Benarkah Pakai Vape Mampu Berhenti Merokok?

Berdasarkan pembahasan di atas, vape memang memiliki resiko yang lebih kecil dibanding rokok konvensional, namun tetap saja memiliki bahaya yang sama dengan rokok.
Dipublish tanggal: Jun 20, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 3 menit
Benarkah Pakai Vape Mampu Berhenti Merokok?

Penggunaan rokok elektrik atau vape sangat marak di Indonesia sejak beberapa tahun terakhir. Selain memiliki bentuk dan desain yang keren, vape juga dipercaya lebih baik dari rokok konvensional dan dapat membantu proses berhenti merokok. Benarkah hal tersebut? Berikut pembahasannya.

Mengenal vape

Vape merupakan salah satu inovasi baru untuk bahan olahan tembakau. Rokok elektrik modern pertama kali dikenalkan pada tahun 2003 oleh sebuah perusahaan dari Beijing, Tiongkok. Vape diklaim memiliki bahaya yang lebih kecil dan lebih ramah lingkungan dibandingkan rokok konvensional. 

Selain itu vape juga lebih hemat karena dapat diisi ulang dengan E-liquid.

Vape menggunakan baterai sebagai sumber tenaga yang akan menghasilkan panas dan menyebabkan evaporasi dari e-liquid­. Alat ini dipasarkan sebagai alternatif lain dari rokok guna membantu seseorang berhenti merokok. Namun efek dari rokok elektrik ini masih menjadi pro dan kontra.

Indonesia sendiri sudah melegalkan vape pada tahun 2018 lalu sebagai bahan alternatif olahan tembakau. Vape banyak diminati karena memiliki banyak pilihan rasa, mulai dari rasa buah hingga rasa berbagai macam kue. E-liquid menjadi hal yang perlu diperhatikan, karena inilah yang menjadi perdebatan tentang efek dari vape.

Kandungan Vape

Sebenarnya bukan vape yang menjadi fokus utama tapi E-liquid-nya. E-liquid sendiri memiliki kandungan nikotin, propilen glikol, vegetable gliserin dan perasa. Nikotin merupakan racun yang berasal dari tembakau. 

Kadar nikotin tinggi dapat menyebabkan kematian dengan menghentikan otot yang digunakan untuk bernafas.

Nikotin dalam kadar kecil mengakibatkan rasa segar dan dan perasaan rileks. Banyak yang salah paham tentang nikotin, nikotin dianggap merupakan bahan karsinogenik (pemicu kanker). Padahal nikotin tidak bersifat karsinogenik tetapi memiliki sifat yang dapat mengakibatkan kecanduan. 

Pada vape sendiri kandungan nikotin berkisar antara 3-50 mg abv%.

Propilen glikol merupakan bahan yang membuat vape dapat mengeluarkan uap air. Penelitian menunjukan menghirup propilen glikol dapat menyebabkan iritasi saluran pernafasan pada beberapa kasus dengan penggunaan jangka panjang.

Vegetable gliserin merupakan bahan kimia cair tidak berwarna, tidak berbau, sedikit manis, bertekstur agak kental dan larut dalam air. Penelitian dari BPOM menyimpulkan bahwa vegetable gliserin tidak menimbulkan bahaya jika dihirup dalam suhu kamar. 

Penggunaan jangka panjang dengan suhu tertentu dapat menimbulkan iritasi dan dehidrasi mukosa mulut.

Za lain dalam E-liquid adalah perasa. Penelitian di Amerika Serikat menggolongkan perasa dalam E-liquid dalam status Fema Grtsm, yang berarti bahan-bahan tersebut sangat aman jika digunakan dalam makanan. 

Hingga saat ini masih menjadi perdebatan dalam hal ini karena pada vape cara pengkonsumsiannya dengan dihirup bukan dimakan.

Berdasarkan kandungan nya maka dapat disimpulkan bahwa vape atau rokok elektrik memang memiliki efek yang lebih kecil dari rokok konvensional, namun masih memiliki bahaya yang dapat mengganggu kesehatan Anda.

Bahaya vape

Vape memang memiliki efek yang lebih minim dibandingkan rokok konvensional karena banyak kandungan berbahaya lain pada rokok konvensional yang tidak terdapat pada vape, seperti tar dan karbon monoksida

Kendati demikian vape masih memiliki potensi mengganggu kesehatan dalam penggunaan jangka panjang.

Salah satu masalah yang ditimbulkan vape adalah kecanduan, hal ini akibat kandungan nikotin yang ada dalam vape. Selain itu vape juga memiliki potensi menyebabkan penyakit jantung

Meskipun kadar nikotin lebih rendah namun nikotin dalam vape masih memiliki resiko terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah arteri jantung.

Berbagai penyakit lain pun memiliki potensi resiko yang sama, seperti resiko penyakit paru karena uap yang dihirup, menimbulkan sel kanker akibat nikotin cair dan propelin glikol, serta dapat membahayakan orang-orang sekitar yang ikut menghirup uap vape tersebut.

Berdasarkan pembahasan di atas, vape memang memiliki resiko yang lebih kecil dibanding rokok konvensional, namun tetap saja memiliki bahaya yang sama dengan rokok. 

Penggunaan vape sebagai pengganti rokok juga boleh dilakukan jika memang Anda seorang perokok berat, tapi jika Anda tidak merokok sebaiknya jangan juga menggunakan vape.


3 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Can vaping help you quit smoking?. Harvard Health. (https://www.health.harvard.edu/blog/can-vaping-help-you-quit-smoking-2019022716086)
Using E-Cigarettes / Vapes To Quit Smoking. NHS (National Health Service). (https://www.nhs.uk/oneyou/for-your-body/quit-smoking/using-e-cigarettes-vapes-to-quit-smoking/)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app