Penggunaan Obat Anti Allergi yang Baik dan Benar

Dipublish tanggal: Mar 11, 2019 Update terakhir: Nov 10, 2020 Tinjau pada Mar 23, 2019 Waktu baca: 4 menit
Penggunaan Obat Anti Allergi yang Baik dan Benar

Alergi atau hipersensitivitas tipe I (1 dari 4) adalah kegagalan kekebalan tubuh di mana tubuh seseorang menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahan-bahan yang umumnya imunogenik (alergenik) atau dikatakan orang yang bersangkutan bersifat atopik. 

Dengan kata lain, tubuh manusia bereaksi berlebihan terhadap lingkungan atau bahan-bahan yang oleh tubuh dianggap asing dan berbahaya, padahal sebenarnya benda-benda asing tersebut umumya tidak membahayakan tubuh. Bahan-bahan yang menyebabkan reaksi tersebut disebut allergen.

Gejalanya meliputi mata merah, gatal-gatal, rhinorrhea, eksim, urticaria, atau serangan asma. Pada sebagian orang, alergi berat terhadap lingkungan, atau alergi makanan atau alergi obat-obatan atau reaksi terhadap sengatan dari tawon mungkin dapat membahayakan jiwa dengan timbulnya syok yang diakibatkan oleh alergi yang berat.

Reaksi alergi dapat diduga dan berlangsung cepat. Alergi disebabkan oleh produksi antibodi berjenis IgE. Maka pembengkakan terjadi dari bersifat tidak nyaman hingga membahayakan.

Jenis Obat Anti-Alergi

Tentu saja penanganan dari reaksi tersebut dapat dengan mudah terkendali dengan pemberian obat anti-allergi, Obat anti alergi adalah golongan obat yang bekerja dalam meregulasi pelepasan beberapa komponen seperti mediator kimiawi, antibody IgE atau mediator peradangan yang berperan dalam terjadinya reaksi alergi.

Kebanyakan obat anti alergi yang ada di pasaran diklasifikasikan berdasarkan cara kerjanya ke dalam 5 jenis yaitu:

1. Mediator-Release Inhibitors

Obat anti alergi ini merupakan obat antialergi generasi pertama. Obat ini berperan dalam menghambat media yang menyebabkan terjadinya reaksi alergi. Namun, efek terapeutiknya baru muncul setelah penggunaan selama 4-6minggu. Contoh obat dari golongan ini adalah DSCG (sodium cromoglicate). 

2. Histamine H1 ANTAGONIST

Golongan obat ini menghambat pelepasan histamine oleh tubuh setelah terpapar oleh allergen. Histamin zat kimia yang diproduksi oleh sel-sel di dalam tubuh ketika timbulnya reaksi alergi.

3. Thromboxane A2 inhibitors and antagonist

Golongan obat dari jenis ini memiliki efek yang lebih baik dari 2 obat diatas namun memiliki efek samping yang cukup serius pada hati. Sehingga penggunaannya sangat terbatas dan butuh pengawasan ketat.

4. Leukotriene Antagonist

Leukotrien reseptor antagonis oral yang sering digunakan untuk pengobatan asma dan rinitis alergi. Obat ini memiliki tingkat efektifitas yang tinggi dan cepat. Contoh obat dari golongan ini adalah montelukast

5. TH2 Cytokine Inhibitor

TH2 Cytokine berperan dalam pelepasan antibody IgE yang dapat menyebabkan reaksi alergi namun obat ini memiliki efek yang cukup lama. Obat ini berhasil dikembangkan oleh Negara jepang.

Berdasarkan 5 golongan obat anti alergi di atas, yang paling sering ditemui di pasaran adalah golongan anti histamine. Namun bagaimana prosedur dan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam penggunaan obat anti alergi? Berikut akan di ulas beberapa tips dalam penggunaan obat anti alergi.

Mengerti Obat Anti alergi yang Akan Digunakan

  • Kenali efek samping dari obat anti-alergi yang digunakan seperti Mengantuk, mulut kering atau disfagia, pusing, sakit kepala, nyeri perut, sulit buang air kecil, mudah marah, Penglihatan kabur.  pada anti-histamin generasi pertama memiliki efek samping yang lebih banyak dari pada anti histamine generasi 2 atau 3.
  • Hati-hati terhadap reaksi yang bisa terjadi jika obat anti alergi di konsumsi dengan zat lain, khususnya alcohol, obat penenang, obat tidur, dan obat anti kram otot.
  • Memilih antara obat anti alergi yang dijual di pasaran dan obat anti alergi dari resep dokter. Jika gejala alergi yang ingin anda obati relative ringan seperti bersin, gatal ringan anda bisa memilih obat-obat anti alergi yang dijual bebas,  Namun jika tidak ada hasil setelah menggunakan obat2an ini, disarankan untuk mempertimbangkan obat anti alergi yang diresepkan oleh dokter.
  • Gunakan obat sesuai petunjuk penggunaan. Pastikan ada jarak waktu yang cukup antara satu dosis dengan dosis berikutnya. Usahakan untuk menggunakan obat antihistamin pada jam yang sama tiap hari untuk memaksimalkan efeknya
  • Gunakan obat anti alergi yang tepat untuk anak-anak. Mintalah saran untuk tenaga medis dalam pemberian obat anti alergi pada anak-anak (khususnya anak dibawah usia 2 tahun) untuk menghindari overdosis dan hal berbahaya lainnya. Obat alergi untuk anak-anak dapat berupa syrup,puyer dan tablet.Penggunaanya harus disesuaikan dengan dosis menurut berat badan.
  • Bagi pasien yang lupa menggunakan obat antihistamin, disarankan segera melakukannya jika jadwal dosis berikutnya tidak terlalu dekat. Jangan menggandakan dosis obat antihistamin pada jadwal berikutnya untuk mengganti dosis yang terlewat.
  • Harap berhati-hati bagi penderita gangguan ginjal, gangguan hati, tukak lambung, hipertiroid, obstruksi usus, infeksi saluran kemih, pembengkakan prostat, dan glaukoma.

Pemilihan Obat Anti Alergi Berdasarkan Gejala

  • Gunakan oral anti histamine seperti cetirizine, loratadine untuk gejala ringan seperti bersin, gatal-gatal, mata berair atau hidung berair.
  • Untuk mata gatal dan mata berair dapat dipilih azelastine atau olopatadine. Jangan lupa untuk membersihkan mata terlebih dahulu sebelum memberikan obat tetes mata ini.
  • Obat anti alergi seperti obat antihistamin bisa dikombinasikan dengan obat demam untuk hasil yang optimal.
  • Obat anti histamine bisa juga digunakan untuk batuk kering seperti diphenhydramine
  • Untuk reaksi alergi berupa pusing, mual dan muntah bisa dipilih dimenhydrinate,meclizine dan promethazine
  • Untuk reaksi alergi akibat gigitan serangga, dapat dipilih obat anti alergi yang berupa salep atau krim dan dioleskan ke lokasi gigitan serangga tersebut secara langsung.

Dari seluruh uraian diatas, diharapkan adanya sedikit pencerahan dan pertimbangan dalam penggunaan obat anti alergi. Sangat tidak diharapkan jika penggunaan obat yang bertujuan untuk terapi malah menjadi masalah yang lebih besar dari masalah awal yang ingin diobati. 


7 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Kuna, P., Jurkiewicz, D., Czarnecka-Operacz, M. M., Pawliczak, R., Woroń, J., Moniuszko, M., & Emeryk, A. (2016). The role and choice criteria of antihistamines in allergy management - expert opinion. Postepy dermatologii i alergologii, 33(6), 397–410. https://doi.org/10.5114/pdia.2016.63942. National Center for Biotechnology Information. (Accessed via: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5183790/)
Allergy medicine: Types and alternatives. Medical News Today. (Accessed via: https://www.medicalnewstoday.com/articles/311845)
Choosing an over-the-counter allergy medication. Harvard Health. (Accessed via: https://www.health.harvard.edu/diseases-and-conditions/choosing-an-over-the-counter-allergy-medication)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app