GRACIA BELINDA
Ditulis oleh
GRACIA BELINDA
DR. KARTIKA MAYASARI
Ditinjau oleh
DR. KARTIKA MAYASARI

Selain Endometriosis, ​​Adenomiosis​ pada Rahim Juga Perlu Diwaspadai oleh para Wanita

Dipublish tanggal: Des 4, 2020 Update terakhir: Des 29, 2020 Waktu baca: 3 menit
Selain Endometriosis, ​​Adenomiosis​ pada Rahim Juga Perlu Diwaspadai oleh para Wanita

Ringkasan

Buka

Tutup

    • Adenomiosis, kondisi di mana jaringan endometrium (jaringan yang melapisi rahim) justru ada dan bertumbuh pada dinding otot rahim (miometrium)
    • Adenomiosis dapat menyebabkan terjadinya penebalan dinding rahim, kram menstruasi, serta pendarahan yang lebih parah saat menstruasi.
    • Efek pendarahan hebat yang terjadi secara berkepanjangan selama masa menstruasi dapat meningkatkan risiko anemia kronis dan kelelahan 
    • Wanita yang pernah menjalani operasi rahim atau menjalani proses persalinan serta berusia di antara 40-50 tahun berisiko mengalami Adenomiosis 
    • Metode pengobatan yang paling umum dilakukan adalah dengan memberikan obat pereda nyeri dan atau obat NSAID dalam meredakan nyeri haid
    • Jika gejala dan kondisi Adenomiosis sudah parah, maka metode pengangkatan rahim atau histerektomi merupakan metode yang mungkin harus ditempuh
    • Pemeriksaan dan diagnosis awal Adenomiosis melalui pemeriksaan fisik, USG, MRI, dan biopsi akan membantu menentukan metode pengobatan yang tepat
    • Dapatkan paket pemeriksaan kesuburan untuk para wanita dengan harga terbaik hanya melalui HDmall. Hubungi tim kami sekarang juga!

    Adenomiosis adalah kondisi ketika jaringan endometrium (jaringan yang melapisi rahim) justru ada dan bertumbuh pada dinding otot rahim (miometrium). Meskipun tidak berbahaya, kondisi abnormal ini akan menyebabkan terjadinya penebalan dinding rahim, kram menstruasi, serta pendarahan yang lebih lama dengan volume darah yang lebih banyak selama berlangsungnya menstruasi.

    Selain dapat mengganggu aktivitas harian, pendarahan hebat yang terjadi secara berkepanjangan selama masa menstruasi dapat meningkatkan risiko anemia kronis atau kekurangan darah sehingga menyebabkan kelelahan atau gangguan kesehatan lainnya.

    Baca juga: Cara Mengatasi Anemia Saat Menstruasi Berlebihan

    Apa faktor penyebab Adenomiosis?

    Hingga saat ini, belum diketahui secara pasti apa yang menjadi faktor penyebab terjadinya Adenomiosis. Namun, ada beberapa hal yang mungkin bisa menjadi penyebab Adenomiosis, di antaranya:

    • Pernah menjalani operasi rahim, seperti operasi caesar, pengangkatan fibroid, atau dilatasi dan kuretase (D&C)
    • Pengaruh kadar hormon terutama hormon estrogen pada wanita usia 40-50 tahun
    • Pembentukan rahim yang abnormal pada saat sebelum lahir
    • Terjadi peradangan atau cedera pada rahim  

    Adenomiosis dapat menyebabkan sejumlah kondisi seperti:

    • Pendarahan menstruasi yang berat atau lebih lama dari biasanya (menorrhagia)
    • Kram yang parah atau nyeri panggul saat menstruasi (dismenore) 
    • Mengalami rasa nyeri saat berhubungan seksual
    • Pembesaran rahim yang ditandai dengan munculnya rasa nyeri ketika ditekan pada perut bagian bawah
    • Merasakan tekanan berlebih dan nyeri pada kandung kemih dan rektum saat buang air 

    Bagaimana cara mengobati gejala Adenomiosis pada wanita?

    Secara umum, Adenomiosis bisa dialami oleh wanita subur di usia berapapun, tetapi biasanya lebih banyak terjadi pada wanita dengan usia 40-50 tahun atau yang sudah memiliki anak. Kondisi Adenomiosis sendiri akan mereda setelah melewati masa menopause, tetapi jika gejala Adenomiosis sudah terasa sangat mengganggu, maka Anda bisa berkonsultasi dengan dokter untuk menentukan metode pengobatan yang tepat dalam mengatasi Adenomiosis.

    Pemeriksaan fisik akan menjadi langkah awal untuk mendiagnosis gejala Adenomiosis terutama dengan menekan bagian bawah perut atau panggul, apakah terjadi pembesaran rahim atau tidak yang ditandai dengan munculnya rasa nyeri di bagian tersebut. Selain itu, pemeriksaan penunjang lain untuk memeriksa jaringan rahim juga mungkin diperlukan, di antaranya USG, MRI, dan biopsi endometrium.

    Dalam mengobati Adenomiosis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan itu biasanya bergantung pada gejala yang dirasakan beserta tingkat keparahannya. Jika gejala Adenomiosis masih dalam kategori ringan, maka pemberian obat pereda nyeri serta cara alami lain dalam meredakan nyeri haid bisa diupayakan untuk mengurangi rasa tak nyaman saat siklus haid terjadi.

    Baca juga: Cara Alami Atasi Nyeri Haid

    Selain itu, 5 cara lain dalam mengatasi gejala Adenomiosis saat haid, antara lain:

    • Obat anti inflamasi. Untuk membantu meredakan rasa nyeri kategori ringan yang diakibatkan oleh Adenomiosis
    • Terapi hormon. Dengan menggunakan IUD pelepas levonorgestrel, penghambat aromatase, dan analog GnRH
    • Embolisasi arteri uterus. Suatu proses invasif untuk membantu menghambat aliran darah yang mengarah ke Adenomiosis
    • Ablasi endometrium. Prosedur invasif lainnya berfungsi untuk menghancurkan lapisan rahim sebelum Adenomiosis bertambah parah
    • Metode pengangkatan rahim (histerektomi). Salah satu pilihan metode untuk mengobati gejala Adenomiosis yang parah

    Adakah hubungan Adenomiosis dengan masalah kesuburan lainnya?

    Adenomiosis terkadang dikaitkan sebagai salah satu gejala kemandulan atau infertilitas, hal ini dikarenakan wanita yang mengalami Adenomiosis umumnya juga menderita endometriosis. Jika endometriosis merupakan kondisi kelainan jaringan endometrium yang tumbuh di luar rahim, sementara Adenomiosis terjadi dan bertumbuh di dalam dinding otot rahim. Tetapi belum dapat dipastikan apa ada kaitan antara Adenomiosis dengan masalah kesuburan pada wanita.

    Untuk memahami lebih jauh seputar Adenomiosis, jika Anda memiliki gejala yang tak biasa saat haid, ada baiknya untuk berkonsultasi dan memeriksakan diri ke dokter. Pemeriksaan dini akan dapat membantu mendiagnosis serta menentukan metode pengobatan yang tepat dan lebih baik.

    Baca juga: Memahami Siklus Menstruasi Normal


    4 Referensi
    Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

    Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

    Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
    (1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

    Buka di app