Bertahan Setelah Badai Perselingkuhan

Dipublish tanggal: Feb 14, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 3 menit
Bertahan Setelah Badai Perselingkuhan

Menurut statistik dari University of Chicago, 15-18 persen partisan mengaku berselingkuh selama pernikahannya. Ketika akhirnya perselingkuhan diketahui oleh pasangan, hal itu akan menyebabkan kemarahan, sakit hati, dan ketakutan. Hal ini berlaku untuk jenis perselingkuhan yang melibatkan seks maupun yang tidak, yang melibatkan emosi maupun yang tidak. 

Perselingkuhan emosional, walau tidak melibatkan seks, berakibat sama buruknya dengan perselingkuhan yang hanya bermotif seks, kata Steven KIMMONS, SJ, PhD, profesor di departemen psikiatri dan ilmu saraf dan perilaku di Loyola University Medical Center dan konselor di Fahey Center di Maywood, Illinois.

Mengapa Pasangan Berselingkuh?

Ada banyak alasan seseorang bersikap curang terhadap pasangannya. Kadang-kadang perselingkuhan adalah gejala dari masalah yang terjadi di dalam hubungan antara pasangan. Sama halnya dengan penyakit fisik memiliki gejala tertentu, demikian juga dengan masalah yang terjadi dalam hubungan pernikahan, kata  KIMMONS.

Perselingkuhan adalah gejala dan konselor memiliki tugas menyelidiki lebih dalam untuk mencari tahu apa masalah yang menjadi pemicu perselingkuhan. 

Ini bukan berarti bahwa perselingkuhan itu dibenarkan, atau pasangan yang berselingkuh atau yang diselingkuhi sudah pasti ada di pihak yang benar atau salah. Seringkali, saling menyalahkan, tidak efektif dalam memperbaiki keadaan.  

"Salah paham jika kita mengatakan bahwa perselingkuhan adalah semata-mata tentang seks. Saya tidak percaya itu," kata Ann Hartlage, PhD, psikolog dan direktur program terapi seks dan perkawinandi Rush University Medical Center di Chicago. "Biasanya, perselingkuhan dimulai dari  masalah yang lebih bersifat personal dalam suatu hubungan."

Berikut adalah beberapa alasan mengapa pasangan tidak setia:

1. Konflik yang belum terselesaikan dalam pernikahan yang menyebabkan pasangan untuk menyerah dan pergi mencari keintiman dengan orang lain
2. Tidak percaya diri dengan pertambahan usianya
3. Ketidakpuasan seksual dengan pasangan
4. Tidak lagi merasakan kedekatan atau keintiman emosional dengan pasangan. Kesibukan yang terus-menerus bisa menyebabkan ikatan emosional berkurang. 
5. Jenuh dengan rutinitas pernikahan
6. Stres masalah pekerjaan,  keuangan, atau masalah dengan anak-anak.
7. Merasa kesepian di dalam rumahnya sendiri
8. Merasa tidak cukup mendapat perhatian dari pasangannya

Pergi atau Bertahan?

Masih ada cara untuk melewati krisis akibat perselingkuhan tanpa harus membubarkan rumah tangga, kata KIMMONS. Untuk memperbaiki hubungan, dibutuhkan kerjasama dua pihak karena keduanya  telah berkontribusi terhadap terjadinya perselingkuhan.

Hal pertama yang harus dilewati oleh pasangan yang sedang dalam masa krisis akibat perselingkuhan adalah kemarahan dan sakit hati. Kemudian ada tugas untuk saling memulihkan kepercayaan, dan ini bisa memakan waktu yang lama. 

Bisa bertahan namun tidak ada lagi rasa saling percaya

Hartlage mengatakan, dia pernah mendapat pasien pasangan yang telah menikah selama 20 tahun. Di awal hubungan pernikahan mereka, terjadi perselingkuhan. Mereka bisa bertahan namun rasa saling percaya tidak pernah pulih sepenuhnya. 

Konsep Anda dalam memandang sebuah hubungan juga akan memengaruhi proses penyembuhan emosi. "Proses penyembuhan akan cenderung lebih sulit, jika Anda menganut konsep, 'Saya tidak akan selingkuh dan tidak punya waktu untuk selingkuh selama saya selalu dinomorsatukan.', "kata KIMMONS lagi.

Bisa saling memaafkan bila Anda memandang pengalaman pahit sebagai bagian dari proses pertumbuhan

Tidak ada orang yang ingin hubungannya diwarnai dengan  perselingkuhan. Tapi, jika mereka bisa memandang bahwa pengalaman pahit adalah  bagian dari proses pertumbuhan, mereka lebih mungkin untuk bisa saling  memaafkan.

"Saya tidak mengatakan bahwa ini hal yang mudah atau sederhana, tetapi dengan bantuan terapis profesional, akan lebih besar kesempatan untuk mempertahankan hubungan," jelas KIMMONS.

Satu hal yang perlu dipertimbangkan adalah apakah perselingkuhan adalah insiden tersendiri atau cuma sekali atau bagian dari pola.

Ada pepatah yang berkata, "Sekali penipu, tetap penipu." Pepatah ini tidak selalu berlaku untuk semua orang tapi bisa juga berlaku untuk beberapa orang. Tugas Anda dan konselor adalah mencari kepastian, apakah perselingkuhan yang dilakukan pasangan Anda adalah suatu pola yang selalu dilakukannya ketika ada masalah, atau bahkan ketika tidak ada masalah (mungkin sekadar untuk bertualang), atau karena insiden dalam rumah tangga. 

Banyak pasangan baru menemui terapis ketika situasi sudah di ujung tanduk, dan bisa jadi ini merupakan kesalahan. KIMMONS menyarankan, jika hubungan Anda sedang bermasalah dan Anda berdua tidak tahu bagaimana cara untuk memperbaikinya, segeralah temui terapis profesional terdekat agar hubungan Anda bisa selamat dan kesehatan emosional atau mental Anda bisa segera dipulihkan.


2 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
8 Reasons Why Partners Cheat. Psychology Today. (Accessed via: https://www.psychologytoday.com/intl/blog/fulfillment-any-age/201209/8-reasons-why-partners-cheat)
Reasons Why Married People Cheat: Causes and Risk Factors. Verywell Mind. (Accessed via: https://www.verywellmind.com/why-married-people-cheat-2300656)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app