Cara Mengetahui Tekanan Darah Normal

Dipublish tanggal: Mar 18, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Jul 6, 2019 Waktu baca: 6 menit
Cara Mengetahui Tekanan Darah  Normal

Tekanan darah adalah gaya yang bersumber dari jantung dengan memompa darah dan ke jaringan yang berfungsi sebagai sistem sirkulasi di dalam tubuh. Tekanan darah pada tubuh kita mencakup gaya mengalirnya darah dan mengantarkan oksigen ke seluruh bagian pembuluh darah. 

Satuan dalam aliran darah adalah mmHg (Millimeters of Mercury ) yang ditentukan pada pemeriksaan dengan alat pengukur tekanan darah atau sphygmomanometer. Tingkat tekanan darah dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi lingkungan, cuaca, faktor genetik, dan  penyakit yang memicu meningkat dan menurunnya tekanan darah. 

Tidak hanya tekanan darah tinggi, tekanan darah rendah juga perlu diperhatikan karena beberapa penyakit dapat menyebabkan kedua kondisi tersebut terutama pada usia lanjut.

Hasil pengukuran tekanan darah dapat di monitor dengan alat pengukur tekanan darah yang biasa digunakan dokter atau suster di rumah sakit saat memeriksa pasien. Pada dasar pengukuran tekanan darah terdapat angka pecahan yang memiliki satuan unit yang sama yaitu mmhg.. Angka di atas disebut tekanan sistolik. Angka di bawah disebut tekanan diastolik.

Cara Mengetahui Tekanan Darah  Normal

Tekanan Darah Sistolik

Tekanan sistolik adalah tekanan pada sirkulasi darah dimana jantung kita memompa darah keluar jantung untuk diedarkan keseluruh tubuh. Saat jantung mulai berdetak, darah akan memberikan tekanan pada dinding pembuluh darah sehingga menunjukkan angka batas atas pada pemeriksaan tekanan darah. Semakin bertambahnya usia, pembuluh darah semakin kaku dengan mengakibatkan tekanan darah sistolik semakin meningkat. Peningkatan tekanan darah sistolik  juga dapat diakibatkan oleh kadar kolesterol yang tinggi, kurangnya aktivitas, penurunan kadar hormon estrogen serta aktivitas.

Tekanan Darah Diastolik

Tekanan diastolik adalah tekanan pada sirkulasi darah dimana jantung dalam keadaan istirahat di antara setiap detak jantung. Tekanan ini menunjukkan pengisian darah ke ruang-ruang jantung. Hasil diastolik yang dimonitor melalui pemeriksaan tekanan darah ini menunjukkan tenaga pada pembuluh darah melawan aliran darah.

Sesuai dengan New ACC and American Heart Association (AHA) 2017 Guidelines of Blood Pressure, kategori tekanan darah adalah sebagai berikut :

  • Tekanan darah normal       : Sistolik <120 mmHg DAN Diastolik <90 mmHg
  • Tekanan darah meningkat : Sistolik 120 – 129 mmHg DAN Diastolik >90 mmHg
  • Hipertensi Tipe 1                : Sistolik 130-139 mmHg  ATAU  Diastolik 90-100 mmHg
  • Hipertensi Tipe 2                : Sistolik 140 ATAU lebih ATAU  Diastolik 100-120 mmHg ATAU lebih
  • Krisis Hipertensi                 : Sistolik Lebih dari 180 DAN/ ATAU Diastolik lebih dari 120 mmHg

Tekanan darah disebut normal bila hasil menunjukan tekanan darah sistolik 100-120 mmHg dan tekanan darah diastolik 60-90mmHg. Ini berarti jantung anda dalam keadaan stabil. Tetaplah berolahraga dan konsumsi makanan sehat.

Tekanan darah yang meningkat ditandai dengan nilai sistolik lebih dari 120mmHg. Dengan tekanan darah seperti ini disarankan untuk melakukan kontrol dan menjaga pola makan karena rentan mengalami hipertensi.

Bila hasil monitor darah menunjukkan peningkatan hiperetensi tipe 1, dokter biasanya menyarankan untuk mengubah gaya hidup atau memberikan satu obat penurun tekanan darah. Tidak lupa untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah untuk memastikan tekanan darah kembali stabil.

Seseorang dengan hipertensi tipe 2 memiliki resiko tinggi penyakit jantung dan stroke, maka dari itu biasa memberikan kombinasi obat tekanan darah tinggi untuk mengatur pompa jantung dan sirkulasi darah.

Krisis hipertensi memerlukan tindakan medis segera karena gejala seperti nyeri dada, sulit bernafas, mati rasa, dan kehilangan kesadaran sering ditimbulkan dan dapat menyebabkan kerusakan organ.

Hipotensi (Tekanan Darah Rendah)

Tekanan darah rendah atau hipotensi terjadi dengan atau tanpa gejala. Hipotensi disebabkan oleh beberapa masalah pada tubuh kita sehingga menyebabkan tidak cukupnya aliran darah yang dipompa jantung ke beberapa organ penting di dalam tubuh seperti otak, jantung, dan organ vital lainnya. 

Obat-obatan penurun tekanan darah juga dapat menyebabkan hipotensi. Seseorang dinyatakan memiliki hipotensi apabila hasil pemeriksaan tekanan darah sistolik berada dibawah 90 mmHg dan diastolic dibawah 60mmHg.

Gejala yang sering muncul pada penderita hipotensi yaitu :

  • Pusing berputar
  • Menggigil
  • Badan terasa lemah
  • Penglihatan buram
  • Dingin, berkeringat, kulit pucat
  • Nafas Cepat dan dangkal
  • Nadi lemah dan cepat

Penanganan Hipotensi

Pada hipotensi yang tidak berat biasanya tidak butuh penanganan khusus, terkecuali pada penderita hipotensi akut (mendadak) karena kondisi ini dapat menyebabkan syok karena tekanan darah yang menurun drastis. Kondisi syok sering muncul pada seseorang dengan dehidrasi atau diare berat dan overdosis obat diuretik.

Pada seseorang dengan hipotensi akut harus segera dibawa ke rumah sakit untuk diberikan terapi infus  cairan apabila seseorang telah mengalami diare atau dehidrasi berat sebelumnya. Infus larutan garam dapat memperbaiki tekanan darah ke nilai normal.

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

Sesuai ACC/AHA GUidelines of Blood Pressure, seseorang dinyatakan memiliki tekanan tinggi apabila hasil pemeriksaan tekanan darah melebihi 120/80 mmHg. Tekanan darah yang tinggi yang tidak diobati akan menyebabkan kerusakan pembuluh darah. 

Hipertensi sering muncul pada orang dewasa mulai umur 50 tahun keatas. Maksimal angka sistolik pada usia lanjut adalah 140 mmHg. Studi membuktikan apabila orang tua pada usia 60 tahun keatas memiliki  tekanan darah sistolik mencapai angka 150 mmHg atau lebih, ini akan meningkatkan resiko penyakit jantung, stroke, dan menyebabkan kematian.

Banyak kondisi yang dapat menyebabkan hipertensi. Faktor yang sering menyebabkan hipertensi adalah stress, rokok, alkohol, konsumsi makanan asin, dan kekurangan vitamin. Beberapa penyakit juga dapat memicu hipertensi, seperti gangguan tiroid, penyakit ginjal, diabetes, dan gangguan metabolik. 

Gejala yang sering muncul pada penderita hipertensi yaitu:

  • Sakit kepala
  • Cemas
  • Kesulitan bernafas
  • Riwayat keluarga

Komplikasi Hipertensi

Pecah Pembuluh Darah

Hipertensi yang tidak ditangani akan menyebabkan pecahnya pembuluh darah dan mengakibatkan penyakit seperti stroke, pendarahan otak, TIA (Transcient Ischemic Attack), dan hipertensif retinopati

Preeklampsi dan Eklampsi

Pada kehamilan, tekanan darah yang meningkat pada masa kehamilan menyebabkan preeklampsia dan kejang saat melahirkan (Eklampsi). Perlu deteksi dini pada ibu hamil mulai sebelum 20 minggu usia kehamilan.

Aterokslerosis

Aterosklerosis adalah penyakit jantung akibat penyempitan pembuluh darah di otot jantung. Ini terjadi akibat adanya sumbatan pada pembuluh darah sehingga aliran darah akan terhambat, dan menganggu kerja jantung.

Diabetes dan Sindrom Metabolik

Diabetes dan hipertensi adalah kombinasi yang sering muncul pada beberapa orang dewasa dan lanjut usia karena diabetes dapat menyebabkan pembuluh darah menjadi kaku dan menyebabkan aterosklerosis. Sindrom metabolik adalah kumpulan penyakit dari diabetes, obesitas, hiperkolesterolemia (kadar kolesterol meningkat) dan hipertensi. Diabetes pada sindrom metabolik terjadi akibat pankreas tidak dapat lagi membentuk hormon insulin yang cukup untuk memetabolisme gula menjadi energi.  

Penanganan Hipertensi

Penderita hipertensi harus diberi pengobatan segera guna mengembalikan stabiitas pompa jantung dan memelihara tekanan pembuluh darah. Masing-masing obat hipertensi memiliki fungsi masing-masing untuk menurunkan tekanan darah. Seseorang dengan hipertensi harus berkonsultasi ke dokter agar diberikan obat yang tepat dan dosis yang sesuai. Konsumsi obat hipertensi yang tidak sesuai atau tanpa petunjuk dokter dapat menyebabkan hipotensi.

Golongan Obat-obatan Hipertensi yaitu:

  • Penghambat Enzim Angiotensin (ACE Inhibitor)
  • Angiotensin Receptor Blocker (ARB)
  • Calcium Channel Blocker (CCB)
  • Beta Blocker (BB)
  • Tiazid

Enzim Angiotensin II di dalam tubuh meningkatkan tekanan pembuluh darah dan ginjal. Fungsi ACE inhibitor adalah untuk menghambat kerja enzim angiotensin II agar pembuluh darah melebar dan tekanan darah menurun.Contoh obat ACE Inhibitor yaitu Captopril, Benazepril  dan Lisinopril.l

ARB bekerja memblokir reseptor angiotensin II mengikat angiotensin II yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Pengikatan ini akan mengakibatkan Otot pada pembuluh darah akan melebar sehingga sirkulasi darah berjalan baik dan menurunkan tekanan darah. Contoh obat ARB yaitu Valsartan dan  Candesartan.   

Fungsi kerja CCB melebarkan pembuluh darah jantung dengan menghambat pompa kalsium pada otot jantung. Contoh obat CCB yaitu Nifedipine, Nicardipine, Nimodipine, Verapamil, dan Diltiazem.

Cara kerja Beta Blocker  adalah dengan menghambat stimulasi reseptor beta adregenik pada sistem pembuluh darah sehingga melebarkan pembuluh darah. Fungsi pemberian BB adalah menurunkan tekanan sistolik dan membatasi kebutuhan oksigen ke jantung. Contoh obat BB yaitu Metoprolol, Bisoprolol, dan Atenolol.

Obat tiazid diuretik berfungsi menghambat penyerapan natrium di ginjal. Sehingga mengurangi pembengkakan (edema) akibat penumpukan cairan di ginjal dan menstabilkan kadar plasma dalam tubuh. Contoh obat tiazid yaitu Hydrochlorothiazide dan Chlorothiazide.

Pemeliharan Tekanan Darah

Tekanan darah setiap orang dapat berubah sewaktu-waktu. Melakukan pemeriksaan rutin tekanan darah sangatlah penting untuk memelihara kesehatan tubuh kita terutama pada usia dewasa.

Banyak cara mudah agar terhindar dari penyakit yang berhubungan dengan perubahan tekanan darah seperti Olahraga, konsumsi makanan sehat yang rendah garam, mencegah obesitas, mengurangi stress, tidak merokok, dan tidak mengonsumsi minuman beralkohol  agar terhindar dari komplikasi akibat tekanan darah yang tidak normal.

 


18 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app