Senang Melihat Orang Lain Menderita/ Susah? Simak Penjelasan Berikut

Dipublish tanggal: Jul 20, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 3 menit
Senang Melihat Orang Lain Menderita/ Susah? Simak Penjelasan Berikut

Pernahkah Anda merasa senang saat melihat orang lain menderita? Mungkin Anda akan tersenyum ketika Anda mendengar bahwa seorang rekan yang Anda benci tidak mendapatkan keuntungan dari apa yang ia perjuangkan. 

Atau, mungkin Anda merasa senang secara ketika mengetahui mantan yang memutuskan Anda memiliki masalah dalam hubungannya. Atau, mungkin Anda merasa senang ketika tetangga Anda yang sombong yang sering memamerkan gaya hidup mewah akhirnya mengalami kebangkrutan.

 Pada satu waktu atau yang lain, kebanyakan orang memperoleh kepuasan dari melihat atau mendengar tentang kecelakaan kecil seseorang, masalah atau kegagalan, sebuah fenomena yang disebut schadenfreude

Bahkan, sebuah studi tahun 2014 dalam jurnal PLoS One menemukan bahwa anak-anak seusia 2 tahun telah menunjukkan tanda-tanda schadenfreude dalam menanggapi situasi tidak adil yang melibatkan teman sebaya mereka.

 Menurut asisten profesor psikologi di Universitas Harvard yang telah melakukan penelitian luas tentang schadenfreude dan empati, munculnya perasaan schadenfreude merupakan suatu hal yang sangat manusiawi. 

Bahkan ketika hal tersebut tidak mendatangkan manfaat apapun, namun seseorang akan merasa lebih baik jika mengalami kondisi tersebut. 

Tampaknya sebagian besar kondisi seperti schadenfreude  terjadi karena adanya kompetisi secara sosial seperti, “Jika saya membandingkan diri saya dengan orang lain dan menemukan bahwa saya tidak sebagus/ sebaik (mereka), maka saya lebih mungkin merasa senang ketika mereka jatuh terpuruk.”

Bagaimana jika seseorang mengalami Schadenfreude (senang melihat orang lain menderita)?

Para peneliti telah menemukan bahwa ada tiga kekuatan pendorong di belakang munculnya sifat schadenfreude yaitu agresi, persaingan, dan keadilan. 

Beberapa penelitian telah menghasilkan bukti bahwa harga diri memiliki hubungan negatif dengan frekuensi dan intensitas schadenfreude yang dialami oleh seorang individu. 

Hal tersebut berarti bahwa semakin sedikit rasa percaya diri yang dimiliki seseorang, semakin sering dan / atau semakin intens mereka akan mengalami schadenfreude

Kebalikannya juga berlaku, mereka yang memiliki pengalaman harga diri yang lebih tinggi, munculnya sifat schadenfreude lebih jarang dan / atau dengan intensitas emosi yang lebih sedikit.

 Selain kurangnya rasa percaya diri, iri hati sering juga berperan dalam munculnya perasaan schadenfreude

Dalam serangkaian penelitian yang diterbitkan dalam Annals of the New York Academy of Sciences edisi September 2013, para peneliti menemukan bahwa iri hati adalah elemen kuat yang melandasi munculnya perasaan schadenfreude.

 Sementara itu, sebuah studi tahun 2015 dalam jurnal Psychological Reports mengaitkan pengalaman schadenfreude dengan depresi

Studi tersebut menemukan bahwa orang yang mengalami depresi lebih banyak mengalami schadenfreude dan kurang freude freude (kesenangan menyaksikan keberhasilan orang lain, atau kebalikan dari schadenfreude) dibandingkan mereka yang tidak depresi.

 Menurut sebuah penelitian, Ketika seseorang mengalami depresi, kesuksesan orang lain menjadi tak tertahankan untuk disaksikan karena hal tersebut dapat membuat perbandingan yang membuat seseorang yang mengalami depresi merasa lebih buruk.  

Masalahnya adalah, schadenfreude pada orang yang mengalami depresi akhirnya dapat menjadi racun bagi hubungan kekerabatan disekitar mereka. Hal tersebut dapat menyebabkan orang yang sudah merasa sedih/ depresi menjadi terasing secara sosial, yang dapat memperburuk kondisi depresi mereka.

 Apakah senang melihat orang lain menderita merupakan suatu kondisi normal?

Schadenfreude merupakan emosi manusia yang sangat normal, meskipun kondisi tersebut juga bisa membuat Anda merasa malu dan ingin berpura-pura tidak merasakannya. Schadenfreude terjadi karena suatu alasan dan kadang-kadang ada baiknya mencoba mencari tahu apa alasannya. 

Apakah Anda pikir orang yang menderita pantas mendapat sebuah pembalasan? Mengapa? Atau apakah kesenangan Anda lebih karena melihat orang lain kalah, dan karena hal tersebut Anda merasa menang? 

Mungkin, jika Anda jujur pada diri sendiri, Anda mungkin merasa iri hati pada keberhasilan atau kesuksesan seseorang yang apabila orang tersebut gagal/ terpuruk Anda akan merasa senang. Schadenfreude adalah reaksi yang sangat normal bagi mereka yang membuat Anda merasa lebih rendah dalam beberapa hal. 

Tetapi yang terpenting, Schadenfreude mengingatkan bahwa bukan hanya Anda yang dapat mengalami kegagalan, semua orang pun dapat mengalaminya.

 

 


10 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Piskorz, Joanna & Piskorz, Zbigniew. (2009). Situational Determinants of Envy and Schadenfreude. Polish Psychological Bulletin. 40. 137-144. 10.2478/s10059-009-0030-2.. ResearchGate. (Accessed via: https://www.researchgate.net/publication/247884904_Situational_Determinants_of_Envy_and_Schadenfreude)
van Dijk, Wilco & Ouwerkerk, Jaap & Smith, Richard & Cikara, Mina. (2015). The role of self-evaluation and envy in schadenfreude. European Review of Social Psychology. 26. 247-282. 10.1080/10463283.2015.1111600.. ResearchGate. (Accessed via: https://www.researchgate.net/publication/282869353_The_role_of_self-evaluation_and_envy_in_schadenfreude)
Brambilla, Marco & Riva, Paolo. (2017). Self-Image and Schadenfreude: Pleasure at Others’ Misfortune Enhances Satisfaction of Basic Human Needs. European Journal of Social Psychology. 47. 399-411. 10.1002/ejsp.2229.. ResearchGate. (Accessed via: https://www.researchgate.net/publication/303876253_Self-Image_and_Schadenfreude_Pleasure_at_Others'_Misfortune_Enhances_Satisfaction_of_Basic_Human_Needs)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app