COVID-19 Varian Delta Menyebar Lebih Cepat, Ini Alasannya

Dipublish tanggal: Jul 2, 2021 Update terakhir: Jul 3, 2021 Waktu baca: 3 menit
COVID-19 Varian Delta Menyebar Lebih Cepat, Ini Alasannya

Ringkasan

Buka

Tutup

  • Varian delta adalah mutasi pada virus corona B.1.617.2 yang pertama kali ditemukan di India;
  • COVID varian delta cenderung 60% lebih menular dengan angka reproduksi (R0) 6-8. Artinya, satu orang yang terinfeksi bisa menularkan ke 6-8 orang;
  • Orang yang terpapar varian delta berisiko 2 kali lebih mungkin dirawat di rumah sakit dan memperburuk kekebalan pasien lansia;
  • Gejala varian delta yang khas adalah sakit kepala, sakit tenggorokan, pilek, sakit di saluran pendengaran, hingga telinga berdenging;
  • Vaksin AstraZeneca mampu melawan infeksi virus varian delta hingga 60%;
  • Klik untuk membeli perlengkapan new normal dari rumah Anda melalui HDmall. *Gratis ongkos kirim ke seluruh Indonesia dan bisa COD;
  • Dapatkan paket tes COVID-19 berupa swab PCRswab antigen, dan rapid test dengan harga bersahabat dan tim medis berpengalaman di HDmall.

Kasus COVID-19 di Indonesia tampak kian melonjak dari hari ke hari. Selain karena berkurangnya kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan, masuknya varian delta ke tanah air diduga menjadi salah satu penyebabnya. Bahkan, katanya, varian baru ini lebih menular dan ganas. Benarkah demikian?

Apa itu virus varian delta?

Varian delta adalah mutasi pada virus corona B.1.617.2. Mulanya, mutasi ini disebut sebagai varian India karena pertama kali ditemukan di India.

Iklan dari HonestDocs
Paket Vaksin Hepatitis B Di NK Health Klinik

Cegah Penyakit Hepatitis B dengan Vaksin. Paket ini termasuk 3x suntik vaksin Hepatitis B, biaya registrasi, konsultasi dengan dokter, dan pemeriksaan tanda-tanda vital.

Namun, untuk menghindari stigma pada suatu negara tertentu dan memudahkan laporan kepada publik, para ilmuwan dunia kini menggunakan penamaan dengan pola alfabet Yunani seperti alpha, beta, gamma, dan delta. Hal ini mencerminkan urutan deteksi virus dengan varian baru.

Menurut Dr. Scott Gottlieb selaku komisaris FDA di Amerika Serikat, yang setara dengan Badan POM di Indonesia, negara mana pun yang terdapat virus varian delta harus mewaspadai terhadap lonjakan infeksi. Apalagi jika masyarakatnya masih banyak yang belum divaksinasi, karena COVID varian delta mampu menyebar dengan sangat cepat.

Baca selengkapnya: Mutasi COVID-19 Kian Mengganas, Apa yang Harus Dilakukan?

Kenapa penyebaran COVID varian delta lebih cepat daripada varian lainnya?

Melansir dari laman Nature, varian delta cenderung 60% lebih menular daripada varian alpha. Dilihat dari basic reproductive number (R0), COVID varian delta memiliki angka reproduksi 6-8. Artinya, satu orang yang terpapar varian delta bisa menularkan ke 6-8 orang, sedangkan varian corona lainnya seperti varian alfa hanya memiliki R0 sekitar 2-3.

Kecepatan penyebaran ini terjadi karena varian delta memiliki 2 mutasi sekaligus dalam protein spike-nya, yaitu L4525 dan E484Q. Faktor ganda itulah yang menjadikan virus ini lebih ganas dan dapat meningkatkan transmisi virus, menurunkan antibodi, hingga menghindari kekebalan. 

Dibandingkan varian alfa, orang yang terpapar varian delta juga berisiko 2 kali lebih mungkin dirawat di rumah sakit. Khususnya bagi pasien COVID-19 yang sudah lanjut usia, varian delta ini berpotensi memperburuk kekebalan tubuh pasien tersebut.

Iklan dari HonestDocs
Paket Vaksin Hepatitis B Di NK Health Klinik

Cegah Penyakit Hepatitis B dengan Vaksin. Paket ini termasuk 3x suntik vaksin Hepatitis B, biaya registrasi, konsultasi dengan dokter, dan pemeriksaan tanda-tanda vital.

Akibat mutasi gandanya pula, varian delta mampu menginfeksi kembali pasien COVID-19 dan semakin memperlemah kekebalan tubuh pasien tersebut. Padahal, seharusnya, orang yang sudah terinfeksi COVID-19 akan mendapatkan antibodi alami dalam tubuhnya. Namun, varian delta ini justru bisa menurunkan kekebalan tubuh pasien lansia meskipun sudah pernah mendapatkan 2 dosis vaksin sebelumnya.

Tanda dan gejala varian delta

Secara umum, gejala COVID-19 pada varian apa pun cenderung sama. Biasanya, orang yang terpapar virus corona mengalami demam, sesak napas, batuk kering, anosmia (kehilangan penciuman), hilangnya indra perasa, hingga nyeri otot.

Namun, para ilmuwan menemukan adanya gejala tambahan yang membedakan varian delta dengan varian COVID lainnya. Tanda dan gejala varian delta yang khas meliputi:

  • Sakit kepala
  • Sakit tenggorokan
  • Pilek
  • Sakit di saluran pendengaran
  • Telinga berdenging
  • Linu di bagian dalam

Terlihat bahwa pada COVID varian delta, gejala yang ditimbulkan cenderung lebih berat dibandingkan sebelumnya. Jika muncul sesak napas, rasanya akan lebih sesak dan sakitnya pun lebih berat.

Apakah vaksin COVID-19 bisa melindungi tubuh dari varian delta?

Sejak hebohnya kasus varian delta di Indonesia yang disebut menular lebih cepat, masyarakat khawatir vaksin COVID-19 tidak efektif mengatasi infeksi varian ini. Bagaimana faktanya?

Kabar baiknya, vaksin yang saat ini digunakan di Indonesia masih efektif untuk mencegah penularan maupun menurunkan risiko penyakit akibat infeksi COVID varian delta. Salah satunya vaksin AstraZeneca yang dinilai 60% efektif melawan infeksi varian delta.

Oleh karena itulah, masyarakat yang belum divaksin perlu segera mendapatkan vaksin COVID-19 agar terhindar dari varian corona ini. Semakin banyak orang yang divaksin, maka akan semakin berkurang kemungkinan virus untuk bermutasi atau menghasilkan varian-varian baru yang lebih menular atau parah. 

Namun, perlu diingat bahwa vaksin COVID-19 tidak akan membuat tubuhmu jadi kebal terhadap virus corona, ya. Orang yang sudah menerima vaksin dosis lengkap tetap bisa terpapar COVID-19 varian delta kapan saja, terutama kalau lengah terhadap protokol kesehatan. Akan tetapi, setidaknya, vaksinasi bisa membantu mencegah timbulnya gejala berat dan menurunkan risiko keparahan penyakit akibat virus corona.

Baca juga: Awas, Stres Bisa Bikin Efektivitas Vaksin COVID-19 Menurun!

6 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; Sehat Negeriku. Interaksi Sosial yang Tinggi Penyebab Lonjakan Kasus COVID-19. (https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/berita-utama/20210614/0137899/interaksi-sosial-yang-tinggi-penyebab-lonjakan-kasus-covid-19/). 14 Juni 2021.
The Lancet. Neutralising antibody against SARS-CoV-2 VOCs B.1.617.2 and B.1.351 by BNT162b2 vaccination. (https://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(21)01290-3/fulltext). 19 Juni 2021.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app