GRACIA BELINDA
Ditulis oleh
GRACIA BELINDA
DR.VINA SETIAWAN
Ditinjau oleh
DR.VINA SETIAWAN

Obat Kanker Serviks Melalui Oral dan Suntikan

Dipublish tanggal: Feb 3, 2020 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Feb 18, 2020 Waktu baca: 5 menit
Obat Kanker Serviks Melalui Oral dan Suntikan

Penyakit kanker serviks atau kanker leher rahim merupakan salah satu jenis kanker yang cukup banyak menyerang kaum wanita. Salah satu penyebab kanker serviks paling utama adalah terjadinya infeksi human papillomavirus (HPV). Oleh karena itu, untuk menghindari risiko penyakit kanker serviks umumnya dilakukan vaksinasi melalui vaksin HPV. 

Selain melalui vaksin, untuk mencegah kanker serviks umumnya para wanita disarankan untuk rutin melakukan tes pap smear, menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual, serta menghindari penggunaan pil KB jangka panjang. Gaya hidup juga dapat mempengaruhi kesehatan, termasuk bagian reproduksi wanita.

Ketika seorang wanita telah dinyatakan terkena kanker serviks, maka ada beberapa perawatan yang harus dijalani, termasuk penggunaan obat kanker serviks baik obat oral maupun melalui suntikan. Pemberian obat kanker serviks pun tidak bisa sembarangan, karena obat harus diberikan atas saran dan rekomendasi dokter.

Baca juga: Cegah Kanker Serviks dengan Vaksin HPV

Pilihan Obat Kanker Serviks

Penggunaan obat kanker serviks bisa diberikan bersamaan dengan metode perawatan lainnya, seperti kemoterapi, radioterapi, imunoterapi, dan lainnya. Pilihan obat kanker serviks berikut ini mungkin dapat diberikan oleh dokter, di antaranya:

1. Avastin

Salah satu obat kanker serviks, yaitu Avastin (bevacizumab) dapat membantu menghambat pertumbuhan dan penyebaran sel kanker dalam tubuh. Cara kerjanya adalah dengan menghambat aliran darah ke bagian tumor yang menjadi penyebab kanker serviks. Selain sebagai obat kanker serviks, Avastin juga dapat menjadi obat penyakit kanker lainnya, seperti kanker ginjal, kanker usus, kanker paru paru, hingga kanker ovarium.

Pemberian Avastin sebagai bagian dari pengobatan kanker serviks diberikan melalui suntikan infus langsung ke dalam pembuluh darah vena. Biasanya proses suntikan Avastin untuk pertama kali memerlukan waktu cukup lama, yaitu sekitar 90 menit dan perlahan akan menjadi lebih cepat, yaitu sekitar 30-60 menit. Hal ini bergantung pada kondisi medis, berat badan, serta respons tubuh terhadap metode pengobatan sebelumnya.

Avastin mungkin akan diberikan setiap 2-3 minggu sekali dan dapat menimbulkan beberapa efek samping, seperti mual, pusing, keringat berlebih, sesak nafas, sakit kepala, maupun nyeri dada. Untuk itu, beritahukan kondisi Anda selama perawatan kepada dokter terkait penggunaan obat kanker serviks ini.

2. Pembrolizumab

Menyerupai dengan obat kanker serviks lainnya, Pembrolizumab juga berfungsi membantu memperlambat pertumbuhan dan penyebaran sel kanker pada tubuh dengan meningkatkan sistem imun tubuh terhadap serangan sel kanker. Pemberian Pembrolizumab sebagai obat kanker serviks biasanya diberikan pada penderita kanker serviks yang tidak mengalami perbaikan bahkan semakin memburuk setelah menjalani prosedur kemoterapi.

Obat kanker serviks seperti Pembrolizumab juga digunakan ketika sel kanker telah menyebar ke bagian tubuh lainnya. Pemberian obat ini biasanya diberikan setiap 3 minggu sekali melalui suntikan infus yang dimasukkan langsung ke pembuluh darah dengan dosis 200 mg selama 30 menit. 

Pemberian Pembrolizumab akan dilakukan hingga pasien kanker serviks mengalami perbaikan, tetapi hal tersebut tentu disesuaikan dengan kondisi medis, berat badan, serta respons tubuh terhadap obat. Selain itu, selama mengonsumsi obat Pembrolizumab, dokter akan melakukan pemeriksaan tes darah untuk memastikan bahwa pemberian obat bekerja dengan baik untuk membunuh sel kanker.

Beberapa efek samping yang mungkin terjadi setelah minum obat Pembrolizumab di antaranya demam, gemetar, kedinginan, menggigil, pusing, letih lesu, defisiensi kadar natrium dalam tubuh, hingga sesak nafas, maka dari itu, informasikan setiap gejala atau kondisi kesehatan Anda selama masa pengobatan kepada dokter untuk memastikan bahwa pengobatan ini aman untuk Anda.

3. Topotecan Hydrochloride

Pilihan obat kanker serviks lainnya adalah Topotecan Hydrochloride yang juga dapat membunuh sel kanker dalam pertumbuhannya. Topotecan biasanya baru akan diberikan dokter jika dirasa obat kanker serviks lain tak mampu memperbaiki kondisi pasien. Selain sebagai obat kanker serviks, Topotecan juga digunakan untuk membantu proses pengobatan kanker ovarium dan kanker paru paru.

Topotecan dapat diberikan berupa obat oral maupun suntikan, di mana Topotecan jenis oral dapat diminum sebanyak 1 kali sehari. Sementara Topotecan melalui suntikan infus akan diberikan langsung ke pembuluh darah vena selama 30 menit. Penggunaan Topotecan sebagai obat kanker serviks akan bergantung pada berat badan, kondisi kesehatan, tes pemeriksaan, dan respons tubuh. Hindari penggunaan obat Topotecan yang sudah rusak atau tidak dikemas dengan baik karena dapat berbahaya jika terkena mata atau tangan. 

4. Hycamtin

Obat kanker serviks lainnya adalah Hycamtin, biasanya obat ini akan diberikan ketika obat atau metode pengobatan kanker lainnya terasa kurang berhasil dan tak memberikan efek perbaikan pada pasien. Selain sebagai obat kanker serviks, Hycamtin juga dapat digunakan untuk membantu pengobatan kanker lainnya, seperti kanker ovarium dan kanker paru paru. 

Obat Hycamtin dapat diberikan melalui obat oral maupun suntikan infus oleh dokter ke dalam pembuluh darah vena. Obat Hycamtin versi oral akan diberikan dalam 2 kapsul berwarna berbeda yang dikonsumsi secara bersamaan. Pastikan untuk mengikuti anjuran dokter karena meski terlihat hampir sama, tetapi salah satu kapsul memiliki jumlah dosis yang lebih besar.

Penggunaan Hycamtin dapat dikonsumsi sebanyak 1 kali sehari selama 5 hari berturut-turut sebagai satu periode waktu pengobatan kanker serviks. Pengulangan obat tersebut baru akan dilakukan kembali setelah 21 hari berikutnya. Tetapi penggunaan Hycamtin sebagai obat kanker serviks akan bergantung pada beberapa hal, termasuk kondisi medis, respons tubuh, dan hasil tes laboratorium.

Obat Hycamtin juga dapat diberikan melalui suntikan infus oleh perawat medis dan mungkin menimbulkan rasa sakit, terbakar, ataupun bengkak. Selain itu, Hycamtin juga dapat menurunkan jumlah sel darah dalam tubuh, sehingga pasien kanker serviks juga membutuhkan pemeriksaan darah secara rutin.

5. Mvasi

Obat kanker serviks lainnya adalah Mvasi yang biasanya digunakan sebagai obat kombinasi dengan obat kanker serviks lain. Tak hanya sebagai obat kanker serviks, tetapi Mvasi juga bisa membantu pengobatan kanker ginjal, kanker paru paru, kanker usus, ataupun kanker ovarium. Mvasi langsung diberikan dan masuk ke dalam pembuluh darah vena melalui suntikan infus dengan penyuntikkan sekitar 2-3 minggu sekali atau disesuaikan dengan kondisi pasien.

6. Ciplastin

Ciplastin merupakan salah satu obat kanker serviks yang diberikan melalui kemoterapi. Obat ini bekerja dengan menghambat pertumbuhan dan penyebaran sel dalam tubuh. Pemberian obat dapat disuntikkan melalui infus langsung ke pembuluh darah vena dan disesuaikan dengan kondisi tubuh dan respons tubuh terhadap obat.

Cara kerja obat ini dalam pengobatan kanker serviks juga cukup berbeda dan mengharuskan pasien untuk mengonsumsi cairan lebih banyak. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan frekuensi buang air kecil dalam mengurangi risiko kersuakan ginjal. Sebelum disuntikkan obat Ciplastin, pasien kanker serviks akan disuntikkan cairan infus terlebih dahulu sekitar 8-12 jam lalu setelah keduanya masuk ke dalam tubuh, Ciplastin akan bercampur dengan cairan tubuh lain seperti urin dan feses.

Tetapi pemberian Ciplastin tidak bisa digunakan oleh semua pasien kanker, terutama mereka yang memiliki penyakit hati (liver), penyakit ginjal, gangguan pendengaran, memiliki masalah pada sumsum tulang belakang, ataupun pernah menggunakan obat kanker serviks jenis lain pada pengobatan sebelumnya.

Baca juga: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Kanker Serviks


2 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
NIH. Drugs Approved for Cervical Cancer. (https://www.cancer.gov/about-cancer/treatment/drugs/cervical)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app