8 Penyebab Munculnya Benjolan di Leher Sebelah Kanan

Dipublish tanggal: Okt 25, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Nov 15, 2019 Waktu baca: 4 menit
8 Penyebab Munculnya Benjolan di Leher Sebelah Kanan

Pembengkakan kelenjar getah bening dapat menjadi salah satu penyebab timbulnya benjolan di leher sebelah kanan dan dapat menjadi tanda adanya gangguan kesehatan pada tubuh. Kelenjar getah bening sendiri berperan penting dalam sistem kekebalan tubuh manusia. 

Oleh sebab itu, jika terjadi gangguan dalam tubuh maka kelenjar getah bening akan membesar. Pembesaran ini juga dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti infeksi virus, bakteri, jamur, dan akibat terjadinya peradangan. Pembengkakan kelenjar getah bening juga dapat disebabkan oleh beberapa infeksi, seperti infeksi bakteri yang terjadi pada kulit kepala, rongga mulut, sinus, ataupun infeksi pada telinga.

Pembengkakan kelenjar getah bening juga dapat disebabkan oleh beberapa kondisi lain, seperti tonsilitis dan TB kelenjar yang umumnya bersifat jinak dan tidak berbahaya. Hanya saja, Anda perlu mewaspadai adanya gangguan kesehatan lain yang lebih serius dan ditandai dengan adanya infeksi, seperti kanker melalui getah bening meliputi limfoma, kanker nasofaring, dan juga penyebaran sel kanker dari organ primer tubuh. Termasuk tumor kelenjar ludah yang dapat menjadi pemicu terjadinya benjolan di bagian leher.

8 Penyebab Munculnya Benjolan di Leher Sebalah Kanan

Selain karena kelenjar getah bening, ada beberapa penyebab lain yang dapat menyebabkan timbulnya benjolan di leher sebelah kanan. Banyaknya jaringan, otot, dan organ yang ada di leher juga bisa menyebabkan munculnya benjolan, seperti pada bagian kelenjar tiroid, saraf laring, paratiroud, dan juga pembuluh darah.

Sebenarnya benjolan tidak hanya muncul di leher bagian kanan saja, tetapi dapat muncul di sebelah kiri leher bahkan di kedua sisi leher. Berikut ini beberapa penyebab umum yang dapat memicu munculnya benjolan di leher sebelah kanan, antara lain:

1. Infeksi virus dan bakteri

Benjolan di leher umumnya disebabkan oleh berbagai macam infeksi, namun penyebab yang paling sering terjadi adalah akibat infeksi yang disebabkan oleh virus dan bakteri, seperti sifilis sekunder, Beta hemolytic streptococcus, Staphylococcus aureus, dan TB kelenjar. Untuk infeksi yang berasal dari tenggorokan meliputi rongga sinus dan telinga. Sedangkan untuk infeksi virus umumnya disebabkan oleh virus campak, Epstein-Barr (EBV), herpes simpleks, cacar air, gondongan, cytomegalovirus, hingga HIV.

2. Gondok

Gondok terjadi akibat adanya pembesaran secara tidak normal pada kelenjar tiroid yang berada di leher. Pembesaran ini dapat terjadi pada kelenjar tiroid yang letaknya berada di leher bagian kanan, tengah, maupun kiri.

Gejala yang ditimbulkan oleh gondok biasanya menyebabkan rasa gelisah, tidak mampu melawan suhu dingin ataupun panas, dan sering merasa berdebar-debar. Selain itu, gondok juga dapat menyebabkan terjadinya penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas dan gangguan perasaan. Jika gejala ini terjadi, sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter terdekat.

Baca juga: Jenis, Penyebab, dan Cara Pengobatan Gondok

3. Tumor parafaring

Tumor parafaring dapat terlihat dan dirasakan jika ukurannya sudah mencapai kurang lebih 2 cm saat benjolan muncul di beberapa bagian leher. Gejala ini memang tidak terdeteksi saat sedang pemeriksaan fisik, tetapi jika kondisi ini terjadi, mungkin Anda akan merasakan nyeri di tenggorokan  yang dapat menyebabkan Anda mengalami kesulitan makan, berbicara, bahkan bernapas terlebih jika tumor tersebut telah menghambat saluran pernafasan.

4. Orofaringeal (kanker tenggorokan)

Orofaringeal merupakan istilah kanker tenggorokan di mana kondisi ini dapat menimbulkan gejala nyeri di tenggorokan yang bertahan dalam waktu yang lama, menyebabkan kesulitan untuk menelan, terjadinya perubahan suara, nyeri telinga, dan rasa mengganjal di tenggorokan atau leher. Selain itu, penurunan berat badan tanpa sebab juga mungkin terjadi.

Penderita yang mengalami orofaringeal atau kanker tenggorokan perlu ditangani secepatnya sebelum kanker menyebar ke organ vital seperti otak dan saluran pernafasan karena jika kondisi ini dibiarkan dapat menyebabkan kematian.

Baca selengkapnya: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan Kanker Tenggorokan

5. Limfoma (kanker sistem kekebalan tubuh)

Limfoma merupakan kanker yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan terbagi menjadi dua jenis, yaitu limfoma Hodgkin dan limfoma non-Hodgkin. Secara umum, jenis limfoma yang lebih sering ditemukan yaitu limfa non-Hodgkin, yang terjadi di bagian sel limfosit dalam darah.

Selain munculnya benjolan pada leher dan beberapa bagian tubuh lainnya, untuk mengetahui diagnosis yang tepat juga diperlukan pemeriksaan biopsi. Beberapa gejala lain limfoma dapat berupa munculnya demam, penurunan berat badan, dan berkeringat di malam hari. Jika kondisi ini terjadi, segera periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

6. Kista leher

Kista merupakan benjolan yang berisi cairan dan dapat hilang dengan sendirinya tanpa perlu pengobatan tertentu. Hal ini bisa terjadi karena disebabkan oleh adenoma tiroid yang mengalami degenerasi. Biasanya kista pada leher tidak menimbulkan nyeri karena berukuran kecil dan akan terasa lunak jika diraba. Kista pada leher juga dapat disebut dengan kista tiroid atau kista epidermoid.

7. Pertumbuhan jaringan parut

Jaringan parut yang mengalami pertumbuhan atau peradangan dapat terjadi pada orang yang memiliki riwayat luka atau keloid di kulit serta memiliki riwayat anggota keluarga yang juga menderita kondisi ini. 

8. Penyakit autoimun

Penyakit autoimun seperti rheumatoid arthritis merupakan kondisi yang menyebabkan terjadinya peradangan kronis di bagian sendi. Selain itu, peradangan kronis seperti lupus pun sering menyerang beberapa bagian tubuh terutama pada wanita. Hal ini ditandai dengan munculnya ruam berbentuk kupu-kupu di bagian wajah (malar rash), kulit pucat, demam, dan disertai dengan nyeri sendi.

Baca selengkapnya: Apa Itu Penyakit Lupus?


14 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app