Apakah Madu Aman Dikonsumsi Oleh Penderita Diabetes?

Namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa mengkonsumsi madu dalam jumlah sedang, mungkin bermanfaat bagi mereka yang menderita diabetes tipe 2. Mengherankan bukan? Untuk lebih jelasnya, mari disimak artikel yang satu ini.
Dipublish tanggal: Agu 31, 2019 Update terakhir: Nov 10, 2020 Tinjau pada Mar 30, 2020 Waktu baca: 3 menit
Apakah Madu Aman Dikonsumsi Oleh Penderita Diabetes?

Tentunya kita sering mendengar bahwa penderita diabetes tidak boleh mengkonsumsi terlalu banyak makanan manis karena dapat menyebabkan lonjakan gula darah. Namun apakah madu dapat menjadi alternatif yang menyehatkan daripada gula dalam permen dan makanan ringan?

Tingkat glukosa seseorang, atau gula darah, mengacu pada seberapa banyak gula dalam aliran darah. Gula adalah sumber energi utama tubuh. 

Pankreas mengeluarkan insulin, yang merupakan hormon yang bekerja untuk menjaga gula darah pada tingkat yang aman dengan memindahkan gula yang berada di dalam aliran darah ke dalam sel. 

Pada orang dengan diabetes, tubuh tidak dapat menggunakan insulin dengan benar atau tidak dapat memproduksi insulin dalam kadar yang cukup.  

Sehingga pada orang dengan diabetes disarankan untuk tidak mengkonsumsi terlalu banyak makanan yang mengandung gula karena gula yang tidak dipindahkan ke dalam sel akan menumpuk di dalam aliran darah dan menyebabkan komplikasi masalah kesehatan lebih lanjut.

Namun bagaimana dengan madu? Jika dinilai dari rasanya yang manis, tentu saja semua orang berasumsi bahwa madu mengandung kadar gula yang cukup tinggi.

 Namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa mengkonsumsi madu dalam jumlah sedang, mungkin bermanfaat bagi mereka yang menderita diabetes tipe 2. Mengherankan bukan? Untuk lebih jelasnya, mari disimak artikel yang satu ini.

Kandungan gizi yang terkandung di dalam madu

Madu mentah adalah nektar bunga yang secara alami terurai menjadi gula sederhana, yang disimpan oleh lebah di sarang madu. Sarang madu menyebabkan nektar menguap, menghasilkan cairan yang kental dan manis yang kita kenal sebagai madu.

Madu, seperti jenis gula lainnya, adalah sumber karbohidrat yang padat. Sebagian besar karbohidrat ini dalam bentuk glukosa dan fruktosa, yang merupakan gula sederhana. Namun tidak seperti gula biasa seperti gula putih murni, madu mengandung vitamin, mineral, dan antioksidan yang mungkin bermanfaat bagi tubuh.

Madu olahan vs madu alami

Sebagian besar madu yang tersedia di pasaran saat ini adalah madu olahan yang mengandung tinggi gula dan telah kehilangan khasiat alaminya. Namun, madu alami yang masih mengandung vitamin, mineral dan antioksidan dapat memberikan manfaat tersendiri bahkan bagi penderita diabetes. 

Menurut penelitian pada tahun 2018 yang diterbitkan dalam Oxidative Medicine and Cellular Longevity, madu alami dapat membantu menurunkan atau menjaga kadar glukosa darah.

Para peneliti menghubungkan ini dengan skor indeks glikemik (GI) yang lebih rendah dan kemampuannya untuk mengurangi penanda inflamasi dan meningkatkan kadar kolesterol

Namun yang perlu Anda ingat adalah, dokter tidak akan merekomendasikan untuk beralih ke madu sebagai satu-satunya taktik manajemen diabetes seseorang. Karena mengkonsumsi madu tidak dapat menggantikan penggunaan obat atau praktik gaya hidup sehat.

Manfaat madu alami bagi penderita diabetes

Beberapa penelitian telah menemukan bahwa mengkonsumsi madu yang masih alami dapat meningkatkan kadar insulin dan menurunkan kadar gula darah.

1. Mengkonsumsi madu dapat menurunkan kadar gula darah

Sebuah studi yang dilakukan pada tahun 2004 meneliti efek madu dan gula terhadap kadar glukosa darah. Penelitian tersebut menemukan bahwa madu dapat meningkatkan kadar insulin. 

Hal ini menjelaskan meskipun kadar gula darah meningkat pada kedua kelompok, tetapi kadar gula darah pada kelompok madu lebih rendah dibandingkan dengan kelompok yang mengkonsumsi gula.

2. Efek madu terhadap mekanisme diabetes melitus tipe 2

Sebuah ulasan yang diterbitkan pada tahun 2017 juga mengeksplorasi hubungan antara madu dan glukosa darah pada penderita diabetes. Para penulis menemukan bahwa madu memiliki efek sebagai berikut:

  • Madu menurunkan glukosa serum puasa, yang diukur dokter setelah seseorang berpuasa setidaknya 8 jam.
  • Mengkonsumsi madu dapat meningkatkan kadar C-peptida puasa, yang membantu pankreas mengetahui berapa banyak insulin yang dikeluarkan dan memainkan peran penting dalam menjaga kadar gula darah stabil dalam kisaran yang sehat.
  • Meningkatkan kadar C-peptida postprandial 2 jam, yang menunjukkan jumlah peptida setelah seseorang makan.

3.   Efek terapi madu di masa depan

Pada tahun 2012, sebuah studi yang melibatkan 50 orang dengan diabetes tipe 1 menemukan bahwa, dibandingkan dengan sukrosa, madu lebih kecil kemungkinannya untuk menyebabkan peningkatan kadar gula darah. 

Tim peneliti menyimpulkan bahwa madu mungkin, suatu hari, memiliki peran dalam mengobati sel beta pankreas, yang bertanggung jawab untuk memproduksi insulin.

Pada tahun 2018, sebuah tinjauan studi menyimpulkan bahwa madu mungkin berguna untuk mengobati diabetes tipe 2, karena mungkin memiliki efek hipoglikemik. Dengan kata lain, mengkonsumsi madu dapat membantu menurunkan gula darah.

Namun, para peneliti mengingatkan bahwa mengkonfirmasikan efek ini dan menetapkan dosis yang menguntungkan akan membutuhkan lebih banyak penelitian pada manusia dan penyelidikan jangka panjang.

Kesimpulannya

Walaupun madu dinilai memiliki berbagai manfaat terhadap penderita diabetes, Para peneliti mencatat bahwa partisipan dalam kelompok penderita diabetes yang rutin mengkonsumsi madu mengalami peningkatan hemoglobin A1c, yang menunjukkan kenaikan kadar glukosa darah jangka panjang. 

Oleh karena itu parah ahli menyarankan untuk mengkonsumsi madu secara bijak, khususnya jika Anda memiliki riwayat diabetes. 


12 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Vallianou NG, et al. (2014). Honey and its anti-inflammatory, anti-bacterial, and anti-oxidant properties. (https://www.longdom.org/open-access/honey-and-its-anti-inflammatory-anti-bacterial-and-anti-oxidant-2327-5146.1000132.pdf)
Samarghandian S, et al. (2017). Honey and health: A review of recent clinical research. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5424551//)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app