalopati hipoksik-iskemik adalah komplikasi pada otak yang mungkin merupakan akibat dari asfiksia neonatorum yang parah.

Apa penyebab terjadinya Asfiksia Neonatorum?

Apapun yang mempengaruhi kemampuan bayi Anda untuk mendapatkan asupan oksigen yang cukup dapat menyebabkan terjadinya asfiksia neonatorum. 

Selama proses persalinan, dokter harus memantau dan mencoba mengatur kadar oksigen untuk ibu dan bayi dengan hati-hati untuk mengurangi risiko terjadinya asfiksia.

Asfiksia neonatorum dapat terjadi jika satu atau lebih hal berikut terjadi:

  • Sumbatan pada jalan napas bayi.
  • Bayi Anda menderita anemia, yang berarti sel-sel darah mereka tidak dapat membawa cukup oksigen.
  • Proses transfer oksigen yang berlangsung terlalu lama atau sulit.
  • Ibu tidak mendapat cukup asupan oksigen sebelum atau selama persalinan.
  • Tekanan darah ibu terlalu tinggi atau terlalu rendah selama persalinan.
  • Infeksi yang mempengaruhi ibu atau bayinya.
  • Proses pelepasan plasenta yang terlalu cepat dari rahim, yang mengakibatkan berkurangnya asupan oksigen.
  • Lilitan tali pusar bayi.
  • Gangguan pada paru-paru yang umumnya terjadi pada bayi prematur

Ada dua cara bayi kehilangan oksigen sebelum, selama, atau setelah melahirkan dapat mengalami asfiksia neonatorum. Kekurangan oksigen dapat menyebabkan kerusakan langsung. Kondisi ini dapat terjadi dalam beberapa menit. Kerusakan juga dapat terjadi ketika sel tubuh pulih dari kekurangan oksigen dan melepaskan racun ke dalam tubuh.

Siapa yang berisiko terkena Asfiksia Neonatorum?

Menurut Rumah Sakit Anak Seattle di Amerika Serikat, asfiksia neonatorum terjadi pada sekitar 4 dari setiap 1.000 kelahiran hidup. 

Bayi prematur berisiko lebih tinggi mengalami kondisi ini. Bayi yang lahir dari ibu dengan kondisi seperti diabetes mellitus atau preeklamsia, juga berisiko lebih besar.

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Italian Journal of Pediatrics mencatat bahwa usia ibu atau berat lahir rendah bayi juga merupakan faktor risiko. Kondisi ini juga lebih umum terjadi di negara-negara berkembang di mana ibu memiliki lebih sedikit akses ke perawatan prenatal dan postnatal yang tepat.

Gejala Asfiksia Neonatorum

Bayi yang baru lahir mungkin tidak mengalami gejala asfiksia neonatorum segera setelah lahir. Denyut jantung janin yang terlalu tinggi atau rendah bisa menjadi indikator.

Gejala yang dapat muncul sejak lahir meliputi :

  • kulit yang tampak pucat atau biru
  • irama jantung tidak beraturan
  • kesulitan bernafas, yang dapat menyebabkan gejala seperti pernapasan cuping hidung atau pernapasan perut.
  • detak jantung yang lambat
  • tonus otot yang lemah
  • lemas

Semakin lama bayi mengalami kekurangan oksigen, semakin besar kemungkinan mereka mengalami gejala. Gejala yang lebih parah dapat mencakup cedera atau kegagalan:

  • paru-paru
  • jantung
  • otak
  • ginjal

Bagaimana penanganan Asfiksia Neonatorum yang tepat?

Diagnosis

Saat baru lahir, dokter akan melakukan penilaian skor APGAR pada menit ke 1 dan menit 5 setelah lahir. Sistem penilaian ini dinilai dari lima faktor:

  • Appearance / penampilan
  • Pulse / nadi
  • Grimace / respon terhadap stimulus
  • Activity / tonus otot
  • Respiration / pernafasan

Setiap faktor mendapat skor 0, 1, atau 2. Skor tertinggi yang mungkin adalah 10. Seorang bayi dengan skor Apgar yang lebih rendah setelah 5 menit memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami asfiksia neonatorum. 

Skor lebih rendah dari 7 dapat menunjukkan bahwa bayi tidak memiliki cukup oksigen. Dokter mungkin mencurigai bayi Anda menderita asfiksia neonatorum jika mereka memiliki skor Apgar 3 atau lebih rendah setelah lebih dari 5 menit.

Dokter juga dapat menguji darah bayi untuk melihat kadar pH dalam darah. pH darah yang rendah dapat mengindikasikan oksigenasi yang buruk. 

Dokter juga dapat memesan tes darah untuk melihat fungsi ginjal, hati, dan jantung bayi.

Pengobatan

Tingkat keparahan gejala bayi Anda mempengaruhi perawatan. Kapan kondisi ini dideteksi juga mempengaruhi perawatan. Misalnya, seorang ibu akan mendapatkan terapi oksigen tambahan sebelum melahirkan untuk meningkatkan oksigenasi bayi sebelum kelahiran. 

Persalinan sesar dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya asfiksia karena persalinan yang sulit.

Setelah lahir, bayi dengan kondisi ini mungkin memerlukan ventilasi untuk mendukung pernapasannya. Menjaga bayi tetap hangat juga dapat dilakukan untuk mengurangi efek berbahaya. 

Dokter dapat memantau tekanan darah dan asupan cairan bayi untuk memastikan seorang bayi mendapatkan asupan oksigen yang cukup.

Beberapa bayi dapat mengalami kejang akibat asfiksia neonatorum. Oleh karena itu dokter akan merawat bayi-bayi tersebut dengan hati-hati untuk menghindari cedera akibat kejang.


11 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Hall, David & Smith, Mariette & Smith, Johan. (1996). Maternal Factors Contributing to Asphyxia Neonatorum. Journal of tropical pediatrics. 42. 192-5. 10.1093/tropej/42.4.192. ResearchGate. (https://www.researchgate.net/publication/14389322_Maternal_Factors_Contributing_to_Asphyxia_Neonatorum)
Spector JM, et al. (2008). Preventing those so-called stillbirths. (http://www.who.int/bulletin/volumes/86/4/07-049924/en/)
Morales P, et al. (2011). Pathophysiology of perinatal asphyxia: Can we predict and improve individual outcomes? DOI: (https://doi.org/10.1007/s13167-011-0100-3)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app