Minum Kopi Decaf, Amankah untuk Ibu hamil dan Menyusui?

Dipublish tanggal: Jul 30, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 4 menit
Minum Kopi Decaf, Amankah untuk Ibu hamil dan Menyusui?

Kopi adalah minuman favorit banyak orang, baik pria maupun wanita, karena dipercaya dapat meningkatkan mood, menimbulkan efek stimulan, dan mengandung berbagai manfaat baik bagi tubuh. Tetapi kopi yang mengandung kafein juga dapat memberikan efek samping yang tidak cocok bagi semua orang, termasuk pada ibu hamil dan menyusui. 

Selama kehamilan, ibu hamil disarankan untuk menjaga pola makan dan mengonsumsi makanan yang sehat karena seluruh nutrisi yang masuk ke dalam tubuh tidak hanya bermanfaat bagi kesehatan ibu saja, tetapi juga kesehatan bayi. Maka dari itu, wanita yang sedang hamil dan terbiasa minum kopi juga perlu memastikan apakah kopi termasuk salah satu pantangan pada saat hamil atau tidak.

Karena menurut beberapa penelitian dan pendapat dikatakan bahwa ibu hamil tidak boleh minum kopi, tapi ada pula yang bilang tidak masalah jika ibu hamil minum kopi. Jadi apakah ibu hamil dan menyusui boleh mengonsumsi kopi, termasuk kopi decaf?

Mengenai kopi decaf (decaf coffee)

Jika pada umumnya kopi memiliki kandungan kafein pada kopi biasanya berkisar 70-140 mg, sementara kopi decaf telah mengalami proses penghilangan sejumlah kandungan kafein yang mungkin hanya menyisakan sekitar 3-7 mg per cangkir sehingga kopi decaf sering disebut kopi tanpa kafein karena berasal dari kata decaffeinated coffee.

Kopi decaf sendiri sebenarnya tidak sepenuhnya bebas kafein, tetapi jumlah kafein yang terkandung dalam kopi biasanya sangat kecil, begitupun dengan kadar antioksidan yang baik dalam menangkal radikal bebas serta mengurangi risiko penyakit diabetes tipe 2. Tetapi kopi decaf memiliki berbagai kandungan nutrisi yang baik bagi kesehatan, seperti magnesium, kalium, niasin, serta vitamin B3. 

Jumlah kafein yang berkurang bisa mencapai 97 persen dan hal ini terjadi akibat proses pencucian biji kopi dengan menggunakan campuran pelarut seperti air, pelarut organik, dan karbon dioksida. Tetapi nilai gizi kopi biasa dan kopi decaf juga hampir sama, hanya saja rasa, aroma, dan wangi kopi decaf terasa lebih ringan dibandingkan kopi biasa. Begitupun dengan manfaat dan nutrisi yang terkandung di dalamnya, karena kandungan kafein yang berada di kopi biasa tentunya berbeda dengan jumlah kafein pada kopi decaf.

Apakah kopi decaf (decaf coffee) aman untuk ibu hamil? 

Jika selama ini kita mengetahui bahwa ibu hamil tidak boleh minum kopi, itu tidak sepenuhnya benar. Ibu hamil masih boleh minum kopi, hanya saja jumlah kopi harus dibatasi. Selain itu, untuk memastikan kondisis ibu dan bayi dalam kandungan, ibu hamil yang ingin minum kopi harus berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu karena kondisi setiap orang berbeda.

Yang dikhawatirkan jika ibu hamil minum kopi terlalu banyak terutama yang mengandung kafein adalah terjadinya peningkatan detak jantung bayi sehingga membuat irama jantung menjadi tidak teratur, bahkan dapat menjadi penyebab bayi keguguran atau lahir prematur.

Untuk mengurangi risiko dan efek samping yang mungkin ditimbulkan akibat minum kopi berkafein, ibu hamil mungkin dapat mencoba mengonsumsi kopi decaf (decaf coffee). Kopi decaf ini dianggap dapat menjadi pilihan bagi ibu karena hanya mengandung sedikit kafein, tetapi jumlah kopi tetap harus dibatasi yakni sekitar 1-2 cangkir sehari atau kurang dari 200 mg.

Tetapi jika setelah minum kopi ibu hamil mengalami gejala seperti mual, muntah, sakit kepala, insomnia, tekanan darah tinggi, detak jantung semakin cepat, sering buang air kecil, atau bahkan mengalami gangguan pencernaan, maka ibu hamil harus segera berhenti minum kopi dan segera memeriksakan diri ke dokter untuk memastikan bahwa ibu dan bayi dalam kondisi baik.

Apakah kopi decaf (decaf coffee) aman untuk ibu menyusui? 

Penelitian menunjukkan manfaat kopi tanpa kafein dapat membantu meningkatkan fungsi kerja otak dan metabolisme tubuh. Decaf coffee sendiri memiliki kandungan antioksidan dan nutrisi yang baik untuk mencegah diabetes, penyakit hati, penyakit jantung, dan stroke. Tetapi ibu hamil perlu memperhatikan seluruh makanan yang dikonsumsi karena seluruh nutrisi yang masuk ke dalam tubuh juga akan diserap oleh bayi, sehingga jumlah gizi dan makanan yang dikonsumsi ibu hamil dan menyusui akan sangat berpengaruh.

Sama dengan ibu hamil, pada masa kehamilan seluruh nutrisi makanan yang dikonsumsi oleh ibu akan diserap oleh bayi melalui aliran darah dan plasenta. Pada saat menyusui pun, seluruh nutrisi akan terdistribusi dari ibu ke bayi melalui ASI. ASI sendiri merupakan makanan utama bagi bayi yang berfungsi dalam pertumbuhan dan perkembangan bayi serta meningkatkan sistem imun. 

Ketika ibu menyusui minum kopi, maka secara tidak langsung kandungan pada kopi akan terserap oleh bayi melalui pemberian ASI, sehingga ibu menyusui disarankan untuk mengurangi jumlah asupan kopi atau mencoba minum kopi decaf (kopi tanpa kafein) yang jauh lebih ringan dibandingkan kopi biasa. Dalam kondisi tertentu, ibu menyusui juga disarankan untuk tidak mengonsumsi kopi sama sekali karena jika asupan kafein terlalu berlebihan maka dapat menurunkan jumlah zat besi pada ASI.

Selain itu, efek kafein juga dapat mempengaruhi kondisi bayi. Hal ini terjadi karena organ tubuh bayi belum sepenuhnya berkembang, termasuk organ hati dan ginjal, sehingga ada kemungkinan kafein yang masuk ke dalam tubuh bayi apalagi dengan jumlah yang banyak dapat menyebabkan penumpukan dalam sistem organ tubuhnya.

Jika ingin minum kopi, ibu menyusui dapat memberikan jeda antara saat minum kopi dan saat memberikan ASI dengan waktu sekitar 3 jam. Tidak hanya itu, seorang ibu menyusui disarankan untuk memperbanyak minum air putih agar kafein dalam tubuh dapat ternetralisir dengan baik dan mengurangi efek kafein pada ASI.


18 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app