Digoxin: Manfaat, Dosis, & Efek Samping

Dipublish tanggal: Feb 4, 2019 Update terakhir: Okt 23, 2020 Tinjau pada Mar 19, 2019 Waktu baca: 4 menit

Sudah banyak obat yang digunakan di bidang kedokteran terutama untuk mengobati penyakit tidak menular seperti penyakit jantung yang notabene adalah salah satu penyakit paling mematikan terutama di Indonesia. Salah satu obatnya adalah Digoxin yang sudah banyak digunakan oleh dokter.

Digoxin adalah obat yang digunakan dalam mengobati gagal jantung sehingga dapat membantu penderita untuk dapat tetap beraktivitas seperti berjalan, olahraga dan meningkatkan kekuatan jantung. Obat ini juga penting digunakan untuk menurunkan risiko penggumpalan darah sehingga serangan jantung mendadak dapat dicegah. Digoxin juga bekerja pada mineral tertentu (kalium dan natrium) di sel jantung untuk menurunkan tegangan jantung dan membantu agar denyut jantung tetap normal dan teratur. 

Mengenai Digoxin

Golongan

Obat resep

Kemasan

Suntik dan tablet

Kandungan

Glikosida jantung

Manfaat Digoxin

Digoxin memiliki beberapa manfaat sesuai dengan kandungannya dan beberapa uji coba yang dilakukan oleh para ahli. Penderita yang direkomendasikan mengonsumsi Digoxin adalah utamanya penderita gagal jantung kongestif, juga digunakan pada penderita dengan denyut jantung tidak teratur atau disebut fibrilasi atrium dan gangguan irama jantung pada atrium. Selain itu orang dengan risiko serangan jantung dan stroke dapat diberikan Digoxin sebagai tahapan pencegahan.

Efek samping Digoxin

Efek samping yang timbul ketika mengonsumsi Digoxin ada beragam, baik efek yang berat hingga ringan. Namun efek samping bagi setiap orang pasti berbeda, dan sebaiknya penggunaan Digoxin sesuai dengan petunjuk dokter agar tidak berlebih dan sudah dipertimbangkan dengan kondisi-kondisi medis lainnya. 

Efek samping utama yang memerlukan pertolongan secepatnya apabila muncul reaksi alergi berupa gatal-gatal, sulit bernapas, bengkak pada wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan. 

Selain itu efek samping berat lainnya yang segera memerlukan pertolongan dokter adalah denyut jantung cepat atau tak teraba, BAB berdarah atau hitam, penglihatan kabur, dan gangguan mental seperti halusinasi, bingung, perilaku aneh lainnya. Sedangkan efek samping ringan yang cukup sering terjadi adalah seperti mual muntah, diare, nafsu makan menurun, lemas, sakit kepala, pusing, ruam kulit. 

Dosis Digoxin

Untuk dosis obat Digoxin itu berbeda bila diberikan untuk anak-anak maupun orang dewasa. Secara umum, pada orang dewasa disesuaikan dengan kondisi medisnya. Berikut anjuran penggunaan Digoxin:

  • Penderita gagal jantung kongestif diberikan dosis awal : Digoxin tab 500 – 750 mcg dengan efek maksimal dalam 2-6 jam dan dosis tambahan: Digoxin tab 125 – 375 mcg dalam interval 6-8 jam
  • Orang dewasa dengan kondisi normal (di bawah umur 70 tahun dan tanpa gangguan fungsi ginjal) menggunakan dosis awal : Digoxin tab 250 mcg 1 x sehari
  • Anak-anak dengan fibrilasi atrium diberikan dosis sesuai usia dan berat kering (baik melalui intravena maupun oral)
  • Bayi dan anak di bawah usia 11 tahun: Bayi prematur diberikan dosis 20-30 mcg/kg, bayi cukup bulan diberikan 25-35 mcg/kg, usia 1-24 bulan diberikan 35-60 mcg/kg, usia 3-5 tahun diberikan 30-40 mcg/kg, usia 6-10 tahun diberikan 20-35 mcg/kg, dan anak ≥ 11 tahun diberikan dosis 10-15 mcg/kg

Interaksi Digoxin

Digoxin harus digunakan secara hati-hati apabila seseorang memiliki masalah kesehatan lainnya karena dapat menimbulkan berbagai macam interaksi. Masalah kesehatan yang dimaksud antara lain kadar kalsium, kalium, magnesium dan oksigen darah yang rendah, penyakit tiroid yang menyebabkan kurang sensitifnya Digoxin, penyakit jantung (seperti serangan jantung, kardiomiopati restriktif, cor pulmonale) yang dapat memperburuk kondisi, penderita penyakit ginjal, dan masalah ritme jantung tidak boleh menggunakan Digoxin.

Selain itu, beberapa interaksi dapat muncul ketika mengonsumsi Digoxin bersamaan dengan obat-obatan tertentu seperti penurunan efektivitas obat bila digunakan bersamaan dengan antasida, kaolin, pectin, sulfasalazine, dan neomycin, serta orang yang sedang menjalani radioterapi. 

Selain itu bila penggunaan bersamaan dengan obat metoclorpramide bisa menghambat penyerapan Digoxin, dengan obat antagonis kalsium atau spironolactone bisa meningkatkan kadar obat di darah. Walaupun obat tertentu tidak dapat digunakan bersamaan, namun pada beberapa kasus dapat diberikan tergantung dari keputusan dokter dengan mengubah dosis, atau peringatan lain mungkin dibutuhkan.

Sebelum memberikan obat Digoxin harus dipertimbangkan dahulu kondisi kesehatan pengguna sehingga sangat penting untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter. Karena beberapa kondisi seperti pada penderita hipersensitivitas, blok jantung komplit yang hilang timbul, kelainan jantung berupa blok AV derajat II, aritmia supraventricular karena sindrom Wolf-Parkinson-White, denyut nadi cepat atau fibrilasi ventricular, dan kardiomiopati obstruktif hipertofi adalah kondisi di mana tidak dianjurkan mengonsumsi Digoxin. 

Perhatian

  • Informasikan kepada dokter mengenai obat-obatan yang rutin dikonsumsi, termasuk suplemen dan obat herbal
  • Hindari alkohol dan merokok saat Anda mengonsumsi obat ini karena dapat mengurangi efektivitas dari Digoxin 
  • Hindari pemberian Digoxin kepada penderita yang memiliki riwayat miokarditis dan serangan jantung
  • Berhati-hati memberikan Digoxin kepada penderita yang memiliki riwayat gangguan paru, perikarditis, takikardia, penyakit ginjal, bradikardia, hipotiroid, hipoksia
  • Berhati-hati memberikan Digoxin dengan obat diuretik
  • Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera hubungi atau bawa ke dokter
  • Untuk ibu hamil, menyusui, dan wanita yang merencanakan kehamilan harap konsultasikan dahulu pada dokter

13 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Stewart, M. Patient (2016). Digoxin. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4984589/)
Ogbru, O. MedicineNet (2016). Digoxin. (https://www.medicinenet.com/digoxin/article.htm)

Artikel ini hanya sebagai informasi obat, bukan anjuran medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter atau apoteker mengenai informasi akurat seputar obat.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app