Fungsi, Kegunaan, dan Manfaat Omeprazole

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca: 4 menit
Fungsi, Kegunaan, dan Manfaat Omeprazole
Omeprazole terkenal sebagai obat maag untuk menurunkan asam lambung. Di apotek, obat ini tersedia dalam bentuk kapsul, suspensi oral, dan cairan injeksi yang hanya bisa diperoleh dengan resep dokter, karena ini termasuk obat keras. Lantas, bagaimana cara kerja atau fungsi omeprazole dalam tubuh, dan apa saja kegunaan atau manfaat omeprazole? simak penjelasan lengkapnya di bawah ini.

Cara Kerja dan Fungsi Omeprazole dalam Tubuh

Omeprazole termasuk dalam golongan obat yang disebut penghambat pompa proton (PPI= proton pump inhibotor). Semua obat yang masuk dalam kelas PPI memiliki cara kerja yang sama dan untuk kondisi yang serupa. Obat-obatan lain yang segolongan diantaranya lansoprazole, esomeprazole, dan pantoprazole. cara kerja dan fungsi omeprazole (PPI) Obat-obat PPI tersebut (termasuk omeprazole) bekerja dengan cara menurunkan produksi asam yang dihasilkan oleh lambung. Hal ini dilakukan dengan cara menghalangi pompa proton di sel-sel pada lambung. Pompa proton sendiri bekerja pada tahap akhir produksi asam lambung, sehingga apabila pompa proton tersebut tersumbat, maka asam lambung dapat dikurangi. Dengan fungsi omeprazole tersebut, maka bagi para penderita asam lambung tinggi dapat merasakan efeknya. Keluhan perut atau uluhati perih, rasa panas di dada dan dalam leher (heratburn), batuk, dan mual menjadi berkurang atau hilang sama sekali. Namun perlu dipahami bahwa efek tersebut tidak serta merta di rasakan di hari yang sama saat meminumnya. Efek penurunan asam lambung tersebut umumnya dirasakan pada hari ke tiga dan seterusnya.

Kegunaan dan Manfaat Omeprazole dalam Mengobati berbagai Penyakit

Ada banyak penyakit yang menyebabkan asam lambung tinggi ataupun penyakit yang disebabkan oleh tingginya asam lambung. Dengan memperhatikan cara kerjanya tersebut, maka omeprazole dapat digunakan untuk mengobati penyakit-penyakit di bawah ini:

Penyakit GERD dan Esofagitis

Kerongkongan atau esofagus adalah saluran yang membawa makanan dari mulut ke lambung. Makanan yang sudah sampai ke lambung tidak kembali ke kerongkongan karena ada katup yang menutup. Penyakit gastroesophageal reflux (GERD) terjadi ketika otot di ujung kerongkongan yang berbatasan dengan lambung (katup) tidak menutup dengan benar. Hal ini memungkinkan isi perut bocor kembali, atau refluks, masuk ke kerongkongan dan menyebabkan iritasi. Iritasi esofagus disebut juga sebagai esophagitis yang terjadi ketika lapisan esofagus menjadi bengkak, meradang karena asam lambung dengan PH yang rendah bersifat korosif terhadap lapisan kerongkongan. Hal ini akan menimbulkan keluhan nyeri uluhati dan dada terasa panas (heart burn) bahkan sampai ke leher. Ketika asam lambung berhasil diturunkan, maka iritasi dapat dicegah dan memberi kesempatan kepada sel-sel penyusun lapisan esofagus yang rusak untuk memperbaiki diri.

Ulkus lambung dan Ulkus duodenum

Keduanya juga disebut sebagai ulkus peptikum, yaitu terjadinya luka di lapisan lambung atau duodenum. Disebut tukak (ulkus) lambung apabila terjadi di lambung, dan disebut tukak duodenum jika terjadi pada duodenum atau usus dua belas jari bagian pertama dari usus halus. Nyeri perut dengan rasa terbakar adalah gejala yang paling umum, dengan gambaran sebagai berikut:
  • Mulai terasa sakit di sekitar waktu makan atau di malam hari
  • Rasa sakitnya hilang sebentar jika Anda makan atau minum antasida.
  • Berlangsung selama beberapa menit sampai jam.
  • Datang dan pergi selama beberapa hari atau minggu.
Ulkus peptikum terjadi bila asam lambung yang membantu mencerna makanan malah mencerna dinding lambung atau duodenum. Penyebab paling umum adalah infeksi bakteri Helicobacter pylori. Penyebab lainnya adalah penggunaan jangka panjang obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) seperti aspirin dan ibuprofen. Stres dan makanan pedas tidak menyebabkan ulkus, tapi bisa memperburuk keadaannya. Untuk mengetahui adanya infeksi H. pylori, dokter akan menguji darah, napas, atau tinja. Dokter juga mungkin perlu melihat ke dalam lambung dan duodenum dengan melakukan endoskopi atau sinar-x (rongsen). Ulkus peptikum akan memburuk jika tidak diobati. Fungsi omeprazole dalam mengobati tukak peptik yaitu dengan mengurangi asam lambung sehingga meringankan iritasi yang terjadi dan memberi kesempatan kepada lapisan lambung untuk memperbaiki diri. Sedangkan, bakteri Helicobacter pylori dimusnahkan dengan atibiotik sebagai terapi kombinasi. Antasida dan susu tidak bisa menyembuhkan tukak lambung. Tidak merokok dan menghindari alkohol bisa membantu penyembuhan. Pada kasus yang parah mungkin diperlukan operasi.

Zollinger-Ellison Syndrome

Sindrom Zollinger-Ellison adalah suatu kondisi dimana tubuh memproduksi terlalu banyak hormon gastrin. Hormon gastrin yang berlebihan ini kemudian memacu lambung untuk menghasilkan lebih banyak asam. Pada sebagian besar kasus, sindrom ini disebabkan oleh tumor kecil (gastrinoma) yang tumbuh di pankreas atau usus halus. Baik tumor tunggal ataupun multipel, satu setengah sampai dua pertiga gastrinoma tunggal adalah tumor ganas (kanker). Gejalanya bisa meliputi sakit perut, diare, dan terkadang muntah darah. Pada pemeriksaan dapat ditemukan tukak pada lambung dan usus halus. Pengobatan dengan inhibitor pompa proton (omeprazole, lansoprazole, dan lainnya) digunakan untuk menekan produksi asam lambung. Selain mempercepat penyembuhan tukak yang terbentuk, omeprazole dan PPI lainnya juga meringankan sakit perut dan diare. Pembedahan untuk mengangkat gastrinoma tunggal bisa dilakukan jika tumor belum menyebar ke organ lain. Sedangkan operasi pengangkatan lambung (gastrektomi) untuk mengendalikan produksi asam jarang dibutuhkan. Masing-masing kondisi di atas memang dapat diobati dengan omeprazole, asalkan digunakan dengan cara tepat dan dosis yang adekuat. Selengkapnya mengenai dosis omeprazole dapat Anda pelajari di sini: Dosis Omeprazole
19 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Israel, D., & Hassall, E. (1998). Omeprazole and Other Proton Pump Inhibitors: Pharmacology, Efficacy, and Safety, with Special Reference to Use in Children. Journal Of Pediatric Gastroenterology & Nutrition, 27(5), 568-579. https://doi.org/10.1097/00005176-199811000-00014. LWW Journals. (https://journals.lww.com/jpgn/fulltext/1998/11000/omeprazole_and_other_proton_pump_inhibitors_.14.aspx)
Kuipers, E., & Meuwissen, S. (2000). The efficacy and safety of long-term omeprazole treatment for gastroesophageal reflux disease. Gastroenterology, 118(4), 795-798. https://doi.org/10.1016/s0016-5085(00)70149-1. Gastroenterology. (https://www.gastrojournal.org/article/S0016-5085(00)70149-1/fulltext)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app