Detak Jantung Normal Per Menit Pada Anak dan Dewasa

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca: 3 menit
Detak Jantung Normal Per Menit Pada Anak dan Dewasa

Detak jantung normal bervariasi dari orang ke orang, tetapi kisaran normal untuk orang dewasa adalah 60 hingga 100 kali per menit. Sedangkan denyut jantung normal pada anak-anak lebih cepat dari dewasa, dengan angka yang lebih spesifik berdasarkan usia.

Selain faktor usia, frekuensi detak atau denyut jantung per menit juga dipengaruhi oleh ukuran tubuh, kondisi jantung, aktifitas fisik saat penghitungan, penggunaan obat dan bahkan suhu udara. Faktor emosi juga dapat memengaruhi; misalnya, saat merasa senang atau takut dapat meningkatkan detak jantung.

Semakin bugar seseorang, frekuensi denyut jantung per menit akan lebih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa otot-otot jantungnya bekerja dengan lebih efisien, hanya dengan sedikit denyutan saja sudah cukup memenuhi suplai darah tubuh. Sebagai contoh pada seorang atlet yang terlatih, mereka hanya memiliki detak jantung istirahat 40 hingga 60 kali per menit.

Kuncinya adalah latihan atau aktifitas fisik, karena otot jantung memiliki sifat yang mirip dengan otot-otot tubuh lainnya, yakni semakin dilatih akan semakin kuat. Jika sudah kuat, maka detak jantung normal permenit nya akan lebih rendah.

Detak jantung per menit dapat dihitung dengan cara meraba nadi

Apa yang dimaksud dengan detak jantung istirahat?

Denyut jantung istirahat adalah denyut nadi saat Anda duduk atau berbaring dengan tenang. Sebaiknya mengukur detak jantung istirahat ini di pagi hari sebelum bangun dari tempat tidur.

Untuk orang dewasa berusia 18 tahun ke atas, denyut jantung istirahat yang normal adalah antara 60 hingga 100 kali per menit, tergantung pada kondisi fisik dan usia seseorang. Untuk anak-anak usia 6 hingga 15 tahun, detak jantung istirahat normal adalah antara 70 hingga 100 kali permenit.

Khusus bagi anak-anak, perhatikan tabel detak jantung normal per menit berdasarkan usia di bawah ini:

<td>Usia
<%47107209027360%>Detak jantung normal per menit
<%47107209027140%>0 - 3 bulan

107 - 181 kali
3 - 6 bulan 104 - 175 kali
6 - 9 bulan 98 - 168 kali
9 - 12 bulan 93 - 161 kali
12 - 18 bulan 88 - 156 kali
18 - 24 bulan 82 - 149 kali
2 - 3 tahun 76 - 142 kali
3 - 4 tahun 70 - 136 kali
4 - 6 tahun 65 - 131 kali
6 - 8 tahun 59 - 123 kali
8 - 12 tahun 52 - 115 kali
12 - 15 tahun 47 - 108 kali
15 - 18 tahun 43-104 kali

Baca: Kapan Denyut Jantung Janin Bisa Terdeteksi?

Jika detak jantung tidak normal ...

Detak jantung yang lebih rendah dari 60 tidak berarti menunjukkan adanya masalah medis. Orang yang aktif sering kali memiliki detak jantung yang lebih rendah karena otot jantungnya kuat, tidak perlu bekerja keras untuk mempertahankan tekanan darah yang stabil.

Atlet dan orang yang sangat bugar dapat memiliki detak jantung istirahat hanya 40 kali per menit.

Denyut jantung istirahat yang lebih rendah dari 60 juga bisa terjadi akibat minum obat tertentu. Banyak obat-obatan yang dikonsumsi, terutama obat untuk tekanan darah, seperti beta blockers, yang akan menurunkan detak jantung.

Oleh sebab itu, apabila detak jantung rendah disertai dengan gejala, maka itu bukanlah kondisi normal, alias bermasalah. Misalnya sering mengeluh pusing, atau badan terasa lemah.

Adapun detak jantung istirahat yang tinggi, katakanlah di atas 100 kali per menit (takikardia), maka dapat menyebabkan terlalu banyak tekanan pada jantung dan organ lain. Terlebih ketika disertai dengan gejala lain, seperti gemetaran, jantung berdebar-berdebar dam sebagainya.

Takikardia umumnya disebabkan ketika sinyal listrik di ruang atas jantung menyala secara tidak normal. Jika denyut jantung lebih dekat ke 150 kali per menit atau lebih tinggi, itu adalah kondisi yang dikenal sebagai supraventricular tachycardia (SVT). Dalam SVT, sistem kelistrikan jantung, yang mengendalikan denyut jantung, sudah rusak.

Tips Menurunkan Detak Jantung di Atas Normal (cepat)

Denyut jantung bisa melonjak karena gugup, stres, dehidrasi dan kelelahan. Duduk dan mengambil napas dalam secara perlahan biasanya dapat menurunkan detak jantung. Berolahraga dan senantiasa menjalani pola hidup sehat juga sangat penting dalam menurunkan denyut jantung.

Jika detak jantung melonjak di atas normal saat olahraga, maka pendinginan sangatlah penting. Karena pada saat jantung berdetak lebih cepat, suhu tubuh akan lebih tinggi dan pembuluh darah melebar, berhenti terlalu cepat dapat menyebabkan rasa sakit atau bahkan pingsan.

Pendinginan yang baik adalah dengan berjalan santai dan melakukan peregangan. Peregangan membantu mengurangi penumpukan asam laktat, yang menyebabkan kram dan otot kaku.

Ikuti kiat-kiat ini untuk menurunkan detak jantung tinggi dengan aman:

  • Jalan kaki selama sekitar 5 menit, atau hingga detak jantung turun di bawah 120 denyut per menit.
  • Regangkan, dan tahan setiap regangan 10 hingga 30 detik. Jika dirasa membutuhkan lebih banyak regangan, lakukan di sisi tubuh lainnya.
  • Peregangan harus kuat, tetapi tidak menyakitkan.
  • Bernapaslah saat melakukan peregangan. Buang napas saat mulai meregang, dan tarik napas saat menahan regangan.

Baca juga: Cara Mengatasi Jantung Berdebar Tanpa Obat

Bagaimana cara mengukur detak jantung?

Tempat termudah untuk mengukur detak jantung adalah dengan meraba nadi pada area di bawah ini:

  • pergelangan tangan
  • di dalam siku
  • sisi leher
  • atas kaki

Untuk pembacaan yang akurat, letakkan dua jari (telunjuk dan tengah) di salah satu area ini dan hitung jumlah denyutan selama 60 detik. Jika dirasa terlalu lama, Anda juga dapat melakukannya hanya selama 20 detik dan kemudian hasilnya dikalikan dengan tiga. Bandingkan hasilnya dengan standar detak jantung normal per menit seperti di atas.


13 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app