Waterbirth, Amankah?

Dipublish tanggal: Mar 16, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Apr 23, 2019 Waktu baca: 4 menit

Melahirkan di air alias waterbirth sempat menjadi idola beberapa waktu lalu. Konon, persalinan dengan metode ini menawarkan rasa sakit yang minimal.  Hal Ini disebabkan karena saat proses melahirkan, ibu berendam dalam air hangat yang membuatnya rileks dan nyaman. 

Selain, suhu yang hangat itu bermanfaat melancarkan sirkulasi darah, sehingga kontraksi lebih mudah dan mulut rahim menjadi lembek sehingga mudah dibuka. Bahkan untuk beberapa kasus, mulut rahim tidak perlu dijahit lagi karena tidak robek. 

Disamping itu, proses melahirkan di air umumnya lebih cepat dibandingkan melahirkan di ”darat”, hanya memakan waktu kurang lebih 1,5—2 jam. Tapi, apakah melahirkan dengan metode ini aman untuk Ibu dan bayi?

Melahirkan di dalam air atau waterbirth mulai populer di Eropa, terutama Rusia dan Prancis pada tahun 1970-an. Teori di balik waterbirth adalah karena bayi selama di kandungan juga berada di dalam air ketuban, maka sebaiknya ia juga dilahirkan di dalam cairan hangat yang menyerupai lingkungannya ketika di dalam rahim. Sehingga bayi pun akan merasa lebih nyaman saat dilahirkan dan mengurangi tingkat stress pada bayi.

Kelebihan Melahirkan dengan Metode Waterbirth

  • Air hangat dapat memberi ketenangan dan kehangatan pada wanita, serta membuat proses melahirkan menjadi lebih rileks.
  • Dapat meningkatkan energy wanita di saat-saat pembukaan akhir.
  • Meningkatkan efisiensi kontraksi Rahim dan meningkatkan tekanan darah yang kemudian berefek pada aliran oksigen yang lebih baik ke saluran rahim serta bayi      pun mendapat cukup oksigen.
  • Menurunkan tekanan darah yang disebabkan oleh cemas berlebihan.
  • Menurunkan kadar hormone stress dan memicu produksi hormon endorfin yang berguna untuk mengurangi nyeri.
  • Air hangat dapat melunakkan dan membuat perineum lebih elastis, mengurangi risiko luka robek, guntingan, dan jahitan.
  • Lebih privat karena dilakukan di dalam air dan Ibu tidak perlu melihat apa yang terjadi pada saat ia melahirkan sehingga juga mengurangi stress dan rasa takut
  • Mengurangi penggunaan obat antinyeri saat melahirkan
  • Dapat digunakan untuk beberapa posisi bayi seperti sunsang sesuai indikasi medis
  • Mempersingkat proses melahirkan karena dapat menghambat kinerja hormone stress (katekolamin) yang menyebabkan penghambatan hormone oksitosin.

Risiko Waterbirth

Menurut Marra Francis, M.D. seorang dokter kandungan dari San Antonio. “Meskipun ada banyak kasus waterbirth yang sukses dilakukan tanpa komplikasi, namun calon Ibu tetap harus memahami risiko infeksi pada janin yang mungkin ditularkan melalui air yang digunakan untuk melahirkan, serta kemungkinan bayi tenggelam.” 

Dari studi terbesar dan terakhir yang dipublikasikan tahun 1999 dalam British Medical Journal, menyebutkan tingkat keamanan  metode melahirkan waterbirth mencapai 95 persen, namun praktisi tetap menyatakan ada potensi risiko yang mungkin terjadi  ketika waterbirth dilakukan di rumah tanpa bantuan medis. 

Pada tahun 2011, American College of Obstetricians and Gynecologists menyatakan bahwa walaupun risikonya rendah, tetapi melahirkan di rumah cenderung meningkatkan risiko kematian bayi sebesar dua sampai tiga kali lipat dibandingkan dengan melahirkan di rumah (dengan metode waterbirth).

Praktisi kesehatan kandungan percaya bahwa rumah sakit dan rumah bersalin adalah tempat teraman untuk melahirkan, tetapi semua kembali kepada keputusan calon Ibu itu sendiri. 

Keputusan tersebut termasuk pemahaman keuntungan dan risiko dari metode melahirkan yang dipilih. Risiko waterbirth akan minimal jika calon Ibu diperiksa secara rinci selama hamil dan sebelum melahirkan. 

Kehamilan dengan komplikasi seperti tekanan darah rendah/ tinggi, kehamilan di atas usia janin 37 minggu, bayi sungsang, kehamilan saat calon Ibu berusia di atas 35 tahun, dan sebagainya, harus menjadi pertimbangan untuk tidak melahirkan dengan metode ini. 

Selain itu, risiko lain yang harus dipahami calon Ibu termasuk:

1. Infeksi

Waterbirth berarti duduk, mendorong, dan mengeluarkan bayi di dalam kolam (termasuk kemungkinan buang air besar di kolam). Bayi yang dilahirkan di dalam kolam mengalami kemungkinan risiko menelan apapun yang ada di dalam air tersebut, dan hal itu meningkatkan terjadinya infeksi.  Berdasarkan data yang diterbitkan tahun 2005 dalam Journal of Maternal-Fetal and Neonatal Medicine menyebutkan, dari 1.600 waterbirth tidak ditemukan infeksi pada bayi. Namun, calon Ibu tetap harus memahami risiko ini karena tidak ada satupun cara untuk membuat air 100% steril selama proses melahirkan.

2. Menghirup Mekonium Saat dilahirkan

bayi yang menghirup air ketuban yang terkontaminasi dapat mengalami masalah pernapasan. Dokter dan bidan harus segera mengambil tindakan untuk membersihkan saluran pernapasannya.  Tingkat kegawatan bergantung pada jumlah meconium yang dihirup bayi. Semakin banyak yang dihirup maka akan semakin serius kondisinya.

3. Pneumonia

Walaupun belum ada studi signifikan yang menyebutkan kejadian pneumonia pada bayi waterbirth namun risiko tetap ada. Untuk mencegah pneumonia, suhu air harus berada antara 35-37 derajat celcius dan bayi harus berada di permukaan air segera setelah lahir. 

4. Tenggelam

Di mana ada air, maka selalu ada risiko tenggelam. Studi tahun 2004 dari Journal of Pediatrics mencatat daftar “kasus tenggelam dan hampir tenggelam pada bayi saat waterbirth”.  Selain komplikasi, bayi dapat berada dalam air pada kurun waktu yang cukup lama dan ada kemungkinan paru-parunya terendam air. Ahli medis dapat memposisikan kepala bayi di atas air untuk mencegah hal ini terjadi. 

Setiap metode melahirkan pasti mengandung risiko. Apapun metode yang dipilih, semua diserahkan kepada calon Ibu masing-masing tentunya dengan pemahaman atas risiko-risiko tersebut. 

Sehingga kesimpulannya, waterbirth tidak lebih berbahaya dibanding melahirkan dengan metode konvensional selama dilakukan di rumah sakit dan tidak memiliki riwayat komplikasi kehamilan.

 


5 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Thöni, Albin & Moroder, Ludwig. (2004). Waterbirth: A safe and natural delivery method. Experience after 1355 waterbirths in Italy. Midwifery today with international midwife. 2004. 44-8.. ResearchGate. (https://www.researchgate.net/publication/8401436_Waterbirth_A_safe_and_natural_delivery_method_Experience_after_1355_waterbirths_in_Italy)
Water birth--is it safe?. National Center for Biotechnology Information. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/8487150)
Birth, Bath, and Beyond: The Science and Safety of Water Immersion During Labor and Birth. National Center for Biotechnology Information. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4210671/)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app