Oliguria - Tanda, Penyebab, Gejala, Cara Mengobati

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Nov 6, 2020 Waktu baca: 3 menit

Oliguria adalah suatu keadaan di mana pengeluaran atau output urin < 1 ml/kg/jam pada bayi, < 0,5 ml/kg/jam pada anak, dan kurang dari 400 ml/kg/hari pada orang dewasa. Banyak pasien dalam perawatan di rumah sakit mengalami penurunan output urin. 

Keadaan ini sering terjadi pada pasien pascaoperasi atau pasien yang mengalami sakit berat. Hal ini dikarenakan jumlah output urin merupakan indikator sensitif dari status cairan dan kecukupan hemodinamik, yang dapat berkembang menjadi gagal ginjal akut.

Penyebab Oliguria

Oliguria dapat diakibatkan oleh beberapa proses patofisiologi, yaitu mekanisme pre-renal, intrinsik renal, dan post-renal. Insufisiensi pre-renal bertanggung jawab atas kira-kira 70% kasus gagal ginjal akut (GGA) di luar rumah sakit sampai 60% dari kasus GGA di rumah sakit. Insufisiensi pre-renal merupakan respon fungsional ginjal normal terhadap hipoperfusi. 

Fase dini dari kompensasi perfusi ginjal yang berkurang adalah autoregulasi laju filtrasi glomerulus melalui dilatasi arteriol aferen dan konstriksi arteriol eferen. Fase dini juga mencakup peningkatan reabsorbsi garam dan air yang dirangsang oleh sistem renin-angiotensin-aldosteron dan sistem saraf simpatis.

Gagal ginjal intrinsik sering disertai oleh kerusakan struktur ginjal. Hal ini meliputi nekrosis tubulus akut (akibat iskemia bekepanjangan, edema-obatan, dan toksin), penyakit glomerulus, atau lesi pembuluh darah. Iskemia dan nekrosis tubulus akut dapat mengakibatkan perubahan metabolisme sel tubulus (deplesi ATP, pelepasan spesies oksigen reaktif), dan kematian sel. Pada kebanyakan situasi klinis, oliguria dapat pulih dan diikuti perbaikan dan regenerasi sel epitel tubulus.

Kegagalan post-renal merupakan akibat dari obstruksi mekanik atau fungsional terhadap aliran urin. Bentuk oliguria dan insufisiensi ginjal ini biasanya memberi respon setelah obstruksi dilepaskan.

Gejala Oliguria

Gejala yang sering timbul pada pasien oliguria meliputi:

  • Membran mukosa kering
  • Turgor kulit menurun
  • Akral dingin
  • Muntah
  • Demam
  • Diare
  • Pusing
  • Takikardia

Diagnosis Oliguria

Dalam mendiagnosis pasien oliguria, informasi bisa didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Masalah utama yang harus diketahui adalah segera menentukan apakah status cairan pasien normal dan menyingkirkan retensi urin.

Anamnesis lengkap dan menyeluruh meliputi intake dan output cairan. Data keseimbangan cairan dan berat badan harian harus diukur. Kondisi-kondisi tertentu seperti kehilangan cairan akibat perdarahan, diare, berkeringat, muntah, dan insesible losses (kehilangan cairan yang tidak dirasakan) harus diperhitungkan. Adanya mual, muntah, dan haus juga harus ditanyakan pada pasien. Gejala retensi urin harus diketahui dan dilakukan pemasangan kateter urin jika ada keraguan.

Pada pemeriksaan fisik, harus dilakukan palpasi dan perkusi kandung kemih. Tanda-tanda kekurangan atau kelebihan cairan harus dicari sebisa mungkin. Tanda-tanda kekurangan cairan meliputi takikardia, hipotensi (terutama hipotensi postural), membran mukosa kering, turgor kulit menurun, akral dingin, dan kontraksi vena perifer. Sementara itu,, tanda-tanda kelebihan cairan di antaranya ortopnea, edema perifer, edema paru, kenaikan tekanan vena jugularis (JVP), dan hipertensi. Pemasangan selang vena sentral bosa mengukur dengan cepat tekanan vena sentral (CVP) jika status cairan tidak bisa ditentukan.

Dengan pemeriksaan penunjang, bisa dilihat dari kenaikan angka hematokrit, albumin serum, ureum, dan kreatinin pada pasien kekurangan cairan. Sedangkan pada pasien kelebihan cairan bisa ditemukan edema paru pada foto toraks.

Penatalaksanaan Oliguria

Pada pasien oliguria, tidak diperlukan pemakaian kateter urin. Kateter urin harus dilepas bila sudah terpasang untuk menghindari hambatan pada kateter. Jika pada gambaran klinis menunjukkan bahwa pasien kekurangan cairan,  maka harus diberikan cairan intravena (sebaiknya cairan fisiologis atau salin normal), terapi pengganti cairan harus tetap diberikan sampai hipotensi postural berhasil diatasi dan JVP atau CVP normal. 

Jika ditemukan bukti adanya perdarahan, mungkin perlu untuk dilakukan tranfusi darah, di mana sumber keluarnya darah harus ditemukan dan ditindaklanjuti, serta dilakukan pemeriksaan waktu pembekuan darah. Jika pasien tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan cairan, harus dipertimbangkan penyebab syok yang lain, seperti sepsis, infark miokard, dan emboli paru, serta penyebab gagal ginjal akut yang lain.

Yang juga penting, terutama adalah menghindari penggunaan obat-obata yang bisa membahayakan perfusi ginjal, misalnya obat anti-inflamasi non-steroid atau OAINS, yang bisa bersifat nefrotoksik atau terakumulasi pada keadaan gagal ginjal.


14 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi awal mengenai kondisi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app