Abaktal: Manfaat, Dosis, & Efek Samping

Dipublish tanggal: Feb 14, 2019 Update terakhir: Okt 24, 2020 Tinjau pada Jun 26, 2019 Waktu baca: 3 menit

Abaktal adalah merek dagang Pefloxacin dan merupakan antibiotik golongan kuinolon yang mempunyai spektrum luas, aktif terhadap bakteri gram negatif maupun gram positif. Pefloksasina (Pefloxacin) bekerja dengan cara menghambat dua tipe enzim II topoisomerase yaitu DNA Gyrase dan topoisomerase IV.

Topoisomerase IV berfungsi untuk memisahkan kromosom induk terhadap kromosom turunan saat replikasi sebelum pembelahan sel bakteri. Dengan DNA yang tidak dipisahkan, proses terhenti dan bakteri tidak bisa membagi. Sedangkan DNA gyrase bertanggungjawab untuk pemanjangan rantai DNA sehingga akan cocok di dalam sel yang baru terbentuk.

Kombinasi dari dua mekanisme di atas akan membunuh bakteri sehingga pefloksasina (Pefloxacin) digolongkan sebagai bakterisida.

Mengenai Abaktal

Golongan

Obat keras, obat dengan resep

Kemasan

Botol 10 tablet

Kandungan

Pefloxacin mesilate 400 mg

Manfaat Abaktal

Abaktal digunakan untuk infeksi gastrointestinal. Abaktal juga dapat digunakan untuk infeksi saluran kemih: uretritis gonokokal tidak terkomplikasi pada pria, gonorrhoeae (meski pemakaian Abaktal mulai ditinggalkan karena adanya resistensi). Abaktal juga digunakan untuk infeksi bakteri gram negatif seperti pada infeksi saluran pencernaan dan saluran kemih.

Efek samping Abaktal

Kebanyakan efek samping Abaktal bersifat ringan sampai sedang yang akan segera hilang ketika pemberian obat dihentikan. Namun, efek samping serius kadang terjadi. Berikut beberapa efek samping Abaktal:

  • Efek samping yang paling umum seperti mual, muntah, diare, sakit kepala, susah tidur, dan ruam pada kulit
  • Abaktal juga meningkatkan risiko tendonitis dan tendon pecah (paling tinggi di antara antibiotika kuinolon lain), terutama pada pasien > 60 tahun, pasien yang juga menggunakan kortikosteroid, dan pasien dengan transplantasi ginjal, paru-paru, atau jantung
  • Sakit kepala, pusing, dan insomnia juga dilaporkan cukup sering terjadi
  • Kejadian yang jauh lebih jarang seperti tremor, psikosis, kecemasan, halusinasi, paranoia, dan percobaan bunuh diri, terutama pada dosis yang lebih tinggi
  • Pneumonitis alergi, penekanan sumsum tulang, hepatitis atau gagal hati, dan fotosensitifitas
  • Obat harus dihentikan jika ruam, sakit kuning, atau tanda lain dari reaksi alergi terjadi

Dosis Abaktal

Abaktal diberikan dengan dosis : 2 x sehari 400 mg

Interaksi Abaktal

  • Abaktal, seperti beberapa fluoroquinolones lainnya, dapat menghambat kerja enzim dalam metabolisme obat sehingga meningkatkan kadar obat-obat seperti siklosporin, theophyline, dan warfarin. Jika level obat darah meningkat maka dapat menyebabkan efek samping lebih besar
  • Pemantauan serum glukosa hati dianjurkan bila Abaktal digunakan oleh pasien yang menggunakan obat anti-diabetes golongan sulfonylurea
  • Pemberian Abaktal bersamaan dengan obat anti-inflamasi non-steroid (NSAID) dapat meningkatkan risiko stimulasi sistem saraf pusat dan kejang
  • Fluoroquinolones telah terbukti meningkatkan efek antikoagulan dari acenocoumarol, anisindione, dan dicumarol
  • Selain itu ada peningkatan risiko cardiotoxicity dan aritmia ketika diberikan bersamaan dengan obat-obatan seperti Dihydroquinidine barbiturat, Quinidine, dan Quinidine barbiturat
  • Pemakaian kortikosteroid oral bisa meningkatkan risiko otot tendon pecah, terutama pada pasien usia lanjut
  • Menurunnya penyerapan obat bila digunakan bersamaan dengan antasida, didanosine, garam besi, sukralfat, vistricine, zinc

Perhatian

  • Abaktal harus dihindari pada pasien dengan hipersensitivitas terhadap Abaktal atau antibiotik golongan kuinolon lainnya
  • Wanita hamil dan ibu menyusui
  • Abaktal juga kontra indikasi pada pasien dengan epilepsi atau gangguan kejang lainnya
  • Defisiensi glukosa 6 - fosfat dehidrogenase
  • Hati-hati pada pasien dengan penyakit hati karena ekskresi Abaktal dapat berkurang pada pasien dengan gangguan fungsi hati yang berat (misalnya, sirosis dengan atau tanpa asites)
  • Efektivitas dan keamanan pemakaian pada anak-anak, wanita hamil dan menyusui belum terbukti
  • Saat menggunakan Abaktal usahakan pasien mendapatkan hidrasi yang baik

Toleransi terhadap kehamilan

KATEGORI C. Penelitian pada reproduksi hewan menunjukkan pefloksasina (Pefloxacin) memberikan efek buruk pada janin. Tidak ada studi yang memadai dan terkendali dengan baik pada manusia, tetapi jika manfaat potensial terhadap ibu lebih besar daripada risiko pada janin maka obat ini bisa diberikan.


5 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Gel'fand, E. (2000). [Pefloxacin (Abactal): role in treatment of severe surgical infections]. Antibiotiki i khimioterapii͡a = Antibiotics and chemoterapy [sic] / Ministerstvo meditsinskoĭ i mikrobiologicheskoĭ promyshlennosti SSSR. 45. 48. ResearchGate. (https://www.researchgate.net/publication/12332859_Pefloxacin_Abactal_role_in_treatment_of_severe_surgical_infections)
Gel'fand, B & Burnevich, S & Gel'fand, E & Tsydenzhapov, E & Briukhov, A & Brazhnik, T & Saganov, V & Pukhaev, D. (2001). Efficacy of pefloxacin (Abactal) in the complex treatment of patients with pancreatonecrosis. Antibiotiki i khimioterapii͡a = Antibiotics and chemoterapy [sic] / Ministerstvo meditsinskoĭ i mikrobiologicheskoĭ promyshlennosti SSSR. 46. 24-7. ResearchGate. (https://www.researchgate.net/publication/11790341_Efficacy_of_pefloxacin_Abactal_in_the_complex_treatment_of_patients_with_pancreatonecrosis)

Artikel ini hanya sebagai informasi obat, bukan anjuran medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter atau apoteker mengenai informasi akurat seputar obat.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app