Hindari Kelumpuhan, Cegah dengan Imunisasi Polio Sejak Dini

Dipublish tanggal: Okt 22, 2019 Update terakhir: Nov 19, 2021 Tinjau pada Nov 15, 2019 Waktu baca: 3 menit
Hindari Kelumpuhan, Cegah dengan Imunisasi Polio Sejak Dini

Ringkasan

Buka

Tutup

  • Polio adalah suatu penyakit menular yang dapt menyerang saraf dan berisiko menyebabkan kelumpuhan secara permanen;
  • Imunisasi polio sejak dini melalui suntikan ataupun polio tetes sangat penting bagi anak-anak yang masih berusia di bawah 5 tahun;
  • Infeksi virus penyebab penyakit polio dapat menular melalui kontak langsung dari cairan yang keluar dari hidung, mulut, atau tinja penderita polio;
  • Untuk mencegah polio, dapat diberikan vaksin polio secara oral sebanyak 4 kali pada bayi baru lahir dan dilanjutkan pada bulan ke-2, ke-3, dan ke-4;
  • Klik untuk memesan vaksin polio atau berbagai macam vaksin lain dengan harga terjangkau dan layanan profesional yang tersedia di HDmall.

Apa Itu Polio?

Polio adalah suatu penyakit menular yang dapt menyerang saraf dan berisiko menyebabkan kelumpuhan secara permanen. 

Penyakit polio disebabkan oleh infeksi virus pada sistem pernapasan dan sistem pencernaan. Untuk mencegah penyakit polio, Anda dapat melakukan imunisasi polio sejak dini, baik melalui suntikan ataupun polio tetes. Hal ini sangat penting terutama bagi anak-anak yang masih berusia di bawah 5 tahun.

Mengapa vaksin polio penting dilakukan?

Penyakit polio sendiri sulit diprediksi di awal karena umumnya tidak menunjukkan gejala atau tanda-tanda terlebih dahulu. Akan tetapi beberapa gejala mungkin berupa sakit tenggorokan, flu yang tak kunjung sembuh, nyeri otot, serta beberapa gejala umum lainnya. 

Penyebab polio sendiri terjadi akibat masuknya virus melalui mulut atau hidung lalu menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah. 

Infeksi penyakit polio juga dapat menyebar dan menular dengan mudah melalui kontak langsung dari cairan yang keluar dari hidung, mulut, bahkan tinja penderita polio. 

Kondisi tersebut akan lebih rentan dialami oleh mereka yang belum mendapatkan vaksin polio dan memiliki kondisi seperti sedang hamil, memiliki daya tahan tubuh yang lemah, tinggal di lingkungan dengan sanitasi yang buruk, serta melakukan perjalanan ke wilayah yang rawan akan wabah polio.

Jika polio tidak dicegah, infeksi virus yang terjadi dapat menyebabkan gangguan pernapasan, kelumpuhan hingga kematian. Efek virus penyebab penyakit polio dapat menyebabkan kelumpuhan dengan merusak bagian motor neuron pada cornu anterior yang berada di sumsum tulang belakang.

Masa inkubasi virus polio biasanya memakan waktu 3-6 hari dengan gejala kelumpuhan dapat terjadi dalam waktu 7-21 hari. Hingga saat ini belum ada obat polio sehingga perawatan terapi fisik mungkin diperlukan untuk membantu merangsang otot dan meningkatkan mobilitas. Oleh karena itu, hal yang memungkinkan untuk mencegah virus polio adalah dengan melakukan vaksin polio.

Baca juga: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengobati Polio

Mengenal 2 Jenis Vaksin Polio

Untuk melindungi tubuh dari penyakit polio dan gangguan poliomyelitis, Anda perlu mendapatkan vaksin polio. 

Vaksin polio berperan penting untuk mencegah terjadinya penularan polio di lingkungan sekitar. Jika dibiarkan tanpa penanganan yang tepat, kondisi ini dapat mengancam dan membahayakan nyawa penderita polio.

Imunisasi polio terbagi menjadi 2 jenis, yaitu:

  • Imunisasi polio oral atau oral polio vaccine (OPV) yang telah dilemahkan
  • Imunisasi polio melalui suntikan atau inactivated polio vaccine (IPV) dengan virus yang telah dinonaktifkan

Untuk pemberian vaksin polio secara oral diberikan sebanyak empat kali, yaitu saat bayi baru lahir dan dilanjutkan pada bulan ke-2, ke-3, dan ke-4. Sedangkan dosis penguat akan diberikan ketika bayi telah mencapai 18 bulan. 

Jika bayi baru lahir, maka dapat diberikan imunisasi polio jenis OPV, kemudian dilanjutkan dengan pemberian IPV. Pemberian vaksin polio IPV ini wajib dan minimal satu dosis IPV diberikan pada setiap anak.

Efek Samping Imunisasi Polio

Setelah diberikan vaksin polio baik IPV maupun OPV, imunisasi polio dapat menimbulkan beberapa efek samping yang wajar terjadi, termasuk tanda kemerahan pada area yang disuntik. Selain itu, anak juga mungkin akan mengalami demam ringan sehingga bisa diatasi dengan memberikan paracetamol dosis rendah atau sesuai resep dokter.

Sedangkan efek yang ditimbulkan OPV umumnya jarang terjadi, tetapi vaksin polio jenis OPV yang diberikan melalui tetes mulut bisa menimbulkan diare ringan tanpa disertai dengan demam. Namun agar tidak terjadi efek samping yang membahayakan, sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelum melakukan imunisasi polio. 

Baca juga: Pentingnya Imunisasi Sejak Dini untuk Cegah Penyakit

Hal yang Harus Diperhatikan Sebelum Imunisasi Polio

Imunisasi polio merupakan salah satu jenis imunisasi yang penting dilakukan agar terhindar dari penyakit polio. Namun sebelum melakukan imunisasi polio, sebaiknya Anda memperhatikan beberapa hal penting di bawah ini:

Reaksi Alergi

Sebelum melakukan imunisasi polio, ada baiknya untuk mengetahui terlebih dahulu apakah ada tanda reaksi alergi yang dimiliki anak.

Jika anak memiliki reaksi alergi terhadap kandungan streptomycin, polymyxin B, dan neomycin, ada baiknya untuk menghindari imunisasi polio karena imunisasi polio dapat menimbulkan reaksi alergi terhadap kandungan tersebut.

Hindari Pemberian Imunisasi Saat Anak Sakit

Jika anak sedang sakit, ada baiknya tidak melakukan imunisasi polio terlebih dahulu. Tunda pemberian imunisasi polio hingga anak benar-benar sembuh. Akan tetapi jika sakit yang dialami anak masih dalam kategori ringan seperti batuk atau pilek tanpa disertai demam, maka anak masih boleh diberikan vaksin polio.

Secara keseluruhan, imunisasi polio dengan jenis IPV dan OPV aman dilakukan. Untuk menghindari efek samping yang berbahaya sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu pada dokter ahli untuk penanganan yang tepat. 

Imunisasi polio pada anak penting untuk dilakukan sesuai dengan jadwal agar anak dapat terhindar dari penyakit polio yang bisa menyebabkan kelumpuhan.


13 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Mehndiratta, M. M., Mehndiratta, P., & Pande, R. (2014). Poliomyelitis: historical facts, epidemiology, and current challenges in eradication. The Neurohospitalist, 4(4), 223–229. https://doi.org/10.1177/1941874414533352. National Center for Biotechnology Information. (Accessed via: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4212416/)
Polio (Poliomyelitis). Johns Hopkins Medicine. (Accessed via: https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/poliomyelitis-polio)
Polio. Harvard Health. (Accessed via: https://www.health.harvard.edu/a_to_z/polio-a-to-z)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app