Fimosis - Tanda, Penyebab, Gejala, Cara Mengobati

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Nov 9, 2020 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca: 4 menit

Fismosis adalah kondisi dimana kulit prepusium (kulup) tidak dapat ditarik ke pangkal penis sehingga kepala penis selalu terbungkus oleh prepusium tersebut. Kelainan fimosis ini hanya terjadi pada penis yang belum disirkumsisi.

Penis merupakan salah satu bagian dari sistem kemih pada pria. Sistem saluran kemih berkembang pada saat usia kehamilan 8 – 20 minggu. Pada bayi laki-laki dipengaruhi oleh hormon testosteron, sedangkan pada bayi perempuan dipengaruhi oleh hormon estrogen. Apabila ada gangguan pada hormon selama kehamilan. Ada berbagai macam gangguan saluran kemih pada pria, salah satunya adalah fimosis.

Anatomi Organ Reproduksi Pria

Sebelum membahas lebih jauh tentang fimosis, berikut sedikit ulasan mengenai bagian-bagian penis secara umum, antara lain :

  • Glands atau kepala penis, yaitu bagian ujung penis (kepala) yang pada bagian tengahnya terdapat lubang uretra.
  • Corpus atau batang penis. Mulai dari pangkal penis sampai ujung penis disebut dengan corpus penis. Corpus penis tersusun dari 3 bagian yaitu 2 bagian cavernosa yang banyak mengandung pembuluh darah dan 1 bagian spongiosum yang terdapat saluran uretra ditengahnya.
  • Kulit penis. Seluruh bagian penis ditutupi oleh kulit yang berhubungan dengan kulit dari perut. Kulit yang menutupi glands penis disebut dengan prepusium atau kulup penis yang dapat ditarik ke belakang sehingga membuka glands penis sampai batas leher penis. Pada penis yang sudah disirkumsisi (disunat), kulit prepusium tersebut dibuang sehingga glands penis selalu terbuka.

Pada kelainan fimosis, terjadi kondisi dimana kulit prepusium tidak dapat ditarik ke pangkal penis sehingga glands penis selalu terbungkus oleh prepusium. Kelainan fimosis ini hanya terjadi pada penis yang belum disirkumsisi.

Apabila terjadi fimosis, maka pasien tidak boleh menarik kulit prepusiumnya ke pangkal penis secara paksa karena dapat menimbulkan luka dan terbentuk jaringan parut. Hal ini dapat menyebabkan kelainan fimosis semakin parah.

Prognosis dari fimosis ini cukup baik dan tidak menimbulkan komplikasi serius, apabila ditangani dengan baik. fimosis tidak menyebabkan gangguan kesuburan pada pria. Komplikasi yang mungkin terjadi dari fimosis ini adalah terjadinya parafimosis, yaitu kondisi dimana kulit prepusium yang sudah ditarik secara paksa ke pangkal penis dan tidak dapat kembali ke posisi semula. Kulit prepusium akan menjepit leher penis sehingga aliran darah di daerah tersebut tidak lancar. Komplikasi parafimosis ini harus segera ditangani dengan tindakan sirkumsisi.

Gejala dan Ciri-ciri Fimosis

Ketika kulit prepusium penis tidak dapat ditarik ke bagian pangkal penis akan menyebabkan daerah glands penis sulit dibersihkan, sehingga mudah terkena infeksi.

Gejala yang mungkin timbul saat terjadi fimosis antara lain :

Penyebab Fimosis

Secara umum penyebab terjadinya fimosis dapat dibedakan menjadi 2, yaitu fisiologis dan patologis.

  • Kondisi fisiologis

Pada kondisi ini, fimosis terjadi pada bayi laki-laki yang baru lahir. Hal ini normal terjadi karena kulit prepusium yang terlalu sempit sehingga tidak dapat ditarik seluruhnya ke pangkal penis. Kondisi ini akan mengalami perbaikan sendiri saat memasuki usia anak-anak atau remaja.

Orang tua yang memiliki bayi dengan fimosis fisiologis harus menyadari kelainan ini dan rajin membersihkan penis bayi dengan baikk untuk mencegah terjadinya infeksi.

  • Kondisi patologis

Sedangkan fimosis yang patologis biasanya terjadi pada pria dewasa yang belum disirkumsisi. Kelainan fimosis yang patologis ini biasanya timbul pada pasien yang tidak menjaga kebersihan penisnya dengan baik.

Pada pria yang belum disirkumsisi, seluruh glands penis tertutup oleh kulit prepusium. Hal ini akan sangat mudah menjadi tempat berkembang biaknya bakteri di daerah tersebut dan menimbulkan perlengketan antara kulit prepusium dengan glands penis. Infeksi yang sering terjadi di daerah glands penis yaitu balanitis yang lama kelamaan dapat memicu terbentuknya jaringan parut atau scar. Jaringan parut ini bersifat kaku, tidak lentur.

Selain itu fimosis patologis juga dapat terjadi berkaitan dengan penyakit tertentu seperti diabetes mellitus. Karena pada pasien dengan diabetes mellitus, kemungkinan untuk terjadinya infeksi balantis lebih besar.

Pada orang yang sudah lansia dan tidak pernah disirkumsisi, fimosis dapat terjadi karena elastisitas kulit yang mulai menurun dan parafimosis dapat terjadi ketika pasien ataupun perawat lupa mengembalikan kulit prepusium kembali ke posisi semula setelah ditarik ke pangkal penis.

Faktor Resiko

Faktor resiko utama yang dapat menyebabkan timbulnya fimosis adalah pria yang tidak disirkumsisi. Adapun faktor resiko lain yang dapat berperan adalah :

  • Orang lansia
  • Memiliki riwayat diabetes mellitus
  • Orang yang memiliki hygine buruk pada penis

Penegakan Diagnosis

Penengakan diagnose fimosis cukup mudah. Pasien dapat mengetahui sendiri, apakah dirinya terkena fimosis atau tidak jika pasien belum disirkumsisi dan kulit prepusiumnya tidaak dapat ditarik ke bagian pangkal penis.

Pengobatan Fimosis

Penanganan fimosis cukup bervariasi tergantung dari usia pasien, tingkat keparahan fimosis, dan juga gejala yang ditimbulkan.

Untuk penanganan pertama dapat diberikan salep yang mengandung steroid di bagian ujung penis. Sekitar 70% kasus menunjukan perbaikan dengan penggunaan salep tersebut. Salep yang mengandung steroid harus digunakan selama 4 – 6 minggu sampai kulit prepusium melembut, setelah itu penggunaan salep harus dihentikan.

Jika penggunaan salep tidak menunjukan perbaikan, maka penanganan fimosis dapat diatasi dengan tindakan sirkumsisi atau khitan.

Apakah kondisi ini dapat dicegah?

Fimosis hanya terjadi pada penis yang belum disirkumsisi. Oleh karena itu pencegahan utama agar tidak terjadi fimosis hanya dengan melakukan tindakan sirkumsisi.

Bagi pria yang belum disirkumsisi, maka daerah glands penis harus sering dibersihkan dengan menarik kulit prepusium ke pangkal penis kemudian dicuci sampai bersih.


12 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
WebMD. 2 Penis Disorders: Phimosis and Paraphimosis. (https://www.webmd.com/men/phimosis-paraphimosis)
Ghory, H. Medscape (2017). Phimosis and Paraphimosis. (https://emedicine.medscape.com/article/777539-overview)
Balentine, J. MedicineNet (2017). Phimosis vs. Paraphimosis: Symptoms, Causes, and Treatments. (https://www.medicinenet.com/phimosis_and_paraphimosis_penis_disorders/article.htm)

Artikel ini hanya sebagai informasi awal mengenai kondisi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Pertanyaan dan jawaban lain tentang kondisi ini
Buka di app