Penyebab Muntaber dan Cara Penanganan yang Tepat pada Anak

Dipublish tanggal: Agu 7, 2019 Update terakhir: Nov 30, 2021 Waktu baca: 3 menit
Penyebab Muntaber dan Cara Penanganan yang Tepat pada Anak

Ringkasan

Buka

Tutup

  • Muntaber adalah kondisi ketika seseorang mengalami muntah berak. Muntaber bisa dialami oleh anak-anak, orang dewasa dan lansia;
  • Penyebab muntaber biasanya disebabkan oleh adanya infeksi virus seperti rotavirus dan norovirus ataupun bakteri E. coli dan Salmonella pada usus dan lambung;
  • Beberapa ciri ciri muntaber yang bisa terjadi, di antaranya muntah, mual, diare, tidak nafsu makan, demam tinggi, BAB berdarah, dan sakit perut;
  • Muntaber biasanya akan sembuh dalam waktu 2-3 hari. Penting untuk memiliki waktu istirahat cukup, banyak minum air putih, dan konsumsi makanan lembut;
  • Klik untuk membeli obat pencernaan yang dikirim ke rumah Anda di HDmall. *Gratis ongkir ke seluruh Indonesia & bisa COD.

Muntaber adalah kondisi ketika seseorang mengalami muntah berak. Penyebab muntaber biasanya disebabkan oleh adanya infeksi virus ataupun bakteri pada usus dan lambung. Muntaber bisa dialami oleh anak-anak, orang dewasa dan lansia terutama jika daya tahan tubuh sedang menurun.

Pada umumnya, anak-anak yang berusia di bawah 5 tahun akan lebih rentan mengalami muntaber jika dibandingkan dengan orang dewasa. Bahkan pada kasus yang cukup parah, seorang anak bisa menderita muntaber beberapa kali dalam setahun. Untuk itu perlu diketahui mengenai penyebab muntaber dan cara penanganannya secara tepat.

Apa penyebab muntaber?

Infeksi virus yang umumnya menjadi penyebab muntaber pada anak adalah rotavirus dan norovirus. Tidak hanya virus tersebut yang menjadi penyebab gejala muntaber, tetapi ada juga beberapa jenis bakteri, seperti E. coli dan Salmonella yang dapat menjadi penyebab muntaber. 

Penyakit muntaber atau gastroenteritis juga bisa disebabkan oleh parasit, seperti Giardia dan Entamoeba. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri atau virus juga dapat masuk ke dalam tubuh saat anak mengonsumsi air atau makanan yang telah terkontaminasi.

Di samping itu, muntaber juga dapat ditularkan dari penderita muntaber atau flu perut ini, terutama ketika kebersihan dan sanitasi lingkungan tidak terjaga dengan baik. Sebagai contoh, infeksi dapat terjadi pada anak setelah terjadi kontak langsung dengan penderita muntaber yang tidak mencuci bersih tangan setelah BAB dan kemudian memasukkan tangan ke dalam mulut.

Gejala muntaber

Gejala muntaber pada anak dapat berupa:

  • Kepala pusing
  • BAB tidak terkendali
  • Sakit perut
  • Kram pada perut
  • Perut kembung
  • Demam

Munculnya gejala muntaber biasanya berlangsung selama 4-7 hari bahkan hingga berminggu-minggu dan disertai dengan gejala dehidrasi akibat tubuh kekurangan cairan yang keluar bersamaan dengan muntah dan diare. 

Pada kasus yang umumnya terjadi, muntaber biasanya akan sembuh dengan sendirinya melalui beberapa cara penanganan sederhana, tetapi jika sudah berlangsung cukup lama, maka ada baiknya untuk memeriksakan anak ke dokter untuk mendapatkan perawatan yang lebih intensif.

Baca juga: Gejala Muntaber dan Solusi Mengatasinya

Penanganan muntaber di rumah

Jika anak mengalami muntaber, maka beberapa ciri ciri muntaber yang bisa terjadi, di antaranya muntah, mual, diare, tidak nafsu makan, demam tinggi, dan sakit perut perlu ditangani dengan baik. 

Selain itu, anak juga bisa mengalami gejala muntaber berupa BAB berdarah yang terjadi jika mengalami infeksi bakteri atau parasit. Muntaber yang dipicu oleh virus biasanya akan sembuh dalam waktu 2-3 hari.

Untuk membantu mengatasi muntaber, lakukan beberapa penanganan sederhana berikut ini:

1. Berikan istirahat yang cukup

Sesuai umurnya, anak memerlukan waktu untuk istirahat atau tidur sebanyak 10-12 jam setiap hari. Akan tetapi ketika sedang muntaber, maka waktu istirahat yang dibutuhkan akan lebih banyak dari biasanya.

Tujuannya untuk membantu mempercepat penyembuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh dalam melawan penyakit akibat virus, bakteri, maupun parasit.

2. Pastikan cairan tubuh terpenuhi

Ketika mengalami muntaber, salah satu hal penting agar anak tidak mengalami dehidrasi berat adalah dengan memastikan terpenuhinya cairan tubuh anak. 

Berikan air putih secara berkala terutama setelah muntah atau BAB untuk menjaga tubuh tetap terhidrasi dengan baik. Jika anak masih mendapatkan asupan ASI, maka lanjutkan pemberian ASI karena hal tersebut sangat baik untuk memperkuat sistem imun. Jika anak sudah berusia 3 tahun ke atas dapat diberikan cairan elektrolit untuk menaikkan cairan tubuh secara lebih cepat.

Baca juga: Mengetahui Kebutuhan Minum Air Putih dalam Sehari

3. Konsumsi makanan bertekstur lembut

Saat muntaber, anak tetap perlu diusahakan untuk makan secara teratur sehingga tubuh tidak mudah lemas dan dehidrasi. Berikanlah anak makanan dalam porsi kecil tapi dengan frekuensi yang lebih sering. 

Pilih juga makanan yang bertekstur lembut selama masa pemulihan sehingga makanan dapat lebih mudah dicerna, seperti pisang, nasi lembek, bubur atau bisa juga mengonsumsi makanan berkuah seperti sup.

4. Jangan berikan obat diare

Jika usia anak masih berada di bawah 12 tahun sebaiknya tidak diberikan obat diare. Jika anak mengalami gejala muntaber berupa demam dan nyeri, Anda dapat memberikan paracetamol sebagai alternatif. Selain itu, muntaber juga tidak selalu memerlukan obat antibiotik karena obat antibiotik hanya efektif untuk mengatasi muntaber yang disebabkan oleh bakteri. 

Untuk memastikan penyebab serta langkah penanganan yang tepat, termasuk pemberian obat-obatan, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Untuk langkah pencegahan muntaber, Anda juga harus memastikan bahwa makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh anak berada dalam kondisi bersih dan sehat.

Selain itu, tetaplah rutin menjaga kebersihan lingkungan di sekeliling tempat tinggal termasuk barang-barang yang sering dipegang oleh anak. Hal ini untuk meminimalisir risiko muntaber terjadi. Lakukan juga imunisasi untuk pencegahan lebih lanjut.

Kondisi muntaber dapat dicegah dengan mengajari anak kebiasaan sehat seperti rajin mencuci tangan sebelum dan setelah makan, setelah bersentuhan dengan benda kotor, tangan orang lain, apalagi setelah buang air besar (BAB). Jika kondisi anak tidak membaik dalam waktu 4-7 hari, maka segera periksakan kondisi anak ke dokter.


11 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
AboutKidsHealth. AboutKidsHealth. (Accessed via: https://www.aboutkidshealth.ca/article?contentid=746&language=english)
Vomiting and Diarrhea in Children. American Academy of Family Physicians (AAFP). (Accessed via: https://www.aafp.org/afp/2001/0215/p775.html)
Baby Vomiting No Fever: Why This Happens and What to Do. Healthline. (Accessed via: https://www.healthline.com/health/baby/baby-vomiting-no-fever)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app