HONESTDOCS EDITORIAL TEAM
Ditulis oleh
HONESTDOCS EDITORIAL TEAM
DR. KARTIKA MAYASARI
Ditinjau oleh
DR. KARTIKA MAYASARI

Rumination Disorder - Tanda, Penyebab, Gejala, Cara Mengobati

Dipublish tanggal: Mar 22, 2019 Update terakhir: Nov 6, 2020 Waktu baca: 3 menit

Apakah Rumination Disorder itu?

Rumination Disorder adalah gangguan makan yang jarang terjadi di mana bayi, anak kecil, ataupun orang dewasa mengeluarkan kembali makanan yang sudah dikunyah atau ditelan, entah untuk ditelan atau dimuntahkan kembali.

Mengenai Rumination Disorder

Tanda atau gejala rumination disorder yang terjadi pada anak-anak dan orang dewasa biasanya sama. Hanya saja orang dewasa biasanya lebih memilih untuk memuntahkan makanan, sementara anak-anak lebih cenderung menelan kembali makanan tersebut.

Beberapa penelitian mengatakan bahwa wanita lebih mungkin mengalami rumination disorder dan terjadi paling sering pada bayi usia 3 hingga 12 bulan serta anak-anak dengan gangguan intelektual.

Rumination disorder juga sering dikaitkan dengan gangguan makan lainnya, seperti bulimia nervosa. Tetapi hal tersebut masih belum dapat diketahui secara pasti karena memerlukan studi tambahan.

Penyebab Rumination Disorder

Penyebab pasti dari gangguan rumination disorder belum diketahui secara pasti, tetapi seseorang dengan rumination disorder kemungkinan besar juga mengalami regurgitasi.

Regurgitasi sendiri dianggap sebagai gejala yang tidak sengaja terjadi, tetapi tindakan memuntahkan makanan tersebut perlu dipelajari. Sebagai contoh, seseorang dengan rumination disorder mungkin tanpa sadar tidak pernah mempelajari bagaimana melemaskan otot perut mereka atau mengencangkan otot diafragma sehingga menyebabkan regurgitasi.

Tetapi ada beberapa faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi terjadinya rumination disorder, di antaranya: memiliki penyakit akut, penyakit fisik, gangguan mental/kejiwaan, pernah menjalani operasi besar, memiliki pengalaman yang menegangkan, serta mengalami stress berat.

Tetapi cukup sulit memastikan terjadinya rumination disorder pada anak-anak karena tindakan mengunyah terkadang dianggap sebagai hiburan yang mungkin merupakan salah satu cara mereka untuk mendapatkan perhatian dari orang tua atau orang lain.

Gejala Rumination Disorder

Gejala utama Rumination Disorder adalah regurgitasi yang terjadi secara berulang dari makanan yang tidak tercerna. Regurgitasi sendiri adalah kondisi naiknya makanan dari kerongkongan atau lambung tanpa diserta rasa mual atau muntah. Regurgitasi sering disebabkan oleh asam lambung yang naik.

Gejala regurgitasi biasanya terjadi antara setengah jam hingga dua jam setelah makan. Orang dengan gejala ini biasanya memuntahkan makanan setiap hari dan hampir selalu setelah makan.

Gejala lain yang termasuk dalam rumination disorder adalah:

  • Bau mulut
  • Penurunan berat badan
  • Sakit perut atau gangguan pencernaan
  • Kerusakan gigi
  • Mulut atau bibir kering

Pencegahan Rumination Disorder

Cara sederhana untuk melatih diri yang paling efektif dalam menghadapi rumination disorder adalah dengan melakukan latihan pernafasan diafragma, dengan bernafas dalam-dalam dan mengendurkan diafragma, karena regurgitasi tidak akan terjadi ketika diafragma rileks.

Beberapa perawatan lain yang bisa dilakukan, meliputi:

  • Mengubah postur tubuh selama makan dan setelah makan
  • Mengurangi stress dan gangguan selama makan
  • Mendorong lebih banyak interaksi dan memberikan perhatian kepada anak
  • Menciptakan kondisi makan yang santai dan menyenangkan

Pengobatan Rumination Disorder

Tidak ada obat atau tes khusus untuk mengatasi rumination disorder, tetapi dokter akan melakukan evaluasi melalui riwayat medis lengkap dan pemeriksaan fisik. Penjelasan akan tanda dan gejala yang Anda berikan akan membuat diagnosis semakin lengkap.

Dengan mengesampingkan kondisi medis lainnya, dokter mungkin akan memberikan tes tertentu, seperti tes darah dan studi pencitraan yang dapat membantu menyingkirkan masalah gangguan pencernaan. Dokter mungkin juga mencari tanda-tanda lain dari masalah yang dapat mempengaruhi tubuh, seperti dehidrasi atau kekurangan gizi karena terkadang penanganan dan diagnosis rumination disorder seringkali keliru dengan kondisi lain.

Untuk mendiagnosis rumination disorder umumnya memerlukan waktu yang lama dan panjang, tetapi dalam beberapa kasus, rumination disorder dapat hilang dengan sendirinya.


10 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi awal mengenai kondisi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app