GRACIA BELINDA
Ditulis oleh
GRACIA BELINDA
DR. KARTIKA MAYASARI
Ditinjau oleh
DR. KARTIKA MAYASARI

14 Mitos Virus Corona (Covid-19) Berdasarkan Data WHO

Dipublish tanggal: Apr 8, 2020 Update terakhir: Nov 10, 2020 Waktu baca: 8 menit
14 Mitos Virus Corona (Covid-19) Berdasarkan Data WHO

Ringkasan

Buka

Tutup

  • Ada beragam informasi keliru (hoaks) yang tersebar di masyarakat, padahal WHO dan lembaga kesehatan resmi terus memperbaharui informasi terkait Covid-19 secara berkala
  • Fakta: Cuaca panas ataupun cuaca adingin, paparan sinar matahari, mandi air panas, ataupun berkumur dengan air garam tidak terbukti efektif mencegah paparan virus Covid-19
  • Fakta: Belum ada obat atau vaksin khusus Covid-19. Penggunaan uji coba terhadap obat malaria, HIV, pneumonia, dan lainnya belum terbukti efektif membantu mengobati Covid-19
  • Fakta: Penggunaan cairan disinfektan hanya digunakan pada permukaan benda dan tidak diperbolehkan mengenai tubuh manusia terutama mata, kulit, dan mulut karena dapat menimbulkan iritasi kulit bahkan gangguan pernapasan jangka panjang
  • Fakta: Obat antibiotik tidak ampuh untuk melawan virus Covid-19, karena antibiotik bersifat antibakteri yang digunakan untuk melawan infeksi akibat bakteri bukan virus

Sejak mulai mewabahnya hingga ditetapkan sebagai pandemi oleh WHO, virus Corona (Covid-19) memang masih terus menjadi isu utama di hampir seluruh negara di dunia. Bagaimana tidak, kondisi ini tak hanya berdampak bagi kesehatan dan kemanusiaan saja, tetapi juga mempengaruhi berbagai aspek kehidupan termasuk dalam kebiasaan dan aktivitas sehari-hari. 

Beragam panduan dan aturan terkait Covid-19 terus diberikan oleh WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) dan lembaga kesehatan yang terkait di setiap negara untuk memastikan pencegahan dan penanganan Covid-19 yang lebih baik.

Iklan dari HonestDocs
Booking Klinik Pemeriksaan COVID-19 via HonestDocs

Dapatkan diskon hingga 70% paket covid-19 hanya dari HonestDocs. Klik dan booking sekarang!

Meski perkembangan informasi terus diperbaharui, tetapi tak bisa dipungkiri ada pula berbagai mitos atau hoaks seputar virus Corona (Covid-19) yang belum terbukti kebenarannya atau bahkan masih dalam tahap penelitian tetapi sudah beredar luas di masyarakat. 

Oleh karena itu, masyarakat diharapkan untuk ikut menangkal hoax tersebut dan memastikan kebenarannya terlebih dahulu ke sumber yang terpercaya dan kredibel. Karena informasi yang keliru justru bisa membahayakan diri sendiri maupun orang lain.

Baca juga: Berita Harian Virus Corona (Covid-19) Terbaru

14 Mitos Virus Corona (Covid-19) 

Berikut ini 14 mitos terkait virus Corona (Covid-19) yang sudah dikonfirmasi oleh WHO (Organisasi Kesehatan Dunia), antara lain:

1. Mitos: Sinar matahari atau suhu panas dapat mencegah paparan Covid-19

Belakangan ini aktivitas berjemur di bawah sinar matahari yang terik di siang hari cukup banyak dilakukan oleh sebagian besar orang. Apakah Anda juga melakukannya? Kebiasaan berjemur di bawah sinar matahari sebenarnya baik dan bermanfaat bagi terpenuhinya vitamin D alami tubuh untuk menjaga imunitas, akan tetapi hal tersebut lebih baik dilakukan di pagi hari sebelum jam 9 pagi.

Selain itu, paparan sinar matahari atau cuaca panas tidak terbukti mampu menahan laju penularan virus Covid-19. Hal ini terlihat dari adanya laporan kasus di beberapa negara yang cenderung memiliki suhu tinggi, termasuk Arab Saudi.

Iklan dari HonestDocs
Booking Klinik Pemeriksaan COVID-19 via HonestDocs

Dapatkan diskon hingga 70% paket covid-19 hanya dari HonestDocs. Klik dan booking sekarang!

2. Mitos: Virus Corona (Covid-19) tidak bisa disembuhkan

Dengan munculnya berita yang menyebutkan bahwa beberapa pasien di China kembali dinyatakan positif Covid-19 padahal sudah sembuh memang menimbulkan sedikit kekhawatiran. Tetapi terbukti ada ratusan ribu orang yang berhasil sembuh dan kembali beraktivitas normal setelah menjalani pengobatan dan perawatan. 

Maka dari itu, jika merasakan gejala Covid-19 seperti batuk, demam, ataupun sesak nafas, sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter atau rumah sakit untuk mendapatkan penanganan awal. Karena dengan bantuan pengobatan serta kemampuan sistem daya tahan tubuh akan membantu melawan penyakit serta meningkatkan peluang kesembuhan dan pemulihan yang lebih cepat. 

Baca juga: Fungsi Sistem Imun Tubuh dalam Melawan Virus Corona (Covid-19)

3. Mitos: Bisa menahan nafas tanpa batuk berarti terbebas dari Virus Corona (Covid-19) 

Di luar dari gejala demam dan batuk, salah satu gejala virus Corona (Covid-19) yang paling umum terjadi adalah sesak nafas. Bahkan kondisi yang cukup parah juga sering dikaitkan dengan gejala penyakit paru-paru lainnya, yaitu pneumonia. Oleh karena itu, latihan pernapasan yang dilakukan sendiri tanpa arahan yang benar justru bisa membahayakan diri sendiri karena dapat mengganggu sistem pernapasan.

Untuk memastikan keberadaan virus Covid-19 dalam tubuh sendiri perlu dilakukan pemeriksaan mendalam, seperti rapid test (termasuk pengambilan sampel darah) hingga tes laboratorium (termasuk tes swab pada tenggorokan), serta tes pemeriksaan lain dengan metode PCR (Polymerase Chain Reaction).

4. Mitos: Minuman beralkohol dapat mengurangi infeksi Covid-19 pada tubuh

Penggunaan kandungan alkohol pada cairan disinfektan ataupun antiseptik pada hand sanitizer memang berfungsi untuk membantu menangkal kuman ataupun virus yang menempel pada tangan atau benda. Tetapi alkohol tersebut tentu berbeda jenis dengan alkohol yang terdapat pada minuman beralkohol. 

Iklan dari HonestDocs
Booking Klinik Pemeriksaan COVID-19 via HonestDocs

Dapatkan diskon hingga 70% paket covid-19 hanya dari HonestDocs. Klik dan booking sekarang!

Berita minuman beralkohol yang dapat mencegah infeksi virus Corona (Covid-19) sudah dipastikan sebagai hoax, bahkan dengan mengonsumsi alkohol justru dapat menyebabkan keracunan alkohol serta meningkatkan risiko masalah kesehatan, seperti gangguan ginjal, penyakit jantung, hipertensi, hingga osteoporosis.

Baca juga: Dampak Minum Alkohol terhadap Kesehatan Ginjal

5. Mitos: Cuaca dingin dan mandi air panas dapat mencegah virus Covid-19

Hingga saat ini belum ada bukti yang menyatakan bahwa cuaca panas maupun cuaca dingin memiliki pengaruh terhadap penurunan tingkat penyebaran virus Covid-19. Suhu tubuh manusia sendiri dipantau hanya untuk mengetahui ada atau tidaknya salah satu gejala Covid-19 pada tubuh, yaitu demam.

Hal ini juga berlaku pada mitos lain, di mana aktivitas mandi air panas tidak akan memberikan efek apapun dalam mencegah paparan virus Corona (Covid-19). Justru dapat meningkatkan risiko kulit kering dan penurunan tekanan darah (hipotensi) yang bisa menyebabkan hilangnya kesadaran (pingsan) ataupun penyakit jantung.

6. Mitos: Penularan virus Covid-19 melalui gigitan nyamuk

Hasil penelitian terkait virus Corona (Covid-19) terus dilakukan, termasuk cara penularan dan penyebarannya. Yang paling umum terjadi adalah melalui droplet ketika penderita virus Corona (Covid-19) bersin, batuk, ataupun berbicara. 

Meski sempat beredar pemberitaan bahwa awal virus Corona ini muncul di China berasal dari kelelawar dan baru-baru ini seekor harimau juga didapati positif terjangkit Covid-19 akibat tertular dari pawangnya, tetapi belum ada bukti bahwa gigitan nyamuk dapat menjadi pembawa virus Covid-19. Tetapi yang perlu diwaspadai adalah gigitan nyamuk memang dapat menimbulkan penyakit seperti demam berdarah dan malaria.

7. Mitos: Mesin hand dryer efektif membunuh virus Covid-19 

Kebiasaan sehat terutama mencuci tangan dengan sabun dan air bersih memang menjadi salah satu cara pencegahan paling efektif dalam melawan virus Corona (Covid-19). Tetapi penggunaan hand dryer atau mesin pengering tangan tidak terbukti efektif dalam membunuh virus Covid-19. 

Meski dianggap praktis, tetapi ada baiknya setelah mencuci tangan dengan sabun dan air bersih cukup gunakan tisu untuk mengeringkan tangan. Karena penggunaan hand dryer yang membutuhkan waktu beberapa menit justru dapat meningkatkan potensi perpindahan ataupun penyebaran bakteri lain.

Hal ini juga berlaku pada penggunaan lampu ultraviolet (sinar UV) yang tidak tepat. Alih-alih dapat membersihkan dan mensterilkan tangan atau area kulit lainnya tetapi karena kandungan radiasi UV pada alat tersebut justru dapat meningkatkan risiko kerusakan kulit, seperti iritasi kulit bahkan kanker kulit.

8. Mitos: Thermal scanner ataupun termometer tembak efektif dalam mendeteksi virus Covid-19 

Pengecekan suhu tubuh melalui thermal scanner maupun termometer tembak seringkali dijumpai di seluruh tempat umum, seperti kantor, mal, rumah sakit, dan fasilitas publik lainnya terutama dalam masa pandemi Covid-19.

Hal tersebut bertujuan untuk melakukan pengecekan suhu tubuh di mana suhu tubuh yang tinggi atau demam merupakan salah satu gejala atau indikasi terjadinya infeksi Covid-19. Namun penggunaan thermal scanner maupun termometer tembak terkadang juga kurang efektif dan tidak dapat sepenuhnya mendeteksi penderita Covid-19 yang mungkin tidak memiliki gejala demam apalagi masa inkubasi yang dibutuhkan berkisar antara 2-14 hari.

Baca juga: Mengapa Hasil Pemeriksaan Suhu Tubuh dengan Termometer Terasa Tidak Akurat?

9. Mitos: Penyemprotan disinfektan yang mengandung alkohol pada tubuh dapat membunuh virus Covid-19 

Cairan disinfektan yang mengandung alkohol dan senyawa kimia lainnya dianggap efektif dalam membunuh virus, tetapi penggunaannya sering disalahgunakan. Disinfektan seharusnya hanya digunakan pada permukaan benda tetapi tidak boleh mengenai tubuh manusia karena zat yang terkandung di dalamnya justru bisa berbahaya bagi kesehatan, terutama kulit, mulut, dan mata karena dapat menimbulkan iritasi.

Selain itu, penggunaan bilik disinfektan (chamber) yang belakangan ini marak disediakan di berbagai ruang publik juga tidak direkomendasikan oleh WHO. Hal tersebut dikarenakan bahan kimia pada disinfektan umumnya bersifat karsinogenik atau beracun dan ketika dihirup maka dapat menimbulkan gangguan pernapasan jangka panjang.

10. Mitos: Vaksin atau obat pneumonia dapat digunakan untuk mengatasi virus Covid-19 

Hingga saat ini memang belum ditemukan obat ataupun vaksin khusus Covid-19. Tetapi beberapa penelitian terus diupayakan untuk menemukan cara pengobatan sementara yang efektif dalam menangani gejala Covid-19, termasuk obat berbagai jenis penyakit lain yang mungkin ampuh dalam mengobati virus Corona (Covid-19).

Obat pneumonia, obat influenza, obat HIV, obat malaria, hingga beberapa obat lainnya sudah pernah diujicobakan tetapi tidak berhasil. Hal ini disebabkan virus Covid-19 termasuk jenis virus baru, walau termasuk ke dalam golongan virus Corona, tetapi Covid-19 memiliki sifat dan karakteristiknya tersendiri sehingga membutuhkan vaksin yang berbeda pula.

Baca juga: Obat Virus Corona yang Diklaim Ampuh Redakan Gejala

11. Mitos: Penggunaan air garam ampuh mencegah paparan virus Covid-19 

Penggunaan air garam dengan cara berkumur ataupun untuk membersihkan hidung secara rutin sekalipun tidak akan efektif dalam mencegah infeksi virus Covid-19. Beberapa penelitian walau masih terbatas memang menemukan manfaat air garam akan mempercepat pemulihan saat flu, tetapi hal ini belum terbukti pada pencegahan infeksi pernapasan seperti virus Corona (Covid-19). 

12. Mitos: Konsumsi bawang putih dapat mencegah infeksi Covid-19 

Bawang putih yang biasa digunakan dalam berbagai jenis makanan memang memiliki beragam manfaat bagi kesehatan, termasuk mencegah penyakit kanker dan gangguan sistem pencernaan. Bahkan bawang putih yang juga dikenal sebagai obat herbal alami juga dipercaya memiliki sifat antimikroba. Namun belum ada bukti yang jelas bahwa bawang putih dapat melindungi tubuh dari paparan virus Covid-19.

13. Mitos: Virus Covid-19 hanya terjadi pada orang yang lanjut usia

Kenyataan itu tidaklah tepat. Setiap orang memiliki kemungkinan untuk terinfeksi virus Corona (Covid-19), baik anak-anak, orang dewasa, maupun orang lanjut usia. Tetapi orang yang paling rentan menderita penyakit ini adalah mereka yang memiliki sistem imun yang lemah, termasuk ibu hamil dan orang dengan riwayat penyakit tertentu.

Penderita penyakit medis seperti penyakit jantung, diabetes, dan asma akan lebih mudah mengalami infeksi Covid-19, tetapi hal tersebut juga bergantung pada tingkat keparahan penyakit bawaan itu sendiri. Khusus bagi penderita asma yang juga termasuk dalam gangguan saluran pernapasan, persiapan inhaler dan obat asma menjadi sangat penting jika secara mendadak mengalami sesak nafas.

Baca juga: Risiko Virus Corona pada Penderita Asma

14. Mitos: Obat antibiotik ampuh mencegah dan mengobati Covid-19

Antibiotik sendiri adalah obat antibakteri yang digunakan untuk mengatasi infeksi akibat bakteri. Bakteri dan virus sendiri merupakan mikroorganisme berbeda dan Covid-19 sendiri merupakan salah satu jenis virus bukan bakteri. Oleh karena itu, penggunaan antibiotik tidak akan ampuh melawan virus Covid-19.

Selain itu, pengobatan juga harus didasarkan pada gejala yang dialami selama menderita virus Corona (Covid-19). Jika mengalami demam, ada baiknya untuk mengonsumsi obat paracetamol dibandingkan ibuprofen, kecuali atas anjuran dokter. Setiap penggunaan obat juga sebaiknya tidak dikonsumsi sembarangan dan mengikuti aturan pakai dengan dosis yang tertera pada kemasan obat atau resep dokter.

Jaga kebersihan diri sendiri dan orang terdekat dari virus Corona (Covid-19) dengan rajin cuci tangan dengan sabun, kenakan masker pelindung, gunakan tisue ketika bersin atau batuk, dan hindari tempat keramaian. Jangan lupa untuk tetap menjaga kesehatan dengan mengonsumsi makanan sehat dan bergizi, berolahraga, istirahat cukup, dan minum air putih serta multivitamin.

Jika mengalami gejala seperti demam, batuk, bersin, atau kondisi lainnya, sebaiknya segera memeriksakan diri ke rumah sakit terdekat untuk mendapat penanganan. 
Untuk informasi atau laporan mengenai kasus Covid-19, bisa melihat di website resmi www.covid19.go.id atau menghubungi hotline Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) khusus COVID-19 di nomor 119 ext. 9. Pencegahan dan penanganan awal akan membantu mengurangi risiko bahaya atau komplikasi yang lebih parah.

Sekilas Mengenai Covid-19

Covid-19 atau penyakit yang disebabkan oleh virus Corona telah menyebar ke berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Virus tersebut dapat menyebabkan gangguan pernapasan dengan gejala demam, batuk, bersin, sakit kepalasesak nafas, nyeri dada, hingga menyebabkan pingsan. 

Penularan virus bisa terjadi melalui batuk atau bersin, bersentuhan dengan penderita, serta menyentuh benda yang telah terkontaminasi karena virus dapat bertahan hingga 24 jam di permukaan benda. Untuk mencegah penyebaran virus Corona, sangat penting untuk menjaga kesehatan dan kebersihan diri.

Baca selengkapnya: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Coronavirus

4 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
CDC. Know the facts about coronavirus disease 2019. (https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/daily-life-coping/share-facts.html)
Cleveland Clinic. 5 Common COVID-19 Myths, Busted. (https://health.clevelandclinic.org/5-common-covid-19-myths-busted/)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app