Penyebab ADHD dan Cara Menanganinya

Dipublish tanggal: Sep 3, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 3 menit

Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau ADHD merupakan gangguan perilaku pada anak yang terjadi pada periode yang panjang dan ditandai dengan adanya perilaku hiperaktif, impulsif dan kesulitan memusatkan perhatian. 

ADHD dapat bertahan hingga usia remaja hingga dewasa walaupun sejak kecil sudah terserang ADHD.

Pada umumnya ada 3 jenis ADHD, yaitu 

  • Dominan hiperaktif-impulsif, anak dengan ADHD jenis ini biasanya cenderung hiperaktif dan impulsif.
  • Dominan inatentif, anak dengan ADHD jenis ini biasanya cenderung kurang dapat berkonsentrasi dengan baik.
  • Kombinasi hiperaktif-impulsif dan inatentif, anak dengan ADHD jenis ini hiperaktif, impulsif dan kurang dapat berkonsentrasi dengan baik.

Penyebab ADHD

Sampai dengan hari ini penyebab ADHD tidak dapat diketahui secara pasti. Tetapi beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada paling tidak ada 8 faktor yang mempertinggi resiko terjadinya ADHD, meliputi:

  • Keturunan, dalam satu keluarga ada yang mengalami gangguan ADHD atau memiliki gangguan mental yang lain.
  • Kondisi kelahiran, kondisi dimana anak lahir prematur sebelum kehamilan berusia 37 minggu.
  • Fungsi atau struktur otak, terjadi ketidakseimbangan pada kinerja otak atau penyebab lainnya yang berhubungan dengan neurotransmitter di otak.
  • Cedera otak, otak mengalami cedera atau hingga kerusakan yang terjadi saat berada di dalam rahim atau pada usia dini.
  • Gaya hidup orang tua, penggunaan obat-obatan terlarang, rokok dan minuman yang mengandung alkohol selama masa kehamilan.
  • Lingkungan, terkena dampak racun dari lingkungan sekitarnya selama masa kanak-kanak, seperti timbal yang terkandung pada cat dinding.
  • Kinerja otak, area otak yang berhubungan dengan konsentrasi tidak bekerja dengan maksimal dibandingkan anak anak tanpa ADHD.

Ketidakseimbangan kimia di otak, terjadi kondisi tidak seimbangnya kimia pada neurotransmitter adalah salah satu penyebab utama munculnya ADHD.

Sampai dengan hari ini penyebab utama ADHD masih belum diketahui secara pasti, namun menurut penelitian ke 8 kondisi diatas memiliki resiko paling tertinggi munculnya ADHD terutama poin terakhir yang merupakan kondisi tidak seimbangnya kimia pada neurotransmitter.

Gejala ADHD pada anak-anak dan remaja cukup mudah dikenali, sementara akan lebih sulit dideteksi pada orang dewasa. Secara umum, gejala ADHD yang terjadi pada orang dewasa sudah terjadi sejak masih anak anak.

Pemeriksaan ADHD

Tidak semua anak anak yang terlihat sangat aktif adalah penderita ADHD. Dokter akan mengambil beberapa langkah untuk melakukan pemeriksaan ADHD secara menyeluruh.

  • Mengumpulkan semua catatan riwayat penyakit pasien beserta keluarga.
  • Menjalankan prosedur pemeriksaan menyeluruh termasuk fisik dan psikologis.
  • Menggali informasi melalui wawancara atau mengisi kuesioner ke orang orang sekitar penderita baik dari lingkungan rumah seperti anggota keluarga atau pengasuh hingga lingkungan luar seperti guru atau orang orang yang mengenal baik penderita ADHD .
  • Menjalankan serangkaian tes psikologis berupa gambar dan laboratorium supaya bisa mendeteksi adanya penyebab yang lain.

Pengobatan ADHD

Sampai sekarang ADHD belum bisa disembuhkan, yang bisa dilakukan adalah melakukan pertolongan baik secara fisik ataupun psikologis kepada penderita ADHD sehingga bisa memiliki hidup yang berkualitas baik. 

Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk membantu meringankan para penderita ADHD

  • Pemberian obat, seperti atomoxetine, methylphenidate, lisdexamfetamine, dexamfetamine dan guanfacine. Sangat efektif untuk menekan impulsif yang dimaksudkan supaya anak bisa lebih berkonsentrasi, selain itu juga untuk membuat anak menjadi lebih tenang
  • Terapi perilaku kognitif atau cognitive behavioural therapy (CBT), terapi yang dimaksudkan untuk membantu mengubah pola pikir penderita ADHD termasuk jika penderita mengalami masalah dan bagaimana menyikapi permasalahan tersebut.
  • Terapi psikologis. dirancang agar penderita ADHD dapat mengatasi gejala ADHD yang dideritanya.
  • Pelatihan interaksi sosial, bertujuan supaya dapat berinteraksi sosial di masyarakat dengan kondisi ADHD.

Tidak hanya pendeita saja yang harus melakukan adaptasi utnuk menerima ADHD, tapi keluarga dan orang terdekat juga harus melakukan beberapa terapi supaya bisa beradaptasi dengan penderita ADHD.

  • Terapi perilaku, yang memiliki tujuan supaya keluarga dan orang terdekat dapat memiliki sikap dan cara yang dapat diterapkan saat penderita mengalami masa masa sulit.
  • Pelatihan bagi para orang tua anak dengan ADHD, yang memiliki tujuan supaya orang tua bisa lebih memahami perilaku para korban dan membimbing anak dengan ADHD

63 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD): Causes, Symptoms, Treatments. PSYCOM.NET. (https://www.psycom.net/adhd)
The Marketing of Stimulants for Children With A.D.H.D. The New York Times. (https://www.nytimes.com/2020/02/10/well/family/the-marketing-of-stimulants-for-children-with-adhd.html)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app