Cysticercosis - Tanda, Penyebab, Gejala, Cara Mengobati

Dipublish tanggal: Jan 10, 2019 Update terakhir: Nov 5, 2020 Tinjau pada Feb 28, 2019 Waktu baca: 3 menit

Sebelum Anda makan daging hewan apa pun, pastikan Anda sudah memasaknya hingga benar-benar matang. Hal ini bertujuan supaya bakteri, kuman, atau cacing di dalam daging mati dengan sempurna. Jika tidak, cacing tersebut bisa menginfeksi tubuh manusia dan menyebabkan sistiserkosis.

Apa itu sistiserkosis?

Sistiserkosis adalah infeksi pada jaringan tubuh yang disebabkan oleh cacing pita jenisTaenia solium. Sistiserkosis sendiri dapat disebut neurosistiserkosis bila telah menginfeksi jaringan otak. 

Pada umumnya, kasus sistiserkosis tidak akan memberikan gejala-gejala yang spesifik atau bahkan tidak memiliki gejala sama sekali. Karena itulah, diagnosis dan penanganannya sering kali terlambat.

Mengenai sistiserkosis

Penyebab

Sistiserkosis disebabkan oleh infeksi cacing pita jenis Taenia solium yang biasa hidup di dalam tubuh. Infeksi cacing pita ini terjadi ketika Anda makan daging babi yang telah terkontaminasi kista cacing tersebut. Penyakitnya disebut dengan Taeniasis

Setelah makan daging babi yang terkontaminasi, kista cacing akan keluar dari feses manusia dalam bentuk telur. Bila telur tersebut dimakan oleh babi, lalu manusia memakan daging babi tersebut, maka telur cacing tadi tentu akan kembali tertelan oleh manusia.

Biasanya, kista masih dapat hidup didalam daging tersebut dikarenakan proses memasak daging yang kurang. Jika Anda menelannya, telur akan berkembang menjadi larva dan membentuk kista. Barulah kista ini mulai menginfeksi tubuh manusia.

Selain karena cara memasak yang tidak tepat, penyebab sistiserkosis juga bisa berasal dari lingkungan. Contohnya berdekatan dengan binatang pertanian, berpergian ke negara berkembang yang kotor, atau tinggal di daerah endemis.

Gejala

Tanda dan gejala sistiserkosis sendiri sangat bergantung dari waktu infeksi, lokasi, jumlah, dan tahapan penyakitnya. Berikut ini tanda dan gejala sistiserkosis, di antaranya:

  • Pada otot: ada benjolan yang nyeri di bawah kulit atau tidak menimbulkan gejala sama sekali.
  • Pada mata: nyeri pada mata, pandangan kabur, dan penglihatan ganda.
  • Pada otak: tekanan berlebihan di otak, radang, dan penyumbatan aliran cairan otak.

Ketika infeksi sistiserkosis sudah menyerang otak, maka hal ini dapat menimbulkan gejala tambahan lainnya berupa:

  • Kejang
  • Penurunan kesadaran
  • Nyeri kepala
  • Mual muntah
  • Demensia
  • Stroke
  • Nyeri punggung dan panggul
  • Sulit menahan buang air kecil dan BAB
  • Gangguan keseimbangan
  • Pembengkakan otak dan hidrosefalus

Bila Anda mengalami beberapa gejala sistiserkosis di atas, segera konsultasikan ke dokter terdekat.

Pencegahan sistiserkosis

Dikarenakan penyebab sistiserkosis yang belum diketahui secara pasti ataupun karena autoimun, sampai saat ini pencegahan spesifik masih belum diketahui. Namun, hal-hal yang dapat dilakukan guna menurunkan risiko sistiserkosis adalah:

  • Menerapkan pola hidup bersih. Cara termudahnya adalah selalu mencuci tangan sebelum makan dan sesudah makan.
  • Rutin membersihkan feses binatang. Bila Anda tinggal didaerah yang terdapat banyak binatang seperti sapi, babi, dan hewan ternak lainnya, jangan lupa bersihkan kotoran binatang secara rutin. Hal ini bertujuan supaya fesesnya tidak terinjak dan menginfeksi manusia.
  • Masak daging sampai matang. Dikarenakan kebanyakan cacing atau kista dapat hidup sampai 63 derajat Celcius, masaklah makanan Anda sampai benar-benar matang. Suhu masak yang tinggi dapat membantu membunuh cacing pita dan kuman lainnya dalam daging.
  • Rutin memeriksakan diri ke dokter, untuk memeriksakan kesehatan Anda secara menyeluruh.

Pengobatan Sistiserkosis

Sistiserkosis sendiri merupakan penyakit yang harus diperiksakan secara langsung ke dokter. Adapun pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menangani sistiserkosis di antaranya:

  • Anamnesa. Dokter akan menanyakan pasien seputar daerah tempat tinggal, riwayat berpergian ke daerah endemis, dan makanan yang dimakan dalam beberapa kurun waktu terakhir. Hasilnya dapat membantu memastikan penyebab sistiserkosis.
  • Pemeriksaan fisik, yaitu dengan pemeriksaan fisik sederhana terkait dengan keluhan pasien.
  • Lab darah. Pemeriksaan lab darah antibodi sistiserkosis, darah lengkap, dan fungsi hati akan dilakukan untuk menentukan diagnosa.
  • CT-scan / MRI otak, dilakukan untuk melihat kemungkinan adanya cacing, kista, hingga kelainan pada jaringan otak.
  • Biopsi. Jaringan tubuh yang diduga terinfeksi akan diperiksa dengan mikroskop untuk mencari bagian tubuh cacing.

Pengobatan sistiserkosis bertujuan agar tidak terjadi komplikasi komplikasi, terutama yang berhubungan dengan otak. Mulai dari pembengkakan otakhidrosefalus, kejang, stroke, herniasi otak, sampai kematian.

Beberapa pilihan terapi yang dapat digunakan untuk mengobati sistiserkosis, antara lain:

  • Anti-helmintik, atau yang disebut juga obat cacing. Obat ini berfungsi untuk membunuh sistiserkosis yang menginfeksi tubuh. Obat obatan seperti albendazole atau prazikuantel dapat diberikan.
  • Anti-konvulsi, disebut juga obat anti kejang akan diberikan bila sistiserkosis sudah menimbulkan kejang berulang. Contoh obatnya adalah fenitoin, carbamazepin, atau fenobarbital.
  • Kortikosteroid. Diberikan untuk mengurangi reaksi peradangan yang sering terjadi saat menjalani terapi anti-helmintik.
  • Pembedahan. Tahap pembedahan otak pada umumnya akan dilakukan jika sudah mencapai tahap berat, yaitu hidrosefalus atau ukuran kista terlalu besar. Operasi tersebut dilakukan untuk menyelamatkan hidup pasien dari komplikasi sistiserkosis.

11 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Zernone, A. Healthline (2016). Radiculopathy (Pinched Nerve). (https://www.healthline.com/health/radiculopathy)
Mansur, et al. Medscape (2015). Cysticercosis. (https://emedicine.medscape.com/article/215589-overview)
John Hopkins Medicine. Neurology and Neurosurgery. Minimally Invasive Neuroendoscopy. (https://www.hopkinsmedicine.org/neurology_neurosurgery/centers_clinics/brain_tumor/treatment/surgery/neuroendoscopy.html)

Artikel ini hanya sebagai informasi awal mengenai kondisi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Pertanyaan dan jawaban lain tentang kondisi ini
Buka di app