Bahaya Kebutaan Akibat Merokok

Dipublish tanggal: Mei 21, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 3 menit
Bahaya Kebutaan Akibat Merokok

Selama ini mungkin sudah banyak informasi mengenai dampak merokok yang dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan hingga penyakit kronis. Batuk, sesak napas, asma, infeksi saluran pernapasan, jantung koroner, hingga kanker paru-paru adalah beberapa dampak yang disebabkan akibat merokok.

Akan tetapi ternyata dampak merokok juga mampu membuat perokok kehilangan kemampuan melihat atau mengalami kebutaan. Kebutaan adalah salah satu dampak bahaya merokok yang belum banyak diketahui oleh perokok termasuk berbagai gangguan kesehatan pada mata seperti katarak, penyakit mata tiroid, hingga faktor usia yang meningkatkan risiko degenerasi makula.

Benarkah Ada Kaitannya antara Merokok dan Kebutaan?

Merokok adalah kebiasaan sehari-hari yang dapat menimbulkan efek negatif pada kesehatan yang tidak bisa diremehkan. Banyak gangguan kesehatan yang dapat terjadi bahkan hingga munculnya penyakit kronis akibat kebiasaan merokok. Tak hanya pada organ dalam tubuh, tetapi juga organ penglihatan yaitu mata.

Studi para peneliti di Inggris menghasilkan penemuan tentang keterkaitan antara merokok dan kebutaan. Perokok mempunyai risiko kebutaan sebanyak 2-4 kali lebih besar dibandingkan orang yang tidak merokok. Penyebabnya adalah degenerasi makula karena faktor usia dengan gejala seperti pandangan kabur dan ketajaman penglihatan berkurang. Bahkan kegiatan sehari-hari dalam beraktivitas, terutama membaca, menulis, dan mengemudi menjadi terganggu.

Studi keterkaitan tersebut juga masuk dalam British Medical Journal di mana semua responden yang berjumlah 400 orang dewasa yang dirawat di ophthalmology, klinik ortopedi, dan bedah umum diminta menjawab survei tentang merokok dan kesehatan. Hasilnya hampir seluruh responden mengetahui berbagai dampak merokok bagi kesehatan, tetapi tidak semua tahu bahwa merokok dapat menyebabkan kebutaan. 

Berdasarkan rinciannya, hanya 1 di antara 10 orang yang mengetahui bahwa kebiasaan merokok dapat berujung pada kebutaan. Mayoritas hanya mengetahui bahwa merokok sangat berisiko bagi kesehatan jantung dan paru-paru.

Setelah melakukan penelitian, seorang spesialis bedah mata membenarkan bahwa adanya risiko kebutaan karena merokok. Lebih dari seperempat kasus tentang degenerasi makula disebabkan oleh kebiasaan pada masa kini dan masa lampau, termasuk kebiasaan merokok. Semakin banyak merokok, maka semakin besar risikonya untuk mengalami degenerasi makula. Hal tersebut yang dapat memicu terjadinya kebutaan pada perokok.

Zat kimia penangkal radikal bebas dalam rokok juga bisa memicu gangguan aliran darah, salah satunya adalah di bagian retina mata yang di dalamnya ada sel makula. Kondisi tersebut yang dapat menyebabkan penurunan fungsi utama mata dan mengakibatkan kebutaan. Sayangnya risiko kerusakan retina mata ini sulit dicegah hanya dengan kadar antioksidan dalam tubuh.

Baca juga: Bahaya Merokok terhadap Daya Tahan Tubuh

Cara Mencegah Kebutaan Akibat Merokok

Salah satu cara paling tepat dan bijak untuk mencegah kebutaan akibat merokok adalah dengan berhenti merokok. Meskipun hal ini sulit dilakukan tetapi hal ini sangat baik dalam menjaga kesehatan dan fungsi organ tubuh. Bahkan beberapa manfaat dapat terlihat setelah berhenti merokok, di antaranya napas yang lebih segar, terjaganya kesehatan kulit dan rambut, bahkan membuat wajah terlihat awet muda. 

Baca juga: Perubahan Fisik Setelah Berhenti Merokok

Dijelaskan lebih lanjut oleh dr. Simon P. Kelly bahwa risiko degenerasi makula pada masing-masing penderita berbeda-beda. Risiko pada non perokok akan jauh lebih rendah dibandingkan dengan mantan perokok sekalipun. Bagaimana jika dibandingkan dengan perokok? Tentu jauh lebih besar. Untuk itu, pemeriksaan mata secara teratur juga sangat penting untuk mencegah penyakit mata terutama bagi perokok. 

Meskipun demikian, kesehatan mata mantan perokok masih memiliki harapan untuk tetap berfungsi dengan baik. Akan tetapi kebiasaan merokok harus dihentikan sesegera mungkin. Orang yang telah berhenti merokok selama satu tahun mampu mengalami penurunan risiko degenerasi makula 6,7%. Angka persentase tersebut semakin besar seiring bertambahnya waktu sejak berhenti merokok. Caranya dengan menghilangkan rasa ketergantungan terhadap rokok yang dapat dilakukan melalui terapi akupuntur ataupun hipnotis.

Baca juga: Metode Akupuntur Dapat Membantu Berhenti Merokok

Efek ketergantungan untuk terus merokok adalah faktor tersulit untuk menghentikan kebiasaan merokok. Tetapi persoalan ini harus diatasi demi menghindari risiko kebutaan di masa yang akan datang. Hal ini juga didukung oleh niat yang kuat serta harus konsisten dalam mengurangi asupan rokok.

Seiring berjalannya waktu, ketergantungan pada rokok yang sebenarnya disebabkan oleh kandungan nikotin bisa dilepas bahkan bisa terbebas dari ketergantungan rokok sehingga tubuh menjadi lebih sehat serta mencegah terjadinya degenerasi makula yang dapat berujung kebutaan.

Bagi perokok aktif, cara paling ampuh untuk melindungi kesehatan tubuh serta mencegah kebutaan akibat rokok adalah dengan berhenti merokok. Hindari pula paparan asap rokok yang mungkin ada di sekitar sehingga penyakit degenerasi makula penyebab kebutaan dapat ditekan, termasuk penyakit kronis lainnya seperti penyakit kanker dan jantung.

Baca juga: Kerusakan Bagian Tubuh Akibat Merokok


5 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Smoking and Eye Disease. American Academy of Ophthalmology. (https://www.aao.org/eye-health/tips-prevention/smokers)
How smoking harms your eyes. All About Vision. (https://www.allaboutvision.com/smoking/)
Smoking and blindness. National Center for Biotechnology Information. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC381035/)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app