Jenis-Jenis Kondom Beserta Kelebihan & Kekurangannya

Dipublish tanggal: Mar 3, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 3 menit
Jenis-Jenis Kondom Beserta Kelebihan & Kekurangannya

Kondom, mungkin jika mendengar kata yang satu ini, terasa agak sedikit tabu dibicarakan, khususnya di Indonesia. Namun saat ini kondom adalah sarana untuk menghindari penyakit menular seksual (PMS) dan juga sebagai alat KB yang efektif. 

Dan tentu saja, jika digunakan dengan benar, kondom dapat melindungi dari terjadinya kehamilan sebanyak 98%.

Fungsi kondom sebenarnya bukan sekadar sebagai alat KB atau pengaman saja. Anda bisa menjadikan kondom sebagai bagian dari foreplay agar suasana bercinta menjadi berbeda. Apalagi saat ini kondom tersedia dalam beragam tekstur dan aroma. 

Berikut jenis-jenis kondom yang banyak beredar di pasaran.

1. Latex

Kondom yang paling umum digunakan, kondom dengan bahan lateks  adalah pilihan yang bagus untuk mencegah kehamilan dan penyakit menular seksual (PMS) . 

Tapi jika Anda melihat ada tanda-tanda alergi seperti gatal, kemerahan, atau ruam setelah menggunakannya, mintalah dokter untuk menguji Anda untuk tes alergi terhadap lateks. Iritasi juga bisa disebabkan oleh faktor lain seperti pelumas atau kekeringan yang berlebihan.

2. Non-Latex

Jika Anda memiliki alergi terhadap kondom berbahan lateks, jangan khawatir ,ada banyak alternatif lainnya. Namun, dokter menyatakan bahwa, kondom non-lateks tidak seefektif kondom lateks . 

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa kondom non-lateks memiliki tingkat kerusakan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kondom lateks, sehingga efektivitasnya mendekati 95%. 

Terbuat dari bahan Apa sebenarnya non- lateks ini? Bahan yang paling umum digunakan adalah poliuretan, namun beberapa merek menggunakan polyisoprene, nitrile, atau kulit domba.

3. Lambskin (kulit domba)

Berbicara tentang kondom lambskin atau kulit domba, jenis kondom ini mungkin yang paling kontroversial . Berkat bahan alami, beberapa orang menemukan kondom lambskin atau kulit domba walaupun memiliki sedikit pengurangan sensasi seksual dari pada kondom lateks. 

Kelemahan kondom  lambskin atau kulit domba ini yaitu tidak akan melindungi terhadap penyakit menular seksual (PMS) dan tidak seefektif mencegah kehamilan. 

Itu dikarenakan pori-pori alami di kulit domba cukup besar untuk membiarkan beberapa virus (seperti HIV dan herpes) melewatinya, kondom lambskin atau kulit domba adalah pilihan yang mungkin dapat digunakan (walaupun tidak disarankan).

4. Kondom Wanita

Kita mungkin jarang mendengar tentang kondom untuk wanita, kemungkinan besar karena mereka terbukti kurang efektif dibandingkan dengan kondom pria karena penempatannya yang sulit, dan tingkat kegagalan penggunaan kondom ini adalah sebanyak 21%. 

Tapi bila digunakan dengan benar, mereka memiliki 95% tingkat keberhasilan dalam mencegah kehamilan dan penyakit menular seksual (PMS),hal ini yang membuat kondom wanita hanya sedikit kurang efektif daripada kondom laki-laki. 

Jika kondom wanita adalah satu-satunya pilihan Anda, maka gunakanlah, tapi dokter menyarankan untuk menggabungkan kondom wanita dengan  pil atau alat kontrasepsi lainya, untuk perlindungan yang optimal terhadap kehamilan. 

Keindahan pilihan kontrasepsi ini adalah memberikan perlindungan terhadap wanita sendiri terhadap penyakit menular seksual (PMS). Ditambah Anda bisa memasukkan kondom ini hingga 8 jam sebelum melakukan hubungan seks.

5. Spermicide (spermisida)

Spermisida adalah zat kimia yang dapat melumpuhkan dan menghancurkan sperma, ditemukan dalam berbagai bentuk (jeli, busa, krim, dll) dan sering dikombinasikan dengan kondom. 

Spermisida zatnya 70% sampai 80% efektif, tapi bila dikombinasikan dengan kondom, efektivitasnya melonjak menjadi 97%. Anda juga harus sadar kondom dengan spermisida dapat menyebabkan iritasi atau reaksi alergi, dalam hal ini, Anda lebih baik bertahan dengan kondom tanpa spermisida.

6. Ultra Thin (sangat tipis)

Banyak orang yang menyukai kondom lateks ultra tipis, mengagum- agumkannya sebagai kondom pilihan yang sama sekali tidak mengurangi sensasi dalam berhubungan seksual. 

Tapi apakah bahan yang lebih tipis berarti mereka cenderung pecah? Belum tentu. Sebagian besar kegagalan kondom berasal dari kondom yang tidak segera digunakan, atau jika kondom tergulung saat Anda masih berhubungan seksual.

7. Glow-in–the-dark

Mungkin terdengar aneh seperti lelucon, tapi kondom ini adalah kondom model terbaru yang ada dipasaran. Pasti banyak yang betanya-tanya, apakah tipe kondom ini benar-benar aman untuk digunakan?

Ternyata kondom ini benar-benar bisa digunakan. Karena biasanya terbuat dari bahan lateks, mereka sama efektifnya dengan kondom-kondom yang lain. Semuanya tergantung pada pilihan masing- masing pribadi.

8. Kondom dengan berbagai pilihan rasa

Mirip dengan kondom sebelumnya ,semua ini hanya masalah pilihan  selera saja. Kondom ini hanya kondom lateks biasa yang tercakup didalamnya aroma rasa, membuatnya sama efektifnya dengan kondom-kondom lainya.


32 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Sanchez, Travis & Siegler, Aaron & Bekker, Linda-Gail & Sullivan, Patrick & Baral, Stefan & Dominguez, Karen & Kearns, Rachel & Yah, Clarence S. & Zahn, Ryan & Phaswana-Mafuya, Nancy. (2016). Preference for Variety of Condom Types in a Cohort of South African MSM from Port Elizabeth and Cape Town. 10.13140/RG.2.2.12148.14726. (https://www.researchgate.net/publication/314094629_Preference_for_Variety_of_Condom_Types_in_a_Cohort_of_South_African_MSM_from_Port_Elizabeth_and_Cape_Town)
Condoms: Get the Facts About Effectiveness. MedicineNet. (https://www.medicinenet.com/condoms/article.htm)
Maurizio Macaluso, Richard Blackwell, Denise J. Jamieson, Andrzej Kulczycki, Michael P. Chen, Rachel Akers, Dhong-jin Kim, Ann Duerr, Efficacy of the Male Latex Condom and of the Female Polyurethane Condom as Barriers to Semen during Intercourse: A Randomized Clinical Trial, American Journal of Epidemiology, Volume 166, Issue 1, 1 July 2007, Pages 88–96, https://doi.org/10.1093/aje/kwm046. Oxford Academic. (https://academic.oup.com/aje/article/166/1/88/135457)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app