Gejala Kurang Darah yang Perlu Diketahui

Dipublish tanggal: Agu 18, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Mar 6, 2020 Waktu baca: 4 menit
Gejala Kurang Darah yang Perlu Diketahui

Walau tidak melakukan aktivitas fisik yang berat namun sering merasa mudah lelah dan pusing? Hal tersebut bisa jadi merupakan gejala kekurangan darah atau anemia. Kekurangan darah sendiri dapat terjadi ketika tubuh tidak memiliki cukup sel darah merah untuk mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh.

Anemia yang dialami baik jangka pendek maupun jangka panjang dapat meningkatkan komplikasi penyakit tertentu. Kondisi ini dapat terjadi karena kadar hemoglobin yang menjadi komponen utama sel darah merah berada di bawah batas normal. Untuk pria, dianggap mengalami anemia ketika kadarnya berada di bawah 14 gr/dL, sementara pada wanita lebih rendah dari 12 gr/dL.

Untuk mengatasi anemia perlu diketahui terlebih dahulu apa yang menjadi penyebabnya, karena anemia terdiri dari beberapa jenis dan kondisi, seperti produksi sel darah merah yang tidak mencukupi, hancurnya sel darah merah yang terlalu cepat, kondisi penyakit tertentu, serta kehilangan darah secara berlebihan akibat kecelakaan, pendarahan, ataupun operasi. Pengobatannya pun beragam, termasuk pemberian suplemen penambah darah, transfusi darah, hingga tindakan operasi.

Baca juga: Resiko Transfusi Darah Yang Harus Diwaspadai

Jenis anemia

Kekurangan darah (anemia) terbagi menjadi beberapa jenis yang paling umum terjadi, yaitu:

1. Anemia defisiensi vitamin B12 dan asam folat (anemia megaloblastik)

Kondisi kekurangan sel darah merah dapat terjadi karena kurangnya kadar vitamin B12 dan B9 (folat) dalam tubuh dan sering disebut anemia megaloblastik. Vitamin B12 dan vitamin B9 sendiri memiliki manfaat penting untuk memproduksi sel darah merah yang bertugas mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Jika hal ini terjadi maka aliran oksigen ke seluruh tubuh juga mungkin terhambat.

Baca juga: Gejala dan Cara Pengobatan Anemia Defisiensi Vitamin B12 dan Folat

2. Anemia karena kehamilan

Pada masa kehamilan, kondisi anemia seringkali dialami oleh ibu hamil karena kadar hemoglobin yang rendah. Hal ini merupakan sesuatu yang normal karena kebutuhan hemoglobin meningkat selama kehamilan sehingga ibu hamil membutuhkan lebih banyak asupan makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12, dan asam folat.

3. Anemia aplastik

Anemia aplastik adalah suatu kondisi kelainan darah pada sumsum tulang yang membuat tubuh berhenti memproduksi sel darah dengan optimal, entah itu sel darah merah, sel darah putih, ataupun trombosit. Jenis anemia ini mungkin disebabkan oleh adanya infeksi, penyakit autoimun, paparan zat kimia, serta efek samping obat tertentu seperti obat rheumatoid arthritis.

4. Anemia defisiensi zat besi

Anemia defisiensi zat besi merupakan kondisi di mana tubuh mengalami kekurangan zat besi untuk menghasilkan sel darah merah terutama hemoglobin (Hb). Gejala anemia defisiensi zat besi dapat berupa kelelahan, pusing, sulit berkonsentrasi, sakit kepala, kesemutan, nafsu makan berkurang, dan jantung yang berdebar.

5. Anemia sel sabit (sickle cell anemia)

Anemia sel sabit dapat terjadi karena adanya perubahan atau mutasi genetik pada hemoglobin akibat faktor keturunan. Pada anemia sel sabit ini, Hb menjadi lengket pada pembuluh darah dan memiliki bentuk abnormal seperti bulan sabit. Kondisi ini dapat menimbulkan risiko kerusakan limpa yang bertugas untuk melawan infeksi sehingga menjadi lebih rentan terhadap infeksi seperti flu hingga pneumonia.

6. Thalasemia

Thalasemia merupakan kondisi kelainan darah yang terjadi karena faktor genetik. Hal ini dapat terjadi karena adanya gangguan pada hemoglobin dalam sel darah merah. Jika sudah parah, penderita thalasemia membutuhkan transfusi darah secara rutin untuk meningkatkan kadar sel darah yang rendah. 

Kondisi kekurangan darah atau anemia di atas merupakan kondisi yang paling sering terjadi. Namun ada pula beberapa jenis anemia lain yang mungkin saja bisa terjadi, seperti anemia akibat pendarahan berat (seperti wasir, peradangan pada lambung, menstruasi tidak normal, kanker usus) ataupun anemia akibat penyakit kronis (seperti penyakit Crohn, penyakit ginjal, rheumatoid arthritis, dan HIV/AIDS).

Baca juga: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Anemia

Gejala kurang darah yang perlu diketahui

Selain mengetahui jenis penyebab anemia atau kekurangan darah. Berikut ini adalah tanda atau gejala kurang darah yang perlu diketahui, antara lain:

Sering mengalami infeksi

Jika tubuh kekurangan sel darah merah, maka pasokan oksigen ke seluruh organ tubuh juga akan berkurang. Salah satunya adalah limpa yang berfungsi melawan infeksi, tetapi karena kurangnya sel darah merah maka fungsi kerjanya mungkin akan terganggu dan menyebabkan tubuh akan lebih mudah terinfeksi. 

Selain limpa, organ lain bertugas melawan infeksi adalah kelenjar getah bening, di mana terdapat antibodi dan sel darah putih yang seharusnya ikut berperan untuk mencegah infeksi. Tetapi jika tubuh kekurangan pasokan oksigen pada kelenjar getah bening, maka sel darah putih tidak akan bisa diproduksi secara maksimal dan menyebabkan tubuh mudah mengalami infeksi.

Rambut mudah rontok

Kondisi rambut rontok ternyata tak hanya disebabkan karena adanya kesalahan dalam perawatan rambut saja, tetapi juga bisa disebabkan karena tubuh kekurangan darah. Mungkin 100 helai rambut yang rontok per hari masih bisa dikatakan sebagai kondisi yang normal. Namun jika rontoknya sudah berlebihan dan rambut tidak tumbuh kembali, maka bisa jadi Anda kekurangan zat besi.

Ketika tubuh kekurangan zat besi, maka pasukan oksigen ke folikel rambut akan berkurang dan menyebabkan kulit kepala menjadi kering dan lemah. Akibatnya rambut menjadi mudah rontok secara berlebihan dan bahkan berhenti tumbuh. Untuk mengatasinya, disarankan untuk mengonsumsi makanan penambah zat besi agar terhindar dari kurang darah sehingga rambut bisa tumbuh kembali dengan sehat dan indah.

Baca juga: Sumber Makanan yang Mengandung Zat Besi

Lidah membengkak

Saat kekurangan darah, organ-organ di seluruh tubuh mungkin akan mengalami kekurangan oksigen, tak terkecuali otot, seperti otot lidah. Ketika hal ini terjadi, otot lidah akan mengalami pembengkakan yang terasa menyakitkan. Warna lidah juga akan tampak pucat karena dipengaruhi oleh kurangnya sel darah merah. Selain lidah yang bengkak, bibir dan mulut juga mungkin akan terasa kering dan retak-retak. 

Sindrom restless leg

Anemia defisiensi besi atau kekurangan zat besi dapat menyebabkan terjadinya sindrom restless leg atau kaki gelisah. Kondisi ini mempengaruhi sistem saraf di mana terdapat getaran yang menjalar pada kaki seperti aliran listrik yang membuat rasa tidak nyaman dan menyebabkan penderita akan menggerakkan kaki terus menerus tanpa disadari. Hal ini juga berlaku ketika tidur di malam hari.

Untuk membantu mengurangi gejala kaki gelisah, diperlukan asupan zat besi yang cukup setiap hari. Sumber zat besi dapat ditemukan pada daging merah, kuning telur, ikan, kacang-kacangan seperti kacang kedelai dan kacang polong, serta sayuran hijau seperti bayam.

Baca juga: Penyebab dan Cara Mengatasi Sindrom Kaki Gelisah

Jika tak kunjung membaik, kemungkinan anemia yang dialami disebabkan oleh kondisi lain. Sehingga ada baiknya untuk segera memeriksakan diri ke dokter agar bisa segera ditangani dengan baik dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi.


30 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Orphanet: Congenital dyserythropoietic anemia type III. Orphanet. (https://www.orpha.net/consor/cgi-bin/OC_Exp.php?lng=EN&Expert=98870)
N., Soundarya. (2015). A review on anaemia – types, causes, symptoms and their treatments. ResearchGate. (https://www.researchgate.net/publication/324247750_A_review_on_anaemia_-_types_causes_symptoms_and_their_treatments)
Iron deficiency anaemia. NHS (National Health Service). (https://www.nhs.uk/conditions/iron-deficiency-anaemia/)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app