Harus Berapa Banyak Virus Corona dalam Tubuh Sampai Bikin Kita Sakit?

Dipublish tanggal: Jul 13, 2020 Update terakhir: Nov 10, 2020 Waktu baca: 3 menit
Harus Berapa Banyak Virus Corona dalam Tubuh Sampai Bikin Kita Sakit?

Ringkasan

Buka

Tutup

  • Kebanyakan orang tidak menunjukkan gejala apa pun ketika terinfeksi virus corona. Hal ini disebut juga kasus Orang Tanpa Gejala (OTG).
  • Virus dengan dosis infeksi yang rendah cenderung lebih mudah menginfeksi tubuh, meskipun sistem imun orang tersebut tergolong baik.
  • Para ahli menduga bahwa dosis infeksius SARS-COV-2 tergolong rendah, mengingat penyebaran yang terjadi saat ini begitu cepat.
  • Untuk virus SARS, termasuk coronavirus, perkiraan jumlah virus yang bisa menyebabkan sakit hanya beberapa ratus partikel. Beda dengan kasus MERS yang dosis infeksiusnya jauh lebih tinggi atau sekitar ribuan partikel.
  • Semakin banyak virus corona yang masuk ke dalam tubuh, maka gejala COVID-19 yang akan muncul kemungkinan juga akan semakin parah.
  • Jika Anda mencurigai gejala virus corona atau melakukan kontak langsung dengan penderita, segera lakukan pemeriksaan COVID-19 untuk memastikan apakah Anda tertular virus corona atau tidak.
  • Klik untuk membeli perlengkapan new normal dari rumah Anda melalui HDmall. *Gratis ongkos kirim ke seluruh Indonesia dan bisa COD.

Tidak semua orang mengalami gejala saat terinfeksi COVID-19. Justru, kebanyakan di antaranya tidak menunjukkan gejala apa pun sehingga sering disebut dengan Orang Tanpa Gejala (OTG). Namun di sisi lain, sebagian orang lainnya bahkan sampai harus dirawat di rumah sakit akibat terjangkit virus corona. Anda mungkin bertanya-tanya, memangnya harus berapa banyak virus corona dalam tubuh sampai bisa menyebabkan seseorang terinfeksi COVID-19? 

Pengaruh sistem imun dengan risiko penularan virus corona

Faktanya, kebanyakan orang tidak menunjukkan gejala apa pun ketika terinfeksi virus corona. Sekilas dari luar mungkin saja orang tersebut tampak sehat, namun setelah diperiksa ternyata terbukti positif COVID-19. Namun, ada juga yang mengalami gejala virus corona ringan sampai parah bahkan harus dirawat di rumah sakit.

Muncul atau tidaknya gejala memang tergantung kondisi fisik masing-masing orang. Jika sistem imunnya baik, maka tubuh akan mampu melawan virus corona sampai tuntas dan kembali fit.

Itulah sebabnya, Anda dianjurkan untuk melakukan isolasi mandiri selama 14 hari untuk memastikan tubuh benar-benar sehat kembali.

Namun jika sistem kekebalan tubuhnya tidak cukup kuat, maka virus corona akan terus menginfeksi tubuh dan menimbulkan gejala ringan hingga parah. Gejala virus corona COVID-19 umumnya berupa batuk kering, sesak napas, hingga kelelahan.

Berapa banyak virus corona dalam tubuh sampai bisa bikin sakit?

Jumlah virus yang diperlukan untuk membuat seseorang jatuh sakit disebut dengan dosis infeksius. Virus dengan dosis infeksi yang rendah cenderung lebih mudah menginfeksi tubuh, meskipun sistem imun orang tersebut tergolong baik. Lain halnya dengan virus yang memiliki dosis infeksius besar, maka seseorang harus terpapar virus dalam jumlah banyak agar bisa sakit.

Dosis infeksi minimum untuk SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan COVID-19, memang masih belum diketahui. Namun, para ahli menduga bahwa dosis infeksiusnya tergolong rendah, mengingat penyebaran yang terjadi saat ini begitu cepat.

Untuk virus SARS, termasuk coronavirus, perkiraan jumlah virus yang bisa menyebabkan sakit hanya beberapa ratus partikel. Hal ini berbeda dengan kasus MERS yang dosis infeksiusnya jauh lebih tinggi, yakni sekitar ribuan partikel untuk bisa menginfeksi orang lain.

Semakin banyak virus corona yang masuk ke dalam tubuh (viral load), maka gejala COVID-19 yang akan muncul kemungkinan juga akan semakin parah. Contohnya, jika partikel virus yang masuk ke paru-paru sangat banyak, maka risiko kerusakan paru-paru juga diyakini akan meningkat.

Akan tetapi, hal ini bukanlah hasil mutlak dan masih terus diteliti oleh para ahli. Pasalnya, beberapa orang tanpa gejala (OTG) ditemukan memiliki viral load yang sama tingginya dengan pasien dengan gejala parah. 

Penularan COVID-19 juga dipengaruhi oleh sirkulasi udara di sekitar

Virus corona COVID-19 menular dari satu orang ke orang lain melalui droplet berisi virus yang bertebaran di udara, biasanya melalui batuk atau bersin. Ketika terhirup oleh orang yang sehat, droplet tersebut akan masuk ke saluran pernapasan dan lambat laun menginfeksi paru-paru. 

Selain dari batuk atau bersin, penularan virus corona COVID-19 juga bisa terjadi ketika Anda menyentuh wajah, mata, mulut, atau hidung tanpa mencuci tangan terlebih dahulu. Ya, virus corona bisa menempel di tangan, lalu berpindah dan terhirup hingga menginfeksi tubuh Anda secara perlahan. 

Akan tetapi, bila dibandingkan dengan menghirup droplet, bentuk penularan tadi mungkin memerlukan jutaan salinan virus agar bisa menimbulkan infeksi dalam tubuh. Namun, tetap saja hal ini menandakan bahwa seseorang tidak harus sakit, bersin, maupun batuk agar bisa menularkan COVID-19 pada orang lain.

Perlu diketahui juga bahwa baru-baru ini WHO memperingatkan adanya risiko penularan virus corona lewat udara. Hal ini bermula dari adanya temuan bahwa droplet berdiameter kurang dari 5 mikron, atau disebut aerosol, dapat bertahan di udara selama berjam-jam.

Baca Selengkapnya: Mungkinkah Virus Corona COVID-19 Menular Lewat Udara (Airborne)?

Karena ukurannya sangat kecil dan bertahan lebih lama daripada droplet, maka aerosol akan lebih mudah terhirup dan menyebabkan penularan. Apalagi jika ruangannya sempit dan sirkulasi udaranya buruk, maka risiko penularan tentunya juga akan semakin besar.

Oleh karena itu, pastikan ruangan Anda memiliki sirkulasi udara yang baik, baik itu di rumah, kantor, maupun tempat-tempat yang Anda kunjungi. Hindari pula ruangan yang penuh sesak. 

Kunci terpenting untuk mencegah penularan virus corona adalah dengan rajin mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir selama 20 detik. Jangan lupa selalu gunakan masker ketika bepergian ke luar rumah dan hindari keramaian. Tetaplah jaga jarak fisik (physical distancing) untuk mencegah risiko penularan COVID-19 dari orang lain di sekitar Anda.


4 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
WebMD. How long does it take after you are infected to get sick with the coronavirus? (https://www.webmd.com/lung/qa/how-long-does-it-take-after-you-are-infected-to-get-sick-with-the-coronavirus). 29 Juni 2020.
Science Alert. Does The Amount of Coronavirus You're Exposed to Determine How Sick You'll Get? (https://www.sciencealert.com/does-the-amount-of-covid-19-virus-you-are-exposed-to-determine-how-sick-you-ll-get). 11 April 2020.
The New York Times. It's Not Whether You Were Exposed to the Virus. It's How Much. (https://www.nytimes.com/2020/05/29/health/coronavirus-transmission-dose.html). 29 Mei 2020.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app