Waspada! Perokok Lebih Rentan Terkena GERD (Asam Lambung Kronis)

Dipublish tanggal: Jun 27, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Sep 20, 2019 Waktu baca: 2 menit
Waspada! Perokok Lebih Rentan Terkena GERD (Asam Lambung Kronis)

Sudah banyak sumber yang menyebutkan bahwa merokok bisa menimbulkan berbagai efek buruk bagi kesehatan termasuk salah satu yang paling banyak dikenal adalah penyakit paru. 

Tetapi ternyata efek buruk merokok juga bisa menyerang sistem pencernaan sehingga memicu timbulnya GERD atau asam lambung. Lalu apa kaitan antara rokok dengan asam lambung? Berikut ulasannya.

Mengenal Penyakit GERD

GERD merupakan singkatan dari Gastroesophageal reflux disease dimana kondisi ini ditandai dengan adanya asam lambung naik ke kerongkongan. Dimana kerongkongan merupakan penghubung mulut dan lambung. 

Saat asam lambung naik ke kerongkongan maka muncul sensasi terbakar di dada dan gejala lainnya. GERD sering digunakan untuk menyatakan penyakit asam lambung yang sudah kronis. Sebab termasuk jenis penyakit yang dapat muncul sebanyak satu atau dua kali dalam seminggu.

Ketika Anda menelan makanan, biasanya otot bagian bawah kerongkongan akan rileks sehingga cairan dan makanan dapat mengalir ke perut sebelum menutup kembali. Bila otot tersebut melemah hingga tidak dapat mengendalikan kapan harus menutup dan membuka sehingag menyebabkan asam perut dari perut akan mengalir ke kerongkongan. 

Bila hal ini terjadi begitu sering maka lama-lama kerongkongan bisa mengalami iritasi dan meradang. Kondisi tersebut yang memicu terjadinya GERD.

Kenapa Perokok Rentan Terkena GERD?

Rokok dan asam lambung ternyata saling berkaitan. Rokok bisa memicu munculnya GERD atau asam lambung kronis pada perokok karena faktor-faktor berikut.

Spinchter Esofagus Bawah yang Melemah

Kandungan nikotin di dalam rokok bisa mengendurkan otot polos di dalam tubuh. Spinchter esofagus merupakan otot di bagian bawah kerongkongan yang memisahkan lambung dengan kerongkongan termasuk juga otot polos. 

Otot ini bertugas mengatur jalannya makanan masuk ke lambung serta mencegah asam lambung masuk ke kerongkongan. Namun nikotin justru membuat otot ini menjadi rileks sehingga menjadikan asam lambung mudah naik ke kerongkongan dan memicu GERD.

Mengurangi Liur

Biasanya seorang perokok akan mempunyai air liur yang lebih sedikit dibanding orang normal atau bukan perokok. Sebab berbagai kandungan dalam rokok akan membuat mulut menjadi kering. 

Mulut yang kering tentu akan kekurangan air liur padahal air liur menjadi zat penetral asam atau bikarbonat yang bisa membantu melawan efek refluks dari GERD dan asam lambung. 

Saat Anda menelan ludah, sebetulnya air liur menetralkan asam di dalam kerongkongan akibat refluks. Namun sebaliknya saat produksi air liur menurun maka asam akan naik ke kerongkongan dan sulit dinetralkan hingga mudah menyebabkan GERD.

Peningkatan Produksi Asam di Lambung

Ketika Anda merokok maka tanpa Anda sadari akan memicu perut untuk memproduksi asam lambung yang lebih banyak. Bahkan asam lambung tersebut bisa naik ke kerongkongan dalam jumlah yang banyak. Hal ini berakibat meningkatnya peluang perokok mengalami GERD.

Mengganggu Otot dan Lapisan Esofagus

Tidak hanya dapat merilekskan otot esofagus yang seharusnya berkontraksi membuka dan menutup, rokok dapat berdampak buruk juga pada otot tersebut. Sebab rokok tersebut akan mengganggu kinerja otot yang membantu memindahkan makanan ke kerongkongan. 

Otot ini seharusnya bekerja membantu membersihkan kerongkongan dari asam yang bisa merusak. Selain itu tidak hanya otot saja yang rusak melainkan juga berdampak negatif pada selaput lendir yang bertugas melindungi kerongkongan dari kerusakan asam.

Dengan adanya keterkaitan antara rokok dan asam lambung maka sebaiknya mulailah mengurangi kebiasaan merokok. Bahkan lebih baik untuk berhenti merokok supaya anda terhindar dari beragam masalah kesehatan yang muncul sebagai dampak merokok termasuk juga GERD. 


18 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Brown A. Allscripts EPSi. Mayo Clinic, Rochester, Minn. Jan. 24, 2017.
Ravi K, et al. Esophageal impedance monitoring: Clinical pearls and pitfalls. American Journal of Gastroenterology. 2016;111:1245.
Rakel D. Gastroesophageal reflux disease. In: Integrative Medicine. 3rd ed. Philadelphia, Pa.: Saunders Elsevier; 2012. http://www.clinicalkey.com.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app