Kupas Tuntas Vaksin COVID-19: Efikasi, Syarat, dan Efek Samping

Dipublish tanggal: Jan 18, 2021 Update terakhir: Jun 29, 2021 Waktu baca: 5 menit
Kupas Tuntas Vaksin COVID-19: Efikasi, Syarat, dan Efek Samping

Ringkasan

Buka

Tutup

  • Fungsi vaksin COVID-19 adalah untuk mengurangi penularan COVID-19 dan mencapai kekebalan kelompok di masyarakat (herd immunity);
  • Indonesia telah menggunakan vaksin Coronavax buatan Sinovac Biotech Incorporated dengan efikasi 65,3%;
  • Efikasi 65,3% berarti vaksin Sinovac ini mampu menurunkan kejadian infeksi COVID-19 hingga 65,3% di masyarakat;
  • Syarat mendapatkan vaksin Sinovac adalah berusia 18-59 tahun, bertubuh sehat dan tidak demam, serta tidak menderita diabetes, hipertensi, atau penyakit autoimun;
  • Efek samping vaksin Sinovac yang mungkin muncul adalah nyeri, kemerahan, atau bengkak di area suntik, demam, hingga sakit kepala;
  • Meski sudah divaksinasi, tetap lakukan 3M yaitu mencuci tangan pakai sabun, memakai masker, dan menjaga jarak fisik (physical distancing);
  • Dapatkan paket tes COVID-19 berupa swab PCRswab antigen, dan rapid test dengan harga bersahabat dan tim medis berpengalaman di HDmall;
  • Gunakan fitur chat untuk berkonsultasi dengan apoteker kami secara gratis seputar obat dan pemeriksaan kesehatan yang Anda butuhkan.

Kehadiran vaksin COVID-19 memberikan harapan baru akan berakhirnya pandemi di Tanah Air. Proses penyuntikan vaksin tahap awal sudah dilaksanakan pada Rabu (13/1) yang diawali oleh presiden, jajaran pemerintahan, tenaga kesehatan, hingga perwakilan masyarakat. Hal ini diharapkan mampu meningkatkan kekebalan populasi dan mencegah penyebaran virus corona di Indonesia. 

Fakta penting seputar vaksin COVID-19 di Indonesia

Secara umum, vaksin adalah zat yang berfungsi untuk membentuk kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit. Vaksin bekerja dengan merangsang produksi antibodi, persis seperti jika Anda terkena penyakit tersebut. Setelah divaksinasi, tubuh Anda sudah lebih dulu membentuk kekebalan sehingga terlindungi dari penyakit.

Iklan dari HonestDocs
Paket Vaksin Hepatitis B Di NK Health Klinik

Cegah Penyakit Hepatitis B dengan Vaksin. Paket ini termasuk 3x suntik vaksin Hepatitis B, biaya registrasi, konsultasi dengan dokter, dan pemeriksaan tanda-tanda vital.

Khusus untuk COVID-19, pemberian vaksin bertujuan untuk mengurangi transmisi atau penularan COVID-19. Tak hanya itu, upaya ini diharapkan mampu menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat COVID-19, mencapai kekebalan kelompok di masyarakat (herd immunity), dan melindungi masyarakat dari COVID-19 sehingga bisa lebih produktif.

Indonesia sudah memulai vaksinasi sejak Rabu, 13 Januari 2021 secara serentak menggunakan Coronavax, vaksin buatan Sinovac Biotech Incorporated yang bekerja sama dengan PT Bio Farma. Vaksin ini telah melalui uji klinis fase 3 di Bandung dan memiliki efikasi 65,3%, sehingga mendapatkan izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI.

Dilansir dari laman resmi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), vaksin Sinovac mengandung virus yang sudah dimatikan (inactivated virus) atau tidak mengandung sama sekali virus hidup atau yang dilemahkan. Jenis vaksin ini tidak mengandung boraks, formalin, merkuri, maupun pengawet sehingga aman digunakan.

Vaksin Sinovac diberikan dengan dosis 0,5 ml melalui intramuskular (lewat otot) di bagian lengan kiri atas. Supaya kekebalan tubuhnya terbentuk secara maksimal, vaksin ini perlu diberikan 2 kali. Dosis kedua akan disuntikkan 14 hari setelah dosis pertama.

Baca juga: Ini Alasan Kita Harus Tetap Waspada meski Vaksin COVID-19 Sedang Didistribusikan

Apa itu efikasi vaksin COVID-19?

Vaksin buatan Sinovac memiliki efikasi sebesar 65,3%. Angka ini telah melampaui persyaratan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni di atas 50%.

Iklan dari HonestDocs
Paket Vaksin Hepatitis B Di NK Health Klinik

Cegah Penyakit Hepatitis B dengan Vaksin. Paket ini termasuk 3x suntik vaksin Hepatitis B, biaya registrasi, konsultasi dengan dokter, dan pemeriksaan tanda-tanda vital.

Efikasi itu sendiri merupakan persentase penurunan insiden penyakit dalam kelompok yang divaksinasi dibandingkan dengan kelompok yang tidak divaksinasi dalam kondisi optimal. Sederhananya, efikasi adalah seberapa besar kemampuan vaksin untuk mencegah penularan atau infeksi penyakit dalam suatu populasi.

Efikasi 65,3% artinya vaksin Sinovac ini mampu menurunkan kejadian infeksi COVID-19 hingga 65,3% di masyarakat. Dengan kata lain, orang yang telah divaksin berpotensi hampir 3 kali lebih rendah terjangkit COVID-19 dibandingkan yang tidak divaksin.

Contohnya begini. Jika ada 100 orang yang divaksin, artinya ada 65 orang yang terlindungi dari COVID-19. Sementara 35 orang lainnya masih bisa terkena COVID-19 yang bergejala.

Siapa saja yang boleh mendapatkan vaksin COVID-19?

Vaksin COVID-19 diharapkan dapat diberikan untuk seluruh masyarakat Indonesia tanpa terkecuali. Prosesnya dilakukan secara bertahap. Penyuntikan tahap awal diutamakan untuk orang-orang dengan risiko tinggi seperti tenaga kesehatan dan penderita komorbiditas (yang memiliki penyakit penyerta).

Berdasarkan rekomendasi PAPDI, ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi sebelum vaksinasi Sinovac, yaitu:

1. Berusia 18-59 tahun

Anak-anak dan lansia tidak boleh mendapatkan vaksin Sinovac. Pasalnya, vaksin COVID-19 ini ditujukan untuk orang berusia 18-59 tahun. Ibu hamil atau menyusui juga tidak dapat diberikan vaksinasi.

Iklan dari HonestDocs
Paket Vaksin Hepatitis B Di NK Health Klinik

Cegah Penyakit Hepatitis B dengan Vaksin. Paket ini termasuk 3x suntik vaksin Hepatitis B, biaya registrasi, konsultasi dengan dokter, dan pemeriksaan tanda-tanda vital.

2. Memiliki tubuh yang sehat dan tidak demam

Vaksin adalah proses memasukkan bakteri yang dilemahkan atau dimatikan untuk merangsang kekebalan tubuh. Karena diharapkan dapat membentuk imun, maka tubuh pasien tentunya harus sehat. 

Bahkan meskipun Anda hanya demam pun (suhu di atas 37,5°), vaksinasi perlu ditunda sampai suhu tubuh kembali stabil. Calon penerima vaksin akan dilakukan skrining ulang pada saat kunjungan berikutnya.

3. Bukan penderita diabetes dan hipertensi

Diabetes dan hipertensi merupakan penyakit komorbid yang membuat pasien lebih rentan terpapar virus corona. Pasien yang mengalami penyakit ini tidak disarankan untuk melakukan vaksinasi COVID-19. Namun, untuk penderita diabetes melitus tipe 2 terkontrol dan HbA1C di bawah 58 mmol/mol atau 7,5% dapat diberikan vaksin.

4. Tidak memiliki penyakit autoimun

Menurut rekomendasi PP Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia (PP Peralmuni), vaksin khusus COVID-19 tidak disarankan untuk penderita penyakit autoimun. Hal ini karena belum ada penelitian mendalam mengenai efektivitas vaksin terhadap penderita penyakit autoimun.

Orang dengan kondisi medis berikut juga tidak dapat diberikan vaksin Sinovac, yaitu:

  • Gejala infeksi saluran pernapasan atas (ISPA);
  • Alergi berat setelah divaksinasi COVID-19 sebelumnya;
  • Penyakit jantung;
  • Penyakit ginjal;
  • Rheumatoid arthritis;
  • Penyakit saluran pencernaan kronis;
  • Hipertiroid atau hipotiroid karena autoimun;
  • Kanker;
  • Kelainan darah;
  • Defisiensi imun;
  • Penerima transfusi;
  • HIV dengan CD4 di bawah 200 atau tidak diketahui.

Karena itulah, penting untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter guna pemeriksaan lebih lanjut sebelum menerima vaksin Sinovac.

Baca juga: Setelah Berlibur Saat Pandemi, Perlukah Lakukan Tes COVID-19?

Yang harus dilakukan sebelum dan sesudah vaksinasi COVID-19

Seluruh masyarakat Indonesia diharapkan bersedia mengikuti vaksinasi COVID-19 demi menurunkan angka kejadian virus corona di tanah air. Namun, ingat, hadirnya vaksin bukan berarti Anda boleh bebas mengabaikan protokol kesehatan yang ada, ya. 

Sembari menunggu giliran mendapatkan vaksin COVID-19, lakukan beberapa hal berikut ini:

1. Meyakini bahwa vaksin COVID-19 itu aman dan halal

Meski sudah dinyatakan aman dan halal, masih ada kalangan yang meragukan keberadaan vaksin Sinovac. Ditambah lagi, efikasi 65,3% dianggap kecil bila dibandingkan dengan vaksin Sinovac di negara lain.

Padahal, vaksin COVID-19 ini telah melalui serangkaian uji klinis hingga dinyatakan aman, efektif, dan halal. Angka efikasi 65,3% pun telah melampaui standar WHO, yakni 50%, sehingga sudah terjamin dapat membantu menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat COVID-19.

2. Tetap lakukan 3M

Sembari menunggu giliran divaksinasi, tetap lakukan 3M di mana pun Anda berada. Maksud 3M itu sendiri adalah:

  • Mencuci tangan pakai sabun atau menggunakan hand sanitizer;
  • Memakai masker;
  • Menjaga jarak fisik (physical distancing) minimal 1-2 meter.

Setelah divaksinasi pun, bukan berarti Anda boleh bebas keluyuran dan nongkrong sana-sini karena merasa kebal corona. Ingat, pembentukan antibodi baru tercapai secara maksimal setelah 3 bulan vaksinasi. Anda masih bisa terpapar virus corona kapan pun, terutama jika tidak menerapkan 3M dengan benar.

3. Pantau risiko efek samping yang mungkin muncul

Setelah disuntik, penerima vaksin disarankan untuk tetap berada di lokasi vaksinasi setidaknya 30 menit. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) atau efek samping vaksin.

Sama seperti vaksin lainnya, vaksin COVID-19 juga dapat menimbulkan reaksi efek samping pada tubuh. Ini merupakan hal yang wajar, pertanda bahwa sistem kekebalan tubuh penerima sedang bereaksi dengan antigen yang terkandung dalam vaksin.

Beberapa efek samping vaksin COVID-19 yang mungkin terjadi antara lain:

  • Nyeri, kemerahan, atau bengkak pada tempat suntikan;
  • Demam;
  • Nyeri otot seluruh tubuh (myalgia);
  • Nyeri sendi (atralgia);
  • Badan lemah;
  • Sakit kepala.

Untuk nyeri di area suntikan atau demam, Anda dapat mengatasinya dengan memberikan kompres dingin atau minum paracetamol sesuai dosis. Bila efek samping berlanjut atau memburuk, segera konsultasikan ke dokter.

Vaksin Sinovac telah dijamin aman, efektif, dan halal sehingga masyarakat tidak perlu ragu lagi untuk ikut vaksinasi. Terlebih, orang yang divaksinasi berpotensi hampir 3 kali lebih rendah terpapar infeksi COVID-19 dibandingkan yang tidak divaksinasi. Namun ingat, vaksin bukanlah akhir dari pandemi. Tetap lakukan protokol kesehatan sebaik mungkin agar terhindar dari penularan COVID-19.

Baca juga: Memahami Perbedaan 3 Tes COVID-19: PCR, Swab Antigen, dan Rapid Test

5 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
SK Dirjen Nomor HK.02.02/4/1/2021 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Covid-19. (https://covid19.go.id/p/berita/keputusan-direktur-jenderal-pencegahan-dan-pengendalian-penyakit-nomor-hk0202412021).
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Disinformasi: Vaksin COVID-19 Buatan Sinovac hanya untuk Uji Klinis dan Mengandung Sel Vero. (https://www.kemkes.go.id/article/view/21010300001/disinformasi-vaksin-covid-19-buatan-sinovac-hanya-untuk-uji-klinik-dan-mengandung-sel-vero.html). 3 Januari 2021.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app