Tanda Peringatan Dehidrasi pada Balita

Dipublish tanggal: Mei 20, 2019 Update terakhir: Nov 10, 2020 Waktu baca: 3 menit
Tanda Peringatan Dehidrasi pada Balita

Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa maupun lanjut usia dapat mengalami dehidrasi di mana tubuh kehilangan cairan yang keluar melalui kulit ketika berkeringat, menangis, bernapas, hingga buang air kecil. Dehidrasi juga dapat terjadi akibat kondisi atau penyakit tertentu seperti demam, sakit perut atau diare, berkeringat secara berlebihan akibat suhu panas (heat stroke) ataupun olahraga.

Dehidrasi umumnya lebih banyak dialami oleh anak-anak. Hal tersebut disebabkan karena anak-anak terkadang cukup sulit untuk mencukupi kebutuhan cairan dalam tubuhnya, entah dari asupan makanan ataupun minuman yang dikonsumsi karena belum mengerti betul seberapa penting air bagi kesehatan tubuh.

Kondisi kekurangan cairan tubuh tidak boleh dianggap remeh, karena jika hal tersebut terjadi maka tubuh tidak akan memiliki cairan yang cukup dan kandungan air yang dapat membantu fungsi organ menjalankan kerjanya dengan optimal. Dalam kasus dehidrasi yang parah, hal ini dapat menyebabkan kerusakan otak atau bahkan kematian.

Apa saja faktor risiko yang menyebabkan anak mengalami dehidrasi?

Dehidrasi terjadi ketika lebih banyak cairan keluar dari tubuh daripada cairan yang dikonsumsi. Anak-anak cenderung lebih rentan mengalami dehidrasi dibandingkan remaja dan orang dewasa karena anak-anak memiliki tubuh yang lebih kecil dan memiliki cadangan air yang lebih kecil pula dalam tubuh.

Beberapa balita dapat mengalami dehidrasi karena tidak minum air putih yang cukup, sementara bayi juga dapat mengalami dehidrasi ketika kurang mendapat asupan ASI yang cukup. Faktor-faktor tertentu juga dapat membuat anak berisiko lebih tinggi mengalami dehidrasi, termasuk:

  • Demam
  • Muntah
  • Diare
  • Keringat berlebih
  • Asupan cairan yang buruk saat sakit
  • Penyakit kronis seperti diabetes atau gangguan pencernaan
  • Paparan cuaca panas (heat stroke) dan lembab 

Diare dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, ataupun parasit, alergi atau sensitivitas terhadap makanan tertentu, kondisi medis seperti penyakit radang usus, atau akibat reaksi terhadap obat-obatan tertentu. Jika anak mengalami muntah-muntah, buang air besar, atau tidak mampu atau tidak mau minum karena sakit, awasi tanda-tanda dehidrasi.

Baca juga: Dehidrasi pada Bayi dan Anak

Tanda-tanda peringatan dehidrasi pada balita

Dehidrasi dapat terjadi sangat lambat dari waktu ke waktu atau dapat terjadi secara tiba-tiba. Balita dengan kondisi penyakit tertentu, terutama flu lambung harus dimonitor sebagai adanya tanda dehidrasi pada tubuh.

Berikut tanda-tanda peringatan dehidrasi pada balita yang perlu diperhatikan, di antaranya:

  • Bibir kering pecah-pecah
  • Urin berwarna gelap
  • Jarang buang air kecil selama 8 jam
  • Kulit dingin atau kering
  • Mata cekung atau titik lunak cekung di kepala (untuk bayi)
  • Kantuk yang berlebihan
  • Tingkat energi yang rendah
  • Tidak adanya air mata saat menangis
  • Pernapasan atau detak jantung menjadi cepat
  • Dalam kasus paling serius, anak bisa mengigau atau tidak sadarkan diri

Cara mengobati dehidrasi pada balita

Satu-satunya cara untuk mengobati dehidrasi secara efektif adalah dengan mengisi kembali cairan tubuh yang hilang. Dehidrasi ringan dapat ditangani di rumah dengan meningkatkan asupan makanan atau minuman yang mengandung air untuk dikonsumsi. Jika anak Anda mengalami diare, muntah, atau demam, atau menunjukkan tanda-tanda dehidrasi, lakukan langkah-langkah berikut:

  • Berikan anak solusi rehidrasi oral seperti Pedialyte yang dapat membeli Pedialyte secara online. Solusi ini mengandung air dan garam dalam proporsi yang tepat dan mudah dicerna karena air biasa tidak akan cukup cepat untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang. Jika Anda tidak memiliki solusi rehidrasi oral, Anda dapat mencoba memberikan susu atau jus encer terlebih dahulu
  • Terus berikan cairan kepada balita secara perlahan sampai urinnya terlihat lebih jernih. Jika anak mengalami muntah, berikan sedikit demi sedikit air sampai mereka bisa menahannya dengan tingkat frekuensi dan jumlah yang bertahap. Memberi terlalu banyak dan terlalu cepat akan menyebabkan muntah kembali
  • Jika Anda masih menyusui, teruslah memberikan ASI pada anak. Anda juga bisa memberi bayi solusi rehidrasi dalam botol sebagai tambahan

Baca juga: Jumlah Kebutuhan Air Putih Harian

Mencegah dehidrasi pada balita

Penting bagi orang tua untuk mempelajari tanda-tanda peringatan dehidrasi pada bayi dan anak-anak. Berikut ini beberapa langkah yang harus diambil untuk mencegah dehidrasi:

  • Sediakan solusi rehidrasi oral setiap saat di rumah yang tersedia dalam bentuk cairan, es loli, dan bubuk
  • Jika anak sakit, sebagai orang tua Anda harus proaktif tentang asupan cairan mereka. Mulailah dengan memberi tambahan air ekstra dan solusi rehidrasi pada tanda awal gejala mulai muncul
  • Balita yang tidak dapat makan atau minum karena sakit tenggorokan mungkin perlu dibantu pengilangan rasa sakit dengan acetaminophen (Tylenol) atau ibuprofen (Advil)
  • Pastikan anak mendapatkan vaksinasi terbaru, termasuk vaksin rotavirus. Bicaralah dengan dokter jika Anda memiliki masalah atau pertanyaan tentang vaksin rotavirus
  • Ajari anak kebiasaan sehat seperti cara mencuci tangan sebelum makan atau minum dan setelah menggunakan kamar mandi untuk menghindari risiko infeksi
  • Biasakan anak-anak untuk minum air putih sebelum, selama, dan setelah berolahraga
  • Jika sedang berada di luar ruangan dengan terik matahari yang terlalu menyengat, biarkan anak berenang atau mandi lebih sering, serta mencari tempat yang teduh agar terhindar dari panas matahari secara langsung

Baca juga: Tanda dan Cara Mencegah Serangan Panas (Heat Stroke)


10 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app