Koma - Tanda, Penyebab, Gejala, Cara Mengobati

Dipublish tanggal: Feb 8, 2019 Update terakhir: Nov 5, 2020 Tinjau pada Apr 10, 2019 Waktu baca: 3 menit

Mengenai Istilah Koma

Koma adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kesadaran yang sangat berat. Terjadinya koma disebabkan oleh menurunnya aktivitas di otak. Banyak penyebab yang dapat menimbulkan kondisi ini. Terganggunya sistem organ pada otak dan kondisi neurologis adalah faktor yang memicu penurunan kesadaran.

Kesadaran manusia dikendalikan oleh sistem kerja otak dengan lingkungan sekitar seperti menerima respon suara dan penciuman. Manusia akan sadar apabila kerja otak dan kesadaran seseorang bekerja secara bersamaan. Tubuh kita cukup rentan menerima rangsangan terhadap kesadaran lingkungan. Konsentrasi yang tinggi juga meningkatkan kesadaran secara individual karena interaksi dari respon saraf sensorik di otak.

Penyebab Koma

Penurunan kesadaran hingga mencapai koma terjadi akibat disfungsi akivitas neuron di otak yang disebabkan oleh gangguan cedera pada daerah di otak seperti korteks dan talamus. Kondisi ini menimbulkan beberapa penyebab yang ditimbulkan dari koma antara lain:

  1. Cedera langsung batang otak
  2. Cedera kepala seperti terjatuh atau terbentur benda keras
  3. Gangguan metabolisme seperti diabetes, asidosis metabolik dan gagal ginjal
  4. Gangguan sirkulasi seperti tekanan darah tinggi hingga pendarahan otak
  5. Infeksi penyakit yang disebabkan oleh meningitis, abses otak dan ensefalitis
  6. AKibat kejang hingga memicu epilepsi
  7. Gagal napas

Diagnosis Koma

Bila terjadi penurunan kesadaran, dokter harus menentukan tingkat kesadaran seseorang sehingga dapat menentukan tindakan apa yang harus segera dilakukan. Dalam dunia medis tingkat kesadaran tersebut dihitung melalui Glasglow Coma Scale atau GCS.  

Pemeriksaan GCS dimulai dari adanya:

  • Respon pembukaan mata - Dimana poin 0 berarti pasien tidak merespons dan tidak mampu membuka mata secara spontan. Poin 4 sebagai yang tertinggi diartikan bahwa pasien dapat membuka mata secara spontan.
  • Respon gerakan sesuai perintah - Dimana poin 0 diartikan sebagai tidak adanya respons. Poin 6 sebagai yang tertinggi artinya pasien patuh terhadap perintah.
  • Respon suara penderita - Dimana poin 0 diartikan bahwa pasien tidak merespons. Poin 5 sebagai poin tertinggi diartikan bahwa pasien sadar dan bisa berbicara.

Riwayat Penderita Koma

Dokter harus melakukan anamnesis yang dimulai dari riwayat penyakit atau kondisi kesehatan sebelum penderita mengalami penurunan kesadaran hingga koma. Dokter akan menanyakan tentang riwayat penyakit sebelumnya, apakah penderita pernah mengalami penurunan kesadaran sebelumnya, riwayat penggunaan obat-obatan, gaya hidup, atau adanya faktor psikologis lain yang mendukung diagnosis. Informasi mengenai riwayat fisik dapat diketahui dari

Pemeriksaan Fisik

Keadaan fisik harus diperhatikan pada penurunan kesadaran yang berhujung ke koma. Pemeriksaan fisik dilakukan secara menyeluruh Pemeriksaan fisik yang diperhatikan antara lain:

  1. Denyut nadi
  2. Pupil mata dan respon mata
  3. Suhu tubuh
  4. Tekanan darah
  5. Siklus pernapasan
  6. Bau napas (apabila dicurigai akibat bahan kimia atau toksik dan alkohol)
  7. Adanya jejas luka terutama di kepala
  8. Apakah ada pendarahan

Pemeriksaan neurologis

Pemeriksaan neurologis dilakukan untuk menilai reflek respon sensoris dan motorik saraf yang diawali dengan penilaian GCS seperti yang disebutkan di atas. Kesadaran total pada seseorang memberikan nilai GCS 15. Kesadaran yang menurun total memberikan nilai GCS 3.              

Pemeriksaan Laboratorium

Di samping pemeriksaan fisik dan neurologis, pemeriksaan laobaratorium juga perlu dilakukan mengingat beberapa kondisi koma disebabkan oleh adanya gangguan sirkulasi dan infeksi. Pemeriksaan tersebut meliputi:

  1. Pemeriksaan darah lengkap, termasuk gula darah dan kolesterol
  2. Pemeriksaan fungsi organ : Fungsi ginjal, fungsi hati
  3. Pemeeriksaan kadar hormon : tiroid
  4. Pemeriksaan jantung : EKG

Pemindaian pada organ lain

 Pemindaian juga dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan organ lainnya dengan menggunakan alat berupa

  1. CT scan (Computed Tomography)
  2. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
  3. EEG (ELectrpencephalography)

Pemerksaan CT dapat mendeteksi adanya pendarahan, sumbatan, hingga tumor pada otak yang memicu stroke hingga menyebabkan koma.

Pemeriksaan MRI memberikan gambaran lebih jelas secara visual pada organ otak. MRI juga dapat mendeteksi struktur kerusakan organ yang lebih kompleks.

EEG otak bertujuan memeriksa aktivitas otak melalui gelombang elektrik yang dapat direkam.

Penanganan Pada Koma

Orang yang tengah koma sebaiknya harus segera dibawa ke rumah sakit untuk diberikan penanganan secepatnya. Ini ditakutkan akan terlibat komplikasi yang lebih dalam pada sirkulasi, metabolisme, dan gangguan saraf di otak yang dapat menyebabkan kematian. Penanganan medis darurat di rumah sakit dikenal dengan nama Basic Life Support atau Bantuan Hidup Dasar.

Sebelum dilakukan pemeriksaan dokter dan tim medis akan melakukan penanganan awal dengan mempertahankan pernapasan dan kebutuhan cairan pada pasien koma. Kondisi koma selalu disesuaikan dengan keadaan dan riwayat penyakit yang terjadi sebelum muncul penurunan kesadaran hingga koma. Setelah kondisi sudah stabil dapat segera dilakukan pemeriksaan lebih detil untuk mendukung adanya diagnosis yang menimbulkan koma.

                 


18 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Lava, N. WebMD (2016). Coma: Types, Causes, Treatments, Prognosis. (https://www.webmd.com/brain/coma-types-causes-treatments-prognosis)
Wolf, et al. Medscape (2017). Hepatic Encephalopathy. (https://emedicine.medscape.com/article/186101-overview)
Cafasso, J. Marcin, J. Healthline (2016). What Causes Coma? (https://www.healthline.com/health/coma)

Artikel ini hanya sebagai informasi awal mengenai kondisi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Pertanyaan dan jawaban lain tentang kondisi ini
Buka di app