Meninjau Efektifitas Gambar Peringatan Bahaya Merokok

Rokok merupakan masalah hampir di seluruh belahan dunia, tak terkecuali Indonesia. berbagai upaya dilakukan guna menekan angka perokok, mulai dari himbauan, pembatasan hingga pemasangan gambar bahaya merokok di bungkus rokok. 

Kali ini kita akan membahas tentang seberapa efektif pemasangan gambar menakutkan pada bungkus rokok.

Peringatan bahaya  merokok pada bungkus rokok

Rokok memang memiliki efek buruk bagi kesehatan, meskipun begitu jumlah perokok tetap saja meningkat dari hari ke hari. Berbagai upaya sudah dilakukan untuk menekan angka perokok. Awalnya peringatan ini hanya berupa bentuk tulisan, namun sejak beberapa tahun lalu peraturan diubah menjadi bentuk visual.

Penambahan ini sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 1950, penelitian membuktikan bahwa gambar seram lebih efektif dibandingkan peringatan yang hanya berupa tulisan. Hal ini bertujuan untuk menimbulkan kesadaran dan rasa takut terhadap dampak buruk dari rokok. 

Indonesia sendiri menerapkan peraturan ini pada tahun 2014.

Peraturan ini didasarkan pada Peraturan Pemerintah No.109/2014 tentang pencantuman gambar bahaya merokok oleh produsen rokok. 

Ada 8 gambar yang digunakan dalam kemasan rokok di Indonesia, mulai dar gambar kanker paru-paru, kanker tenggorokan hingga kanker mulut serta di tambahkan tulisan “merokok membunuhmu”.

Efektifitas gambar peringatan bahaya merokok

Menurut studi dan penelitian di Kanada, dari 616 partisipan dilaporkan terjadi pengurangan jumlah perokok hingga 1/5 partisipan, sedangkan yang tetap merokok hanya 1%. 

Penambahan gambar bahaya merokok menimbulkan efek emosional negative seperti jijik dan takut sehingga menimbulkan keinginan untuk berhenti merokok atau mengurangi porsi merokok.

Namun hal ini sepertinya tidak berlaku di Indonesia. Berdasarkan wawancara kepada sejumlah orang yang mayoritas mahasiswa, mereka beranggapan bahwa gambar peringatan bahaya merokok di bungkus rokok tidak terlalu berpengaruh terhadap kegiatan merokok mereka. 

Mereka menganggap kemasan seperti ini tidak memiliki pengaruh yang signifikan.

Hal ini karena anggapan gambar yang tertera terlalu berlebihan. Beberapa orang juga merasa tidak terganggu oleh kemasan dengan gambar menjijikan tersebut, karena itu hanya sebuah kemasan sedangkan yang dikonsumsi adalah rokoknya.

Penelitian di University of Illinois pada tahun 2016 juga menunjukan bahwa gambar tersebut merupakan ancaman terhadap kebebasan individu. Anggapan seperti ini bukannya membuat mereka takut tetapi menjadi lebih memilih untuk mengabaikan atau melawan peringatan tersebut. 

Sebagian orang juga marah karena merasa dibohongi, karena tidak sesuai dengan realita.

Meskipun di beberapa Negara yang menerapkan kebijakan ini berhasil menekan angka perokok aktif, tetapi itu bukan merupakan efek dari kebijakan tunggal. 

Kenaikan pajak bea cukai rokok dan larangan ketat untuk merokok di tempat umum juga menjadi faktor pendukung dalam menekan angka perokok aktif.

Sikap tak acuh dari masyarakat terhadap gambar peringatan bahaya merokok ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran tentang bahaya rokok. Para perokok masih menganggap rokok hanya sebagai media penghilang stres. 

Padahal asap rokok sendiri mengandung lebih dari 7000 zat kimia berbahaya yang dapat membahayakan tubuh.

Ketidakpedulian terhadap dampak buruk rokok juga disebabkan karena jumlah orang yang mengalami hal-hal seperti yang tergambar dalam kemasan rokok hanya sebagian kecil saja. Ditambah lagi efeknya yang jangka panjang, sehingga tidak terlalu berdampak secara nyata. 

Umumnya efek dari merokok sendiri memang muncul ketika memasuki usia lansia.

Cara berhenti merokok

Hal ini memang sulit dilakukan jika tidak dilakukan dengan tekad yang kuat. Namun masih ada beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk berhenti merokok seperti mengganti rokok dengan mengonsumsi permen. 

Jika tidak berhasil juga sebaiknya berkonsultasilah kepada layanan berhenti merokok atau dokter.

Berdasarkan pembahasan di atas dapat kita simpulkan bahwa sulitnya menekan angka perokok aktif lebih banyak disebabkan karena kurangnya kesadaran dan pengetahuan tentang bahaya jangka panjang dari rokok. 

Harga rokok yang murah serta kurang ketatnya larangan merokok di tempat umum juga menjadi masalah lain.