HONESTDOCS EDITORIAL TEAM
Ditulis oleh
HONESTDOCS EDITORIAL TEAM
DR. SCIENTIA INUKIRANA
Ditinjau oleh
DR. SCIENTIA INUKIRANA

Rhinitis Atrofi - Tanda, Penyebab, Gejala, Cara Mengobati

Dipublish tanggal: Apr 5, 2019 Update terakhir: Nov 6, 2020 Tinjau pada Jul 27, 2019 Waktu baca: 2 menit

Rhinitis Atrofi adalah suatu kondisi yang sangat mempengaruhi bagian dalam hidung. Kondisi ini terjadi saat jaringan yang melapisi hidung, yang dikenal sebagai mukosa dan tulang dibawahnya mengalami penyusutan. Penyusutan inilah yang dinamakan atrofi, sehingga mempengaruhi fungsi saluran hidung.

Biasanya AR atau Rhinitis Atrofi akan mempengaruhi kedua lubang hidung. Walaupun tak mengancam jiwa, namun mungkin saja anda memerlukan beberapa jenis perawatan yang tepat untuk mengatasi gejala yang muncul.

Gejala Rhinitis Atrofi

Pasien yang mengalami AR akan mengalami gejala yang tidak menyenangkan.salah satunya adalah nafas yang berbau. Mungkin anda tidak akan menyadarinya, namun orang-orang disekitar anda akan menyadarinya. Selain itu, gejala lainnya adalah :

  • Obstruksi hidung
  • Keluarnya cairan dari hidung
  • Kelainan bentuk hidung
  • Mimisan karena pelepasan koreng
  • Faringitis
  • Kehilangan atau berkurangnya kemampuan untuk mencium bau  
  • Infeksi saluran pernapasan atas yang sering terjadi
  • Sakit tenggorokan
  • Mata berair
  • Sakit kepala

Penyebab Rhinitis Atrofi

Rhinitis Atropi lebih sering menyerang wanita ketimbang pria. Menurut faktor penyebabnya Rhinitis atrofi terbagi 2:

1. Rhinitis atrofi primer

Rhinitis atrofi  Primer muncul dengan sendirinya tanpa adanya kondisi atau kejadian medis yang melatarbelakanginya. Bakteri Ozaenae seringkali menjadi penyebab Rhinitis atrofi  jenis ini. 

Walaupun belum jelas apa yang melatarbelakangi Atrofi Primer ini, ada beberapa faktor yang membuat anda lebih beresiko terkena penyakit ini, diantaranya :

  • Genetika
  • Nutrisi buruk
  • Infeksi kronis
  • Anemia karena kadar zat besi yang rendah
  • Kondisi endokrin
  • Kondisi autoimun
  • Faktor lingkungan
  • RA Sekunder

2. Rinitis atrofi sekunder

AR sekunder terjadi karena adanya tindakan medis yang pernah dilakukan sebelumnya. Pasien yang rentan mengalami AR sekunder adalah seseorang yang mengalami atau pernah :

  • Operasi sinus
  • Radiasi
  • Trauma hidung
  • Selain itu beberapa kondisi dibawah ini juga membat pasien lebih rentan terhadap AR Sekunder :
  • Sipilis
  • Tbc
  • Lupus

Perawatan Rhinitis Atrofi

Ada beragam metode untuk mengobati Rhinitis Atrofi. Pada dasarnya tujuan pengobatan adalah untuk menghidrasi bagian dalam hidung dan mengurangi kotoran yang menumpuk pada hidung. Perawatan non bedah mencoba untuk membantu meminimalkan gejala yang muncul.

Salah satu metode yang digunakan untuk mengobati penyakit ini adalah dengan memberikan cairan agar hidung tetap lembab. Untuk itu hidung harus dicuci menggunakan larutan garam maupun antibiotik untuk membuatnya tetap lembab.

Sebuah penelitian yang baru-baru ini dilakukan di India mencoba menggunakan madu sebagai pengganti tetes gliserin. Dalam studi ini terlihat bahwa 77% dari partisipan yang menggunakan madu mengalami perkembangan yang lebih baik dibandingkan dengan partisipan yang menggunakan tetes gliserin. 

Para peneliti percaya bahwa madu akan membantu tubuh melepaskan zat yang penting dalam menyembuhkan luka dan memiliki sifat anti bakteri.

Dokter juga akan meresepkan obat untuk mengatasi kondisi ini. obat-obatan ini juga membantu mengurangi bau dan cairan yang disebabkan oleh Rhinitis atrofi. Pengobatan tersebut diantaranya

  • Antibiotik topikal
  • Antibiotik oral
  • Obat yang melebarkan pembuluh darah

Opsi Perawatan Bedah

Dalam situasi tertentu, kondisi bedah dibutuhkan sebagai metode pengobatan yang lebih agresif. Pembedahan dilakukan dengan :

  • Membuat rongga hidung Anda lebih kecil
  • Mendorong jaringan di hidung Anda untuk beregenerasi
  • Melembabkan mukosa Anda
  • Meningkatkan aliran darah di hidung Anda

4 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi awal mengenai kondisi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Pertanyaan dan jawaban lain tentang kondisi ini
Buka di app