Cara Memilih Pelumas Organ Kewanitaan yang Tepat

Ada dua hal yang harus dipertimbangkan ketika akan memilih pelumas yang cocok bagi wanita, sehingga tidak menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan.
Dipublish tanggal: Jun 24, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 2 menit
Cara Memilih Pelumas Organ Kewanitaan yang Tepat

Ketika melakukan aktivitas seksual, terkadang pasangan membutuhkan sedikit bantuan untuk melancarkan proses penetrasi karena tidak serta merta proses penetrasi dapat berjalan lancar dan mulus. 

Di sinilah Anda membutuhkan pelumas organ kelamin wanita, agar proses penetrasi berjalan lancar dan lancar.  Hal ini disebabkan karena tidak semua wanita bisa terangsang secara penuh dan memproduksi cairan yang cukup untuk melumasi organ seksualnya.

Hal yang perlu diperhatikan saat memilih pelumas

Ada dua hal yang harus dipertimbangkan ketika akan memilih pelumas yang cocok bagi wanita, sehingga tidak menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan.

Kenyamanan

Kenyamanan di sini artinya mengacu pada kenikmatan dan rasa nyaman yang didapat setelah menggunakan pelumas.  

Beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu dari segi tekstur, cara penggunaan yang tepat, berapa banyak jumlah produk yang harus dipakai, dapat memberikan efek yang berbeda saat melakukan aktivitas seksual. 

Perlu diperhatikan agar tidak memilih pelumas yang justru membuat alergi dan pasangan merasa tidak nyaman.

Keamanan

Ketika memilih suatu produk pelumas, pastikan keamanannya terjangkau. Misalnya, pelumas berbahan dasar minyak tidak dapat digunakan ketika pasangan Anda menggunakan kondom lateks, karena kondom ini tidak dapat menjalankan fungsi dengan baik jika bertemu dengan pelumas yang berminyak.

Jenis Pelumas Yang Baik

1. Pelumas berbahan dasar air dan gliserin

Pelumas air yang mengandung gliserin adalah pelumas yang cukup banyak ditemukan di pasaran.  Pelumas organ kelamin wanita ini memiliki rasa sedikit manis kandungan gliserin. 

Hal ini berfungsi saat organ kelamin mulai terasa kering, disarankan jangan menambah pelumasnya, tetapi basahi dengan air atau air liur untuk menambah kebasahan.  Kelebihan dari pelumas ini yaitu mudah ditemukan di pasaran, harganya yang terjangkau, aman digunakan jika pasangan menggunakan kondom lateks. 

Kekurangan dari penggunaan pelumas ini yaitu cepat kering dan mudah lengket.

2. Pelumas berbahan dasar air tanpa gliserin

Jika anda sering mengalami infeksi jamur pada organ kelamin, pelumas ini sangat disarankan untuk anda. Pelumas tanpa kandungan gliserin tidak akan memicu infeksi jamur.  

Kelebihan dari pelumasi ini yaitu mengurangi bahaya iritasi, aman digunakan dengan kondom latek, lebih disarankan untuk pemakaian seks anal. Kekurangan pelumas jenis ini yaitu terasa pahit, agak sulit dijual di pasaran, mengandung parabens yang menyebabkan iritasi kulit.

3. Pelumas berbahan silikon

Pelumas organ kelamin wanita ini merupakan salah satu tipe pelumas yang cukup awet dan cukup disarankan bagi para wanita yang memiliki karakteristik organ kelamin yang kering atau nyeri saat penetrasi. 

Berbahan dasar silikon berbeda dengan silikon yang digunakan untuk implan, silikon ini tidak berbahaya dan cenderung lebih aman. Kelebihan dari pelumas silikon jenis ini yaitu tidak menembus pori-pori kulit dan tidak menimbulkan reaksi alergi.  

Kekurangannya, pelumas ini harganya tergolong tinggi, tidak dijual bebas di pasaran, harus dibersihkan dengan sabun dan air setelah menggunakan pelumas ini.

4. Pelumas berbahan minyak

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, pelumas ini sifatnya dapat merusak kondom berbahan lateks. Sehingga, lebih cocok menggunakan kondom berbahan nitril, polisoprena, dan polyuretan. 

Kandungan pelumas jenis ini juga terdiri dari bahan-bahan tradisional di sekitar, seperti minyak sayur, mentega, atau baby oil.  Kelebihan pelumas tipe ini yaitu aman digunakan dan dipijat pada bagian kelamin, murah dan mudah didapatkan di pasaran. 

Kekurangan dari peluman ini yaitu dapat merusak kondom berbahan lateks dan menimbulkan noda pada kain atau apapun yang berbahan dasar kain.


13 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app