HONESTDOCS EDITORIAL TEAM
Ditulis oleh
HONESTDOCS EDITORIAL TEAM
DR. KARTIKA MAYASARI
Ditinjau oleh
DR. KARTIKA MAYASARI

Flax: Manfaat, Dosis, & Efek Samping

Dipublish tanggal: Apr 15, 2019 Update terakhir: Okt 26, 2020 Waktu baca: 4 menit

Flax adalah tanaman serat tertua di dunia yang berwarna kuning keemasan dan kemerahan yang tumbuh di Eropa, Asia, dan wilayah Mediterania. Flax merupakan sumber serat makanan yang dapat ditemukan terutama di kulit bijinya dan memiliki kandungan asam lemak omega-3 yang baik.

Flax atau disebut juga biji rami mengandung fitoestrogen yang mirip dengan hormon estrogen, serta serat dan minyak yang larut. Flax sendiri mengandung asam lemak omega-3 asam alfa-linolenat (ALA) esensial.

Nutrisi dalam flax dapat membantu menurunkan risiko diabetes, kanker, dan penyakit jantung, kolesterol, sembelit, dan lainnya.

Mengenai Flax

Golongan

Suplemen makanan

Kemasan

Biji utuh, minyak, bubuk, tablet, kapsul, tepung

Kandungan

Protein, lignan, asam lemak omega-3 asam alfa-linolenat (ALA) esensial

Efek samping Flax

Menambahkan flax ke dalam makanan dapat meningkatkan jumlah buang air besar dan dapat menyebabkan efek samping gastrointestinal (GI) seperti perut kembung, gas, sakit perut, sembelit, diare, dan mual.

Manfaat Flax

Flax dapat digunakan untuk mengatasi beberapa gangguan berikut, seperti:

  • Orang menggunakan flax untuk mengatasi sembelit, kerusakan usus besar karena terlalu sering menggunakan obat pencahar, diare, radang selaput usus besar (divertikulitis), sindrom iritasi usus (IBS), luka pada lapisan usus besar (ulseratif kolitis), radang selaput lambung (gastritis), dan radang usus kecil (enteritis).
  • Orang juga menggunakan flax untuk mengatasi gangguan jantung dan pembuluh darah, termasuk penyakit jantung, kadar trigliserida tinggi, kolesterol tinggi, "pengerasan pembuluh darah" (atherosclerosis), tekanan darah tinggi, penyakit arteri koroner, dan sindrom metabolik.
  • Flax juga dapat digunakan untuk mengatasi jerawat, attention deficit-hyperactivity disorder (ADHD), masalah ginjal pada orang dengan penyakit systemic lupus erythematosus (SLE), penyakit hati, gejala menopause, nyeri payudara, diabetes, prediabetes, obesitas dan kehilangan berat badan, HIV/AIDS, depresi, malaria, rheumatoid arthritis, sakit tenggorokan, infeksi saluran pernapasan atas (URTI), batuk, peradangan kandung kemih, pembesaran prostat, osteoporosis, melindungi terhadap kanker payudara, kanker endometrium, kanker paru-paru, kanker usus besar, dan kanker prostat. Ini juga diminum untuk mencegah masalah yang terkait dengan perawatan hemodialisis.
  • Flax kadang-kadang juga diterapkan pada kulit untuk mengatasi jerawat, luka bakar, bisul, eksim, psoriasis, dan untuk meredakan peradangan.
  • Flax dapat juga digunakan pada mata untuk membantu menghilangkan kotoran dari mata.

Dosis Flax

Penggunaan flax atau biji rami dapat dikonsumsi untuk kondisi tertentu berdasarkan dosis berikut:

  • Untuk diabetes: 10-60 gr biji utuh atau bubuk flax diminum setiap hari selama 48 minggu.
  • Untuk kolesterol: 15-40 gr suplemen flax diminum setiap hari selama 1-3 bulan.
  • Untuk tekanan darah tinggi: 28-60 gr bubuk flax diminum setiap hari selama 12 bulan.
  • Untuk nyeri payudara (mastalgia): 25 gr bubuk flax diminum setiap hari selama 2 bulan.
  • Untuk gangguan autoimun systemic lupus erythematosus (SLE): 15-45 gr biji flax dalam 1-3 dosis diminum setiap hari hingga satu tahun atau 30 gr biji flax diminum setiap hari hingga satu tahun.

Interaksi Flax

Flax dapat berinteraksi dengan obat antidiabetes

Hal ini dikarenakan flax dapat menurunkan kadar gula darah, begitupun dengan obat diabetes. Mengonsumsi flax dan obat diabetes secara bersamaan akan menyebabkan gula darah terlalu rendah.

Beberapa obat yang digunakan untuk diabetes termasuk glimepiride (Amaryl), glburida (DiaBeta, Glynase PresTab, Micronase), insulin, pioglitazone (Actos), rosiglitazone (Avandia), chlorpropamide (Diabinese), glipizide (Glucotrol), tolbutamide (Orinase).

Flax dapat berinteraksi dengan obat antikoagulan

Flax dapat memperlambat pembekuan darah, jika dikonsumsi bersamaan dengan obat antikoagulan maka dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya memar dan pendarahan.

Beberapa obat yang memperlambat pembekuan darah (obat antikoagulan) termasuk aspirin, clopidogrel (Plavix), diclofenac (Voltaren, Cataflam), ibuprofen (Advil, Motrin), naproxen (Anaprox, Naprosyn), dalteparin (Fragmin), enoxaparin (Lovenox), heparin, warfarin (Coumadin).

Perhatian

  • Bagi ibu hamil dan menyusui tidak disarankan untuk mengonsumsi flax karena flax dapat bertindak seperti hormon estrogen.
  • Bagi Anda yang memiliki gangguan pendarahan, jangan mengonsumsi flax karena flax mungkin dapat memperlambat pembekuan darah dan meningkatkan risiko pendarahan.
  • Flax tidak boleh dikonsumsi oleh penderita diabetes karena dapat menurunkan gula darah sehingga menyebabkan gula darah menjadi terlalu rendah.
  • Bagi Anda yang mengalami obstruksi gastrointestinal (GI), esofagus (saluran antara tenggorokan dan lambung) yang sempit, ataupun usus yang bengkak, sebaiknya hindari penggunaan flax karena kandungan serat yang tinggi dalam flax dapat membuat keadaan Anda semakin memburuk.
  • Bagi Anda yang memiliki kondisi hormon-sensitif, sebaiknya menghindari penggunaan flax karena flax bertindak seperti hormon estrogen yang dapat memperburuk keadaan. Yang termasuk kondisi hormon-sensitif adalah kanker payudara, rahim, dan ovarium; endometriosis; dan fibroid rahim.
  • Jika Anda memiliki kadar trigliserida terlalu tinggi (hipertrigliseridemia), jangan gunakan flax karena dapat meningkatkan kadar trigliserida.
  • Jika Anda memiliki tekanan darah rendah, sebaiknya tidak menggunakan flax. Karena flax dapat menurunkan tekanan darah diastolic dan dapat menyebabkan tekanan darah menjadi terlalu rendah.
  • Jika Anda memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi) dan mengonsumsi obat hipertensi, sebaiknya tidak menggunakan flax karena jika digunakan bersamaan dapat, flax dapat menjadi obat penurun tekanan darah.

4 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi obat, bukan anjuran medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter atau apoteker mengenai informasi akurat seputar obat.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app