6 Metode yang Dilakukan untuk Uji Fungsi Hati

Dipublish tanggal: Okt 28, 2019 Update terakhir: Sep 2, 2021 Tinjau pada Nov 15, 2019 Waktu baca: 3 menit
6 Metode yang Dilakukan untuk Uji Fungsi Hati

Ringkasan

Buka

Tutup

  • Uji fungsi hati dilakukan untuk mengukur kadar senyawa kimia tertentu yang berada dalam darah di mana hasilnya akan dibandingkan dengan nilai normal dari senyawa tersebut. 
  • Uji fungsi hati biasanya dilakukan untuk memeriksa kondisi penyakit hepatitis, sirosis, dan batu empedu hingga memantau efektivitas pengobatan yang dilakukan.
  • Tanda dan gejala penyakit hati meliputi urine berwarna gelap, feses berwarna pucat, mual dan muntah, nyeri perut, badan lemas, hingga sakit kuning.
  • Metode uji fungsi hati terdiri dari metode albumin, bilirubin, ALP, GGT, SGPT atau ALT, dan SGOT atau aspartat. 
  • Dapatkan paket tes fungsi hati atau medical check up dengan promo menarik dan dokter berpengalaman melalui HDmall.
  • Gunakan fitur chat untuk berkonsultasi dengan apoteker kami secara gratis seputar obat dan pemeriksaan kesehatan yang kamu butuhkan.

Organ hati memiliki peran penting bagi tubuh, termasuk memproduksi enzim yang dibutuhkan oleh sistem pencernaan, membantu metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak, serta membantu mendetoksifikasi racun yang ada pada tubuh.

Untuk mengetahui kondisi kesehatan organ hati maka perlu dilakukan tes uji fungsi hati. Metode pemeriksaan uji fungsi hati ini dapat dilakukan secara rutin atau dilakukan saat merasakan tanda-tanda gejala penyakit pada organ hati.

Iklan dari HonestDocs
Booking Klinik Pemeriksaan Fungsi Liver (Hati) via HonestDocs

Dapatkan diskon hingga 70% paket fungsi liver (hati) hanya dari HonestDocs. Klik dan booking sekarang!

Uji fungsi hati sendiri dilakukan untuk mengukur kadar senyawa kimia tertentu yang berada dalam darah di mana hasilnya akan dibandingkan dengan nilai normal dari senyawa tersebut. Perbandingan tersebut dapat menjadi indikasi penilaian jika terjadi adanya ketidaknormalan yang menyebabkan penyakit atau kerusakan pada organ hati.

Baca juga: Mengenal Fungsi Hati

Penyakit apa yang biasanya dianjurkan untuk uji fungsi hati?

Umumnya, penderita penyakit liver (hati) akan dianjurkan dokter untuk menjalani uji fungsi hati. Akan tetapi, terdapat beberapa kondisi lain yang juga memerlukan uji tersebut, beberapa di antaranya, yaitu:

  • Hepatitis
  • Sirosis
  • Batu empedu
  • Pasien yang sedang berada dalam proses pengobatan untuk mengetahui efek samping obat yang berpengaruh pada hati
  • Pasien yang menjalani pengobatan penyakit liver untuk mengetahui keberhasilan dari hasil terapi

Biasanya gejala atau tanda yang muncul pada penderita penyakit hati adalah warna urine berwarna gelap, feses berwarna pucat, mual dan muntah, nyeri perut, badan lemas, sakit kuning, diare, dan gatal-gatal.

Baca juga: 6 Arti Warna Urine

Metode apa saja yang dilakukan untuk uji fungsi hati?

Untuk menjalankan uji fungsi hati, terdapat beberapa metode yang dapat dilakukan untuk mengukur kondisi kesehatan hati atau liver secara akurat. Metode tersebut dilakukan untuk mengetahui beberapa aspek dari kondisi kesehatan organ hati. Berikut di bawah ini beberapa jenis tes yang umumnya digunakan  untuk uji fungsi hati, yaitu:

Iklan dari HonestDocs
Booking Klinik Pemeriksaan Fungsi Liver (Hati) via HonestDocs

Dapatkan diskon hingga 70% paket fungsi liver (hati) hanya dari HonestDocs. Klik dan booking sekarang!

1. Metode Albumin

Albumin dapat digunakan untuk uji fungsi hati karena berfungsi untuk memberikan nutrisi untuk jaringan, membantu transportasi hormon, vitamin, serta senyawa dalam darah. Selain itu, dapat mencegah kebocoran pembuluh darah dan merupakan salah satu protein yang diproduksi oleh hati. Jika hati tidak bekerja dengan baik, maka konsentrasi albumin akan menjadi lebih rendah dari kadar normal.

2. Metode Bilirubin

Bilirubin merupakan sisa dari penghancuran sel darah merah yang dihasilkan oleh hati. Hati akan membentuk bilirubin dan akan membuangnya ke saluran pencernaan bersamaan dengan feses. Oleh sebab itu, saat hati atau liver mengalami kerusakan, maka kadar bilirubin dalam darah akan terhambat dan mengalami sejumlah kenaikan.

3. Metode Alkali Fosfatase (ALP)

Enzim alkali fosfatase dapat ditemukan di hati, empedu, dan di kantung empedu. Saat hati atau kantung empedu mengalami kerusakan, maka konsentrasi enzim ini akan mengalami kenaikan.

4. Metode Gamma Glutamyl Transferase (GGT)

Enzim GGT dapat ditemukan di berbagai organ tubuh dengan konsentrasi yang paling tinggi terletak di dalam hati. GGT atau Gamma Glutamyl Transferase juga akan mengalami peningkatan jika terjadi kerusakan hati ataupun saluran empedu.

5. Metode Serum Glutamat Piruvat Transaminase (SGPT) atau Alanin Transaminase (ALT)

Tes ini dilakukan untuk mengukur kadar enzim SGPT yang berada dalam darah. Sebab saat berada pada kondisi normal, enzim SGPT dapat ditemukan dalam sel-sel hati, tetapi dengan jumlah yang hanya sedikit di dalam darah. Saat sel-sel hati mengalami kerusakan, maka enzim SGPT akan terlepas dari sel hati ke dalam darah dan menyebabkan kenaikan kandungan enzim SGPT dalam darah.

6. Metode Serum Glutamat Oksaloasetat Transaminase (SGOT) atau Aspartat

Metode ini digunakan untuk mengukur kadar enzim SGOT dalam darah. Saat kondisi normal. Enzim SGOT dapat ditemukan pada kadar darah yang jumlahnya rendah di dalam darah. Sama seperti SGPT, jika terjadi kerusakan di liver, maka enzim tersebut akan mengalami peningkatan.

Efek melakukan uji fungsi hati

Umumnya uji fungsi hati merupakan tes yang dilakukan dengan mengambil sampel darah dari pembuluh darah vena. Walaupun demikian, tes ini sebenarnya aman untuk dilakukan dan sangat jarang menyebabkan efek samping atau resiko tertentu. Akan tetapi, beberapa efek samping kemungkinan dapat terjadi setelah melakukan uji fungsi hati, seperti:

  • Kehilangan kesadaran atau pingsan
  • Terjadinya perdarahan hematoma ataupun pendarahan yang berada di bawah kulit
  • Terjadinya Infeksi

25 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Brown A. Allscripts EPSi. Mayo Clinic. Nov. 14, 2019.
Hoodeshenas S, et al. Magnetic resonance elastography of liver-Current update. Topics in Magnetic Resonance Imaging. 2018; doi:10.1097/RMR.0000000000000177.
Babu AP, et al. Elastography in chronic liver disease: Modalities, techniques, limitations, and future directions. RadioGraphics. 2016; doi:10.1148/rg.2016160042.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app