Apakah Kadar Gula Berpengaruh pada Sakit Kepala?

Dipublish tanggal: Sep 3, 2019 Update terakhir: Nov 10, 2020 Tinjau pada Okt 21, 2019 Waktu baca: 3 menit
Apakah Kadar Gula Berpengaruh pada Sakit Kepala?

Kadar gula dalam darah merupakan komponen vital bagi tubuh. Jika kadar gula terlalu banyak atau terlalu sedikit, maka dapat menyebabkan gangguan kesehatan, termasuk sakit kepala. Hal ini terjadi akibat efek langsung kadar gula terhadap fungsi kerja otak dan sistem saraf. Oleh karena itu, memahami dan menjaga kadar gula yang tepat dalam diet makanan Anda mungkin diperlukan untuk mencegah sakit kepala.

Hubungan gula dengan sakit kepala

Sakit kepala yang disebabkan oleh gula memiliki hubungan erat dengan kadar glukosa darah. Glukosa bertugas untuk memberikan energi bagi tubuh dengan memasuki aliran darah setelah Anda mengonsumsi gula sehingga tubuh akan mempertahankan kadar gula darah dan memecah glukosa dengan insulin.

Fluktuasi kadar glukosa sendiri akan berpengaruh lebih banyak terhadap fungsi otak dibandingkan organ tubuh lainnya. Naik turunnya kadar glukosa inilah yang menjadi penyebab sakit kepala. Selain disebabkan oleh glukosa, hormon yang diaktifkan oleh kadar gula darah juga dapat memberikan efek sakit kepala.

Secara umum, kadar gula darah puasa normalnya berada di kisaran 70-120 mg / dL. Jumlah kadar gula darah dapat berubah jika Anda menderita diabetes atau gangguan kesehatan lainnya.

Hipoglikemia dan Hiperglikemia

Mengonsumsi banyak gula atau mengonsumsi sedikit gula dapat menyebabkan sakit kepala dan meningkatkan risiko Hipoglikemia atau Hiperglikemia, di mana ini mungkin menjadi salah satu tanda Anda menderita diabetes yang juga dapat menyebabkan sakit kepala karena risiko tersebut berhubungan dengan kadar gula darah.

Hipoglikemia

Hipoglikemia adalah kondisi yang disebabkan oleh kurangnya kadar gula dalam darah. Hipoglikemia dapat terjadi ketika gula darah berada di bawah 70 mg / dL dan biasanya terjadi ketika Anda melewatkan jam makan atau tidak mengonsumsi apapun dalam waktu yang lama.

Jika Anda menderita diabetes, Anda mungkin sering mengalami Hipoglikemia. Karena tubuh tidak dapat mengontrol kadar gula darah itu sendiri sehingga dapat memperburuk kondisi, terutama jika Anda menggunakan tambahan insulin.

Hipoglikemia reaktif juga mungkin Anda rasakan, di mana penurunan gula darah terjadi secara cepat setelah makan. Hal ini biasanya terjadi dalam waktu sekitar 4 jam setelah makan. 

Hipoglikemia dapat menyebabkan sakit kepala dan migrain yang disertai rasa mual. Gejala Hipoglikemia lainnya meliputi pusing, lemas, mudah berkeringat, rasa kantuk, kulit pucat, gelisah, perubahan suasana hati, penglihatan ganda atau kabur, hingga pingsan.

Baca selengkapnya: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Hipoglikemia

Hiperglikemia

Hiperglikemia adalah kondisi yang disebabkan oleh kadar gula darah yang terlalu tinggi dan biasanya berada di atas 180-200 mg / dL. Hal ini terjadi akibat tubuh tidak dapat memecah glukosa secara efisien dengan insulin. 

Tanda Hiperglikemia atau gula darah yang terlalu tinggi juga biasanya ditandai dengan sakit kepala, baik ringan maupun berat. Gejala lain Hiperglikemia meliputi sering buang air kecil, sering haus, penglihatan kabur, luka yang sulit sembuh, dan kelelahan terus menerus.

Tetapi kondisi akan semakin memburuk jika Anda mengonsumsi gula secara berlebihan dalam waktu singkat sehingga sering disebut juga mabuk gula atau kecanduan gula. Hal ini dapat menyebabkan Anda sakit kepala, mual, sakit perut, sulit fokus, pusing, hingga terjadi perubahan suasana hati.

Untuk menetralkan kondisi tubuh akibat mengonsumsi terlalu banyak gula, Anda dapat melakukan beberapa hal berikut, di antaranya dengan menhidrasi tubuh dengan air putih, menghindari makanan manis, memperbanyak makanan seperti kacang, telur, atau makanan lain yang mengandung protein, serta berolahraga santai seperti berenang, berjalan, maupun yoga untuk membantu melancarkan aliran darah.

Hiperglikemia yang berat tidak dapat diobati dan dapat menyebabkan kondisi yang serius, disebut dengan ketoasidosis. Kondisi ini terjadi ketika tubuh tidak mampu menghasilkan insulin yang cukup dan tidak dapat mengontrol kadar gula darah. Tubuh yang seharusnya menggunakan glukosa untuk menghasilkan energi malah menggunakan lemak yang ada untuk menghasilkan energi.

Baca selengkapnya: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Hiperglikemia

Pemeriksaan dan perawatan yang dibutuhkan

Dalam menentukan diagnosis apakah kadar glukosa yang mempengaruhi sakit kepala Anda, dokter akan menanyakan beberapa hal termasuk gejala yang Anda alami, kebiasaan sehari-hari (termasuk minuman alkohol, merokok, dan pola makan), riwayat kesehatan, dan informasi lain yang dapat membantu memahami kondisi Anda.

Untuk mencegah terjadinya Hipoglikemia atau Hiperglikemia, Anda perlu menerapkan pola makan sehat dan kebiasaan sehat lainnya, termasuk mengurangi stres, olahraga teratur, minum air putih, cukup tidur, membatasi asupan gula, dan mengurangi kafein dan alkohol, serta tidak merokok.

Selain itu beberapa cara mencegah sakit kepala yang berkaitan dengan kadar gula, antara lain:

  • Miliki waktu makan yang teratur dan hindari kebiasaan telat makan
  • Batasi asupan makanan manis atau permen secara berlebihan dalam waktu singkat
  • Pantau kadar gula darah Anda secara teratur, terutama bagi penderita diabetes

Jika Anda mengalami sakit kepala terus menerus, ada baiknya untuk memeriksakan diri ke dokter, karena sakit kepala bisa jadi menjadi tanda Anda menderita Hipoglikemia ataupun Hiperglikemia.


19 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
What is hypoglycemia? (2016). (http://kidshealth.org/en/teens/hypoglycemia.html)
Westwater ML, et al. (2016). Sugar addiction: The state of the science. DOI: (https://dx.doi.org/10.1007%2Fs00394-016-1229-6)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app