Resiko Transfusi Darah Yang Harus Diwaspadai

Dipublish tanggal: Agu 15, 2019 Update terakhir: Nov 10, 2020 Tinjau pada Mar 6, 2020 Waktu baca: 4 menit
Resiko Transfusi Darah Yang Harus Diwaspadai

Transfusi darah merupakan salah satu prosedur medis yang bermanfaat bagi orang lain terutama mereka yang mengalami kekurangan darah dan membutuhkan tambahan darah. Tetapi proses transfusi darah baik dari pendonor maupun penerima juga perlu diperhatikan karena dapat menimbulkan risiko tertentu.

PMI atau Palang Merah Indonesia adalah salah satu organisasi yang bertugas mengumpulkan stok kantong darah dari pendonor dan akan didistribusikan ke rumah sakit atau orang yang membutuhkan darah. Tetapi sebelum didistribusikan, PMI akan melakukan pemeriksaan seperti memastikan kondisi darah yang harus bebas dari penyakit serta memisahkan komponen sel darah merah, sel darah putih, trombosit, dan plasma darah.

Sebelum melakukan transfusi darah, pendonor harus dicek terlebih dahulu untuk mengetahui tipe golongan darah dan rhesus yang dimiliki, serta memastikan berada dalam kondisi yang sehat. Setelah itu, proses transfusi darah mungkin memakan waktu sekitar 1-4 jam, tergantung dari jenis darah dan banyaknya jumlah darah yang diambil. Ketika transfusi darah selesai dilakukan, kondisi tekanan darah, denyut jantung, dan suhu badan pendonor akan dipantau sementara waktu untuk memastikan bahwa tidak terjadi masalah apapun setelah pengambilan darah.

Risiko transfusi darah yang harus diwaspadai

Selain manfaat transfusi darah yang dapat membantu menyelamatkan jiwa dan mengatasi kondisi kesehatan tertentu, tak jarang proses transfusi darah juga dapat menyebabkan komplikasi sehingga dibutuhkan tindakan medis lanjutan. Berikut ini risiko transfusi darah yang harus diwaspadai:

Demam

Setelah melakukan transfusi darah, reaksi demam dapat terjadi dengan cepat. Kondisi ini bisa menjadi suatu pertanda serius dan tidak. Tetapi untuk mencegah hal serius yang mungkin terjadi, kemungkinan besar dokter akan menghentikan proses transfusi darah untuk melakukan pemeriksaan lanjutan yang lebih mendalam.

Alergi

Alergi mungkin saja terjadi dan merupakan reaksi dari sistem kekebalan tubuh terhadap protein atau zat lain dalam darah yang diterima oleh tubuh. Reaksi alergi seperti ruam kemerahan mungkin dapat muncul selama atau setelah transfusi darah dilakukan.

Infeksi

Pemeriksaan infeksi sebelum mendonorkan darah pasti selalu dilakukan. Hal ini untuk mencegah penyebaran infeksi yang mungkin ditularkan melalui darah. Namun tak jarang terjadi kesalahan dan darah yang terinfeksi lolos dari pemeriksaan dengan hitungan sedikitnya 1:2.000.000 transfusi darah terkontaminasi virus HIV atau 1:205.000 kasus terkontaminasi virus hepatitis B.

Baca juga: Langkah Awal Penanganan HIV

Kerusakan paru-paru

Setelah proses transfusi darah, ada kemungkinan paru-paru akan meradang selama enam jam setelahnya. Jika kondisi peradangan semakin parah dan menyebabkan kerusakan pada paru-paru, maka penderita akan mengalami kesulitan bernafas dan tubuh mengalami kekurangan oksigen.

Kelebihan cairan

Jika tubuh kelebihan cairan, maka jantung akan mengalami kesulitan untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Hal ini disebabkan karena paru-paru penuh akan cairan dan memicu sesak napas. Jika hal ini terus terjadi tanpa mendapat perawatan yang tepat dapat memicu penyakit berbahaya yang mengancam nyawa termasuk penyakit jantung.

Kelebihan zat besi

Zat besi yang berlebihan saat menerima transfusi darah juga dapat memberi dampak buruk pada organ tubuh, terutama organ hati karena dapat meningkatkan risiko sirosis hati hingga kaanker hati. Untuk mengatasi kelebihan zat besi dan menjaga kadar zat besi dalam tubuh, maka akan dilakukan pengeluaran darah secara teratur (phlebotomy) tetapi hal ini juga bergantung pada kondisi kesehatan fisik.

Penyakit Graft-Versus-Host

Pada saat menerima tambahan darah hasil transfusi darah, kemungkinan besar sel darah putih akan ikut masuk ke dalam tubuh dan menyerang sumsum tulang serta jaringan penerima darah sehingga disebut dengan penyakit graft-versus-host. Gejala penyakit graft-versus-host dapat berupa diare, ruam, dan demam. Selain itu, penderita penyakit graft-versus-host akan mengalami gangguan fungsi hati yang dapat berakibat fatal.

Baca juga: Penyebab dan Cara Pencegahan Sel Darah Putih Tidak Normal

Secara umum proses transfusi darah berjalan dengan lancar tanpa ada masalah apapun sehingga tidak perlu dikhawatirkan. Hanya saja sebagian kasus mungkin mengalami beberapa reaksi dan risiko di atas. Namun jika Anda merasakan salah satu gejala atau tanda perubahan sesaat atau setelah transfusi darah, maka sebaiknya segera menemui dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Manfaat transfusi darah pada kondisi tertentu

Bagi sebagian orang yang mungkin memiliki masalah kekurangan darah, proses transfusi darah pastinya akan sangat membantu memperbaiki kondisi kesehatan. Beberapa kondisi tertentu juga memungkinkan seseorang membutuhkan transfusi darah, di antaranya:

Kekurangan darah setelah melahirkan

Dalam proses persalinan atau melahirkan anak terkadang seorang wanita akan mengeluarkan banyak darah dan mengalami pendarahan postpartum yang bisa berakibat pada kondisi kekurangan darah (anemia) dan bahkan berujung kematian. Untuk mencegah hal tersebut terjadi, transfusi sel darah merah sangatlah diperlukan.

Menjalani tindakan pembedahan atau operasi

Ketika menjalani operasi besar, ada kemungkinan besar tubuh akan kehilangan darah dalam jumlah yang banyak. Untuk mencegahnya, maka transfusi sel darah merah adalah salah satu cara untuk menghindari resiko fatal akibat tubuh kekurangan darah.

Menderita penyakit kanker

Pada penderita kanker, produksi sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit akan menurun. Ditambah lagi dengan perawatan dengan kemoterapi dan obat-obatan yang digunakan akan semakin mengurangi jumlah sel darah dalam tubuh. Maka dari itu, transfusi darah mungkin dibutuhkan secara terus menerus oleh penderita kanker.

Mengalami kerusakan hati atau gagal hati

Organ hati memiliki fungsi penting bagi tubuh yaitu membuang racun dari dalam tubuh, membantu tubuh melawan infeksi penyakit, serta membantu proses penggumpalan darah. Tetapi ketika seseorang mengalami penyakit gagal hati atau kerusakan hati maka dibutuhkan transfusi plasma darah terutama jika produksi zat pembekuan darah dalam tubuh pasien sudah terganggu. 

Baca juga: 7 Kebiasaan yang Dapat Memicu Penyakit Hati

Mengalami kelainan darah

Kelainan darah merupakan suatu kondisi di mana terjadinya gangguan pada salah satu atau beberapa jenis bagian darah yang dapat mempengaruhi jumlah dan fungsi kerjanya, seperti pada plasma darah, sel darah merah, sel darah putih, maupun keping darah (trombosit). Seseorang yang mengalami kelainan darah (blood disorder) akan menjalani operasi pengobatan transplantasi sel induk yang membutuhkan transfusi sel darah merah dan trombosit.

Menderita penyakit thalasemia

Suatu gangguan pada hemoglobin dalam sel darah merah disebut thalasemia. Kondisi ini biasanya merupakan kelainan bawaan yang disebabkan oleh faktor genetik. Penderita thalasemia akan lebih mudah merasa lelah, mudah mengantuk, dan sesak napas sehingga jika sudah parah, penderita thalasemia akan memerlukan transfusi darah secara rutin untuk meningkatkan sel darah yang kurang.


9 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app