Apakah Air Rebusan dari Keran dan Air Suling Lebih Layak diminum dari Air Galon?

Dipublish tanggal: Mei 24, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 2 menit
Apakah Air Rebusan dari Keran dan Air Suling Lebih Layak diminum dari Air Galon?

Sebelum adanya air galon yang dijual seperti sekarang ini, masyarakat menggunakan air rebusan dari keran yang berada di rumah untuk diminum maupun untuk kegiatan memasak.

Sumber air dapat berasal dari sumur maupun dari instalasi PAM (Perusahaan Air Minum). Air dari sumur sepertinya sudah sangat jarang ditemukan oleh penduduk yang tinggal di perkotaan, sedangkan air PAM dipertanyakan kualitasnya apakah layak untuk diminum atau tidak. PAM dapat memberikan jaminan bahwa air yang diproduksinya dapat diminum secara langsung ketika berada di area IPA (Instalasi Pengolahan Air) atau sebelum disalurkan ke rumah-rumah warga.

Beberapa faktor yang menyebabkan air PAM menurun kualitasnya adalah:

  1. Pipa yang mengalirkan air keseluruh bagian tidak semua memiliki standar yang sesuai untuk pengaliran air minum.
  2. Kebocoran pipa saluran air menyebabkan tanah atau pasir dapat masuk ke saluran air dan menurunkan kualitas air yang mengalir.
  3. Pencemaran lingkungan juga menjadi faktor utama yang mempengaruhi kebersihan air yang dialirkan.

Apakah merebus air dapat mematikan bakteri yang terkandung didalamnya?

Tidak semua bakteri dapat musnah bahkan jika air direbus sampai mendidih, bakteri seperti Clostridium botulinum bisa hidup di atas suhu 100 derajat Celsius. Bakteri yang hidup di tanah, sungai, dan danau ini bisa menyebabkan penyakit botulisme, yang menyebabkan kekakuan otot pada manusia yang terinfeksi.

Hal tersebut menimbulkan adanya metode baru untuk meningkatkan kualitas air yaitu metode penyulingan. Sempat marak untuk beberapa waktu, namun sistem penyulingan ini dianggap masih kurang layak untuk diminum karena menimbulkan rasa asam pada air, yang disebabkan oleh senyawa asam karbonat yang terbentuk ketika air suling tercampur dengan karbon dioksida.

Seiring berjalannya waktu, kini banyak ditemukan berbagai merek air galon dengan mudah, harganya pun beragam dari yang murah hingga mahal. Mayoritas penduduk yang tinggal di perkotaan pasti memilih untuk mengkonsumsi air galon yang mudah didapat dibandingkan harus memasak air keran yang ada di rumah.

Mengapa beralih ke air galon?

Alasan utama tentunya karena air galon lebih praktis dan dapat langsung dikonsumsi tanpa harus merebusnya dan menunggu hingga suhu air tidak panas.

Anda juga tidak perlu repot untuk menguji air tersebut ke dinas kesehatan apakah kualitas air di rumah aman untuk diminum atau tidak. Faktor berikutnya mengapa beralih ke air galon adalah banyaknya pengguna dispenser yang mengharuskan air tersimpan dalam galon, jika menggunakan air rebusan tentunya akan menambah waktu lagi untuk memasukan air yang telah didinginkan ke dalam galon.

Jadi Air mana yang sebaiknya Anda konsumsi?

Kesimpulannya adalah air rebusan dari keran bisa diminum dengan catatan harus dipastikan kelayakan air yang ada di rumah ke dinas kesehatan setempat, air dengan metode penyulingan juga dapat dikonsumsi dalam jangka pendek atau dalam kondisi tertentu namun harus dihindari penggunaan jangka panjang.

Jika Anda memiliki aktivitas yang padat dan tinggal di perkotaan, akan lebih mudah jika memilih air minum dengan air galon saja, namun Anda tetap harus teliti sebelum membeli merek air galon yang akan dikonsumsi. Air galon harus terdaftar pada BPOM atau Badan Pengawas Obat dan Makanan dan juga telah melewati uji SNI atau Standar Nasional Indonesia. Air galon juga memiliki tanggal kadaluarsa yang tercantum pada kemasannya, jangan lupa untuk memeriksa tanggal tersebut dan menyimpan air galon yang belum digunakan di tempat yang aman dan hindari tempat yang terkena cahaya matahari langsung.


6 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app