Apakah Menahan Kencing Berbahaya?

Dipublish tanggal: Jun 20, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 2 menit
Apakah Menahan Kencing Berbahaya?

Orang dewasa yang sehat bisa menahan hingga 16 ounce atau 2 gelas urin. Hal ini merupakan berita yang baik jika Anda hanya meminum segelas kopi, tetapi tidak jika Anda meminum hingga tiga gelas dan tidak ada kamar kecil terdekat.

Kapasitas kandung kemih untuk anak-anak berusia 2 adalah sekitar 4 ounce. Untuk anak-anak diatas 2 tahun, kapasitasnya ternyata bisa diketahui dengan membagi usianya dengan 2 kemudian menambahkan enam. Contohnya, anak-anak usia 8 tahun biasanya mampu menahan 10 ounce urin.

Kebanyakan orang menahan urinnya. Anda mungkin bertanya-tanya apakah menahan kencing merupakan hal yang sehat. Berikut adalah hal yang perlu Anda ketahui.

Apakah aman untuk menahan kencing Anda?

Jika sistem urin Anda sehat, menahan kencing umumnya tidak berbahaya. Jika Anda orang dewasa dan kandung kemih Anda menahan lebih dari 2 gelas urin, Anda akan mulai merasa tidak nyaman. 

Jika Anda memiliki kandung kemih yang overaktif, menahan kencing merupakan latihan kandung kemih yang penting. Latihan kandung kemih yang rutin akan membantu Anda mengembangkan jadwal kencing yang lebih nyaman.

Tidak ada petunjuk untuk berapa lama Anda secara aman dapat menahan kencing Anda. Hal tersebut bervariasi dari satu orang ke orang lain. Pada kondisi tertentu, menahan kencing untuk beberapa lama bisa berbahaya. 

Jika Anda memiliki kondisi berikut, menahan kencing bisa meningkatkan risiko infeksi dan penyakit ginjal:

  • Pembesaran prostat
  • Kandung kemih neurogenik
  • Kelainan ginjal
  • Pengendapan urin

Wanita yang hamil memilki risiko infeksi saluran urin. Jika Anda hami, menahan urin dapat meningkatkan risiko ini.

Apa yang terjadi pada tubuh Anda saat Anda menahan kencing?

Saat Anda merasa ingin kencing, alasan dibaliknya tidak sesederhana kandung kemih Anda terisi penuh oleh cairan. Proses tersebut adalah proses yang kompleks yang melibatkan banyak otot, organ, dan saraf yang bekerja bersama untuk memberitahukan Anda untuk segera buang air kecil.

Saat kandung kemih Anda sekitar setengah penih, kandung kemih akan mengaktifkan saraf pada kandung kemih Anda. Sinyal ini memberi sinyak ke otak Anda untuk menahannya hingga waktunya. Menahan kencing melibatkan perlawanan sinyal ini untuk buang air.

Sinyal ini akan berbeda pada setiap orang. Sinyal juga berbeda untuk tiap usia, berapa banyak urin yang dikandung oleh kandung kemih Anda, dan pada saat apa. Contohnya, sinyal ini berkurang pada saat malam hari, sehingga Anda bisa mendapatkan tidur yang pulas daripada terus menerus pergi ke kamar mandi setiap jam.

Jika sinyal ini tertangkat, hal ini merupakan penyebab dari kondisi medis tertentu. Beberapa orang mengalami kandung kemih yang overreaktif atau memiliki kandung kemih yang mudah terpicu oleh stres.

Pada beberapa wanita, keinginan untuk buang air kecil dapat secara sering meningkat setelah memiliki anak. Hal ini disebabkan perubahan yang terjadi saat kelahiran, termasuk berkurangnya kekuatan otot dan stimulasi saraf.

Apakah menahan kencing bisa menyebabkan infeksi saluran urin?

Dengan menahan kencing tidak menyebabkan infeksi saluran urin. Infeksi saluran urin disebabkan oleh bakteri yang berjalan ke saluran urin. Jika Anda tidak buang air kecil secara rutin, bakteri akan lebih mungkin untuk tinggal dan berkembang di kandung kemih. 

Hal ini bisa menyebabkan infeksi saluran urin. Satu studi mendiskusikan risiko ini, yang dapat menyebabkan infeksi, tetapi asosiasinya belum dapat dibuktikan.

Risiko Anda mengalami infeksi saluran urin akan meningkat jika Anda tidak minum cukup banyak air. Hal ini karena kandung kemih Anda akan tidak cukup penuh untuk mengirim sinyal untuk buang air kecil. Bakteri akan hadir di sistem urin kemudian berkembang biak, berpotensi untuk menyebabkan infeksi.

Jika Anda mengalami gejala yang tidak biasa atau merasa Anda mengalami infeksi saluran urin, konsultasikan ke dokter. Gejala infeksi saluran urin antara lain:

  • Keinginan untuk terus menerus buang air kecil
  • Rasa terbakar saat ingin buang air kecil
  • Urin yang berbau tajam
  • Urin yang terlihat buram
  • Darah pada urin
  • Nyeri pada pelvis

17 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Van Brummen, H. J., Bruinse, H. W., Van de Pol G., Heintz, A.P., Van Der Vaart, C.H. (2006, July). Bothersome lower urinary tract symptoms 1 year after first delivery: Prevalence and the effect of childbirth. British Journal of Urology, 98(1), 89-95 (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16831150)
Selius, B. A., Sbedi, R. (2008, March 1). Urinary retention in adults: Diagnosis and initial management. American Family Physician, 77(5), 643-650 (http://www.aafp.org/afp/2008/0301/p643.html)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app