Penyebab dan Cara Penanganan Skiatika (Nyeri Punggung Bawah)

Dipublish tanggal: Jul 24, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 3 menit
Penyebab dan Cara Penanganan Skiatika (Nyeri Punggung Bawah)

Jika Anda sering mengalami rasa sakit di area panggul atau punggung bagian bawah, ada kemungkinan Anda menderita skiatika. Skiatika atau sciatica nerve pain merupakan rasa nyeri yang muncul di area saraf panggul dan dapat menyebar ke pinggul, bokong, tungkai, hingga jari kaki. Umumnya rasa sakit atau nyeri ini disebabkan karena saraf yang terjepit sehingga membuat penderita merasa tidak nyaman untuk beraktivitas.

Skiatika ada yang bersifat ringan ada juga yang tergolong berat. Biasanya penderita skiatika bisa sembuh dalam kurun waktu 6 bulan dengan pengobatan sederhana. Namun bisa juga sampai dilakukan operasi jika kemudian mengganggu kinerja usus dan kandung kemih.

Iklan dari HonestDocs
Fisioterapi Keseleo 5 Kali Visit Di NK Health

Keseleo adalah suatu kondisi dimana ligament pada pergelangan kaki robek atau teregang. Masalah yang dialami adalah adanya bengkak pada pergelangan kaki, nyeri, kelemahan otot-otot ankle dan keterbatasan gerak pada pergelangan kaki. Dengan fisioterapi dapat membantu memulihkan pergelangan kaki yang keseleo menggunakan modalitas seperti ultrasound, tens, ice, dan latihan menggunakan elastic band. Paket in untuk single visit (5x) dan tidak termasuk konsultasi dokter & Pemeriksaan Penunjang ( Rontgen, MRI, CT-Scan).

Gejala skiatika yang ditimbulkan biasanya berupa rasa nyeri, rasa panas yang kemudian bisa memburuk seperti kesemutan dari punggung sampai kaki, melemahnya kekuatan otot kaki dan mati rasa.

Baca juga: Jenis Nyeri Sendi

Faktor Penyebab Skiatika

Seperti yang dijelaskan di atas bahwa skiatika terjadi karena saraf yang terjepit. Namun bisa juga disebabkan oleh bergesernya piringan sendi atau terjadi pertumbuhan pada taji tulang belakang, serta karena faktor cidera. 

Selain itu, ada faktor lain yang menyebabkan skiatika di antaranya kehamilan, muncul tumor di tulang belakang, penyempitan jalur saraf atau spinal stenosis, spondylolisthesis atau keluarnya tulang belakang dari posisinya, infeksi pada tulang belakang dan gangguan saraf sumsum.

Adapun sejumlah faktor kebiasaan yang dapat menyebabkan terjadinya skiatika. Kebiasaan duduk terlalu lama bisa memicu terjadinya skiatika sehingga ada baiknya untuk bergerak sejenak dari posisi duduk serta tidak duduk terlalu lama. 

Melakukan pekerjaan berat seperti mengangkat beban atau menyetir kendaraan dalam tempo yang lama juga bisa memicu sakit skiatika. Penderita obesitas juga bisa meningkatkan resiko tekanan terhadap saraf tulang belakang atau saraf panggul yang nantinya mengarah pada skiatika. Yang terakhir adalah skiatika umum yang dapat terjadi pada orang yang sudah berusia lanjut.

Iklan dari HonestDocs
Fisioterapi Sakit Pinggang 5 Kali Visit Di NK Health

Dengan fisioterapis dapat membantu mengurangi kekakuan otot sekitar pinggang dan menambah kekuatan otot core muscle dengan core strengthening exercise, stretching dan exercise lainnya. Paket in untuk single visit (5x) dan tidak termasuk konsultasi dokter & Pemeriksaan Penunjang ( Rontgen, MRI, CT-Scan).

Diagnosa Skiatika

Cara menentukan diagnosa skiatika adalah dengan memperhatikan gejala yang mungkin dialami serta pemeriksaan fisik untuk mengetahui kekuatan otot dan refleks. Tes lanjutan juga digunakan untuk memastikan secara tepat diagnosis apabila ada kondisi serius lainnya yang menyebabkan skiatika terjadi. 

Pemeriksaan lain adalah dengan melakukan MRI atau CT scan guna mendapatkan gambaran penyebab secara rinci pada saraf tulang belakang. Selain itu, foto rontgen bisa dilakukan untuk mendeteksi kemungkinan adanya gangguan yang terjadi pada saraf tulang belakang. Penggunaan EMG atau elektromiografi berguna untuk mengukur impuls listrik pada saraf serta mengetahui seberapa otot bisa merespon.

Penanganan Untuk Penderita Skiatika

Jika menderita skiatika, maka bisa dilakukan penanganan dini, yaitu dengan mengompres dengan handuk hangat pada bagian yang terasa nyeri. Anda juga bisa mengonsumsi obat pereda nyeri yang dijual di apotek. Selain itu, disarankan untuk tetap beraktivitas seperti biasa namun dilarang melakukan aktivitas yang terlalu berat. 

Jika rasa nyeri masih berlanjut, sebaiknya berkonsultasi pada dokter saraf. Biasanya dokter akan memberikan tindakan tergantung dari tingkat keparahan skiatika yang dialami. Secara umum, penderita skiatika mungkin akan diberikan obat antiinflamasi, diazepam, antikejang, atau antidepresan. 

Jika skiatika lebih parah dari itu, maka dokter akan melakukan suntikan steroid pada bagian yang nyeri. Kemudian jika skiatika sudah mengakibatkan inkontinensia urine atau tinja yang diikuti oleh melemahnya tubuh, maka dokter akan mengambil tindakan berupa operasi.

Selain melakukan pengobatan yang intensif dalam mengobati nyeri akibat skiatika, penderita juga perlu melakukan tindakan pencegahan agar tidak kambuh lagi. Mengikuti program rehabilitasi seperti berolahraga dengan rutin, mengangkat beban yang sesuai dengan kemampuan, serta menggunakan tempat tidur yang agak keras untuk menyangga beban pada bahu dan pantat sehingga tulang belakang tetap terjaga dengan postur yang lurus juga penting untuk diperhatikan. 

Fisioterapi juga mungkin dapat menjadi salah satu alternatif lain dalam melakukan latihan fisik termasuk peregangan dan latihan aerobik. Karena fisioterapi dapat mengurangi tekanan pada saraf punggung. Tak hanya itu, mengonsumsi makanan yang sehat diikuti dengan pola hidup yang tepat juga bisa membantu agar tubuh tetap fit dan menghindari risiko mengalami skiatika.

Baca juga: Paket Fisioterapi yang Bisa Dipilih

13 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Tulder, Maurits & Peul, Wilco & Koes, Bart. (2010). Sciatica: What the rheumatologist needs to know. Nature reviews. Rheumatology. 6. 139-45. 10.1038/nrrheum.2010.3.. ResearchGate. (Accessed via: https://www.researchgate.net/publication/41417145_Sciatica_What_the_rheumatologist_needs_to_know)
Samanta, Ash & Samanta, Jo. (1999). Sciatica: Which intervention?. BMJ (Clinical research ed.). 319. 302-3.. ResearchGate. (Accessed via: https://www.researchgate.net/publication/12872363_Sciatica_Which_intervention)
Koes, Bart & Tulder, Maurits & Peul, Wilco. (2007). Diagnosis and treatment of sciatica. BMJ (Clinical research ed.). 334. 1313-7. 10.1136/bmj.39223.428495.BE.. ResearchGate. (Accessed via: https://www.researchgate.net/publication/6252532_Diagnosis_and_treatment_of_sciatica)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app