Tips Menghentikan Kebiasaan Menghisap Jempol Pada Anak

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca: 5 menit
Tips Menghentikan Kebiasaan Menghisap Jempol Pada Anak

Bagi bayi, kebiasaan mengisap jempol merupakan gerak reflek alami yang mereka lakukan untuk menenangkan diri atau meredakan stres. Namun bila kebiasaan ini tak segera dihentikan hingga usia balita, kanak-kanak, atau bahkan dewasa, maka akan semakin sulit untuk menghilangkannya.

Masalahnya, menghentikan kebiasaan menghisap jempol ini bukanlah hal mudah apalagi jika buah hati sangat aktif melakukannya. Belum lagi, para ahli pun menyarankan agar bunda melakukannya dengan lembut dan penuh kesabaran.

Tak lain karena beberapa fakta menunjukkan semakin dilarang keras, anak akan semakin berontak dan lebih agresif lagi dalam mengisap jempolnya. Karenanya, coba praktekkan beberapa tips menghentikan kebiasaan mengisap jempol pada anak berikut ini.

Tips menghentikan kebiasaan mengisap jempol pada anak kecil

1. Selidiki potensi masalahnya

Seperti disebutkan tadi, bahwa sah-sah saja untuk bayi mengisap jempolnya, karena itu merupakan gerak refleks. Kebanyakan anak toh biasanya sudah berhenti melakukannya sebelum TK.

Namun demikian, jika bunda mendapati potensi masalah berikut, maka kebiasaan menghisap jempol perlu segera dihentikan.

  • Gigi – bila tetap dilakukan setelah umur 5 tahun, kebiasaan mengisap jempol ini dapat menyebabkan gigi anak jadi tonggos.
  • Sosial – anak yang masih suka mengisap jempolnya rawan jadi korban bully oleh lingkungan sekitar.
  • Kesehatan – terus-menerus mengisap jempol dapat menyebabkan kulit jempol rusak dan menghambat pertumbuhan kuku. Lebih dari itu, kebiasaan ini juga bisa menyebabkan jempol sakit karena infeksi yang menyerang area bawah atau sekitar kuku.

2. Cari tahu pemicunya

Kebanyakan anak mengisap jempolnya hanya di waktu tertentu saja, misalnya sebelum tidur atau saat berada dalam mobil. Ada pula anak yang melakukannya ketika mereka marah atau terluka.

Tugas bunda adalah mencari tahu apa yang memicu anak mengisap jempolnya. Dengan begitu, bunda bisa menawarkan alternatif pelarian lain padanya. Misalnya kalau anak selalu mengisap jempolnya kapanpun ia marah, maka tarik keluar perlahan jempol dari mulutnya, lalu berikan pelukan atau kata-kata positif untuk membantu mereka mengatasi emosinya.

3. Tawarkan alternatif lain

Karena anak mengisap jempol supaya merasa nyaman, maka ketika bunda berusaha menghentikannya, ia akan merasa lebih stres. Ketimbang menyuruhnya berhenti secara terang-terangan, berikan aktivitas lain yang dapat membuatnya teralihkan, senang, dan tenang. Hindari mengandalkan benda tertentu karena itu bisa hilang atau terlupakan.

4. Nasihati dengan lembut

Anak bisa saja tidak sadar ketika mengisap jempolnya. Untuk ini, bunda bisa mengingatkannya dengan lembut. Hindari berbicara kasar, marah, atau bahkan menyerang/ mempermalukan mereka di hadapan saudara atau orang lain.

Bunda bisa menggunakan kode bahasa tubuh tertentu yang mudah dipahami untuk mengingatkan anak agar berhenti mengisap jempolnya. Memberikan kode semacam ini takkan membuat anak malu di hadapan orang lain.

5. Berikan reward

Anak kecil suka sekali dengan reward sehingga bunda pun bisa memanfaatkannya untuk menghentikan kebiasaan mengisap jempol buah hati. Bunda tinggal merancang sistem pemberian reward-nya saja sehingga bisa melacak progresinya, buat yang simple agar anak juga mengerti cara kerjanya.

Contoh, tempelkan stiker di kalender ketika anak berhasil tidur tanpa mengisap jempolnya lebih dulu. Dan di akhir minggu, berikan ia reward atau hadiah khusus, misalnya mainan kecil atau bacakan buku cerita yang baru.

Jelaskan pula padanya kalau mengisap jempol itu tidaklah salah, hanya saja itu bukanlah sesuatu yang dilakukan lagi oleh anak yang usianya lebih besar. Ini akan membuat mereka mengerti mengapa mereka menerima reward.

6. Konsisten itu harus

Sama seperti pada orang dewasa, butuh yang namanya konsistensi bila ingin mengubah suatu kebiasaan. Kalau bunda memutuskan menggunakan metode reward tadi, lakukanlah dengan konsisten.

Jangan hari ini lupa mengamati, besok ingat lagi. Memang mungkin agak merepotkan pada mulanya, apalagi kalau tak ada perubahan berarti dari sang anak, namun jangan menyerah ya bun.

Tips menghentikan kebiasaan mengisap jempol pada anak yang lebih besar

1. Diskusikan soal kebiasaan ini

Anak yang usianya lebih besar biasanya sudah bisa diajak diskusi. Jadi ajak mereka duduk dan jelaskan apa saja dampak buruk mengisap jempol terhadap gigi dan bagaimana itu bisa membuatnya rawan jadi bahan ejekan. Tanyakan padanya bagaimana rasanya bila hal buruk tersebut sampai menimpa mereka.

Bunda juga harus menawarkan jalan keluar selain mengisap jempol, dengan begitu anak tahu apa yang mesti mereka perbuat saat marah, stres, atau lelah. Metode bicara dari hati ke hati ini lebih baik ketimbang mengancamnya, mempermalukannya, atau berbicara kasar padanya.

2. Bantu ia melewati masa sulit

Jika tidak diajarkan metode pelarian lainnya, maka anak akan mengisap jempolnya untuk menenangkan diri. Untuk ini bunda bisa mengajarkan teknik relaksasi sederhana, misalnya seperti tarik nafas dalam sambil menutup mata dan membayangkan kalau mereka sedang berada di taman indah.

3. Bungkus jempolnya

Rasa jempol yang ditutupi takkan sama seperti jempol dalam keadaan ‘telanjang’. Ini membuat banyak anak berhenti mengisap jempolnya. Bunda bisa menggunakan plester, boneka jari, atau lainnya.

Kalau anak cenderung melakukannya sebelum tidur, bungkus tangannya dengan sarung tangan. Yang penting, jangan tutupi jempolnya sepanjang waktu, cukup lakukan di waktu ketika ia rawan mengisap jempolnya saja.

4. Minta bantuan dokter

Biasanya anak lebih taat kalau mendengar nasihat orang lain ketimbang orang tuanya sendiri karena adanya rasa segan. Kalau bunda sudah coba cara ini-itu, tapi anak masih saja keras kepala, maka tak ada salahnya minta bantuan dokter. Anak mungkin akan lebih dengar-dengaran terhadap sosok dengan jas putih itu. Bunda juga bisa minta dokter memasangkan mouth guard sehingga keinginan anak untuk mengisap jempolnya jadi menurun.

5. Abaikan perilaku caper

Anak bisa saja mengisap jempolnya dengan sengaja untuk mencari perhatian orang tuanya. Biasanya mereka akan pamer soal ini – “bu, lihat!” - lalu mereka mulai mengisap jempolnya. Mereka sangat suka sekali ketika melihat bunda frustrasi dan marah. Kalau ini memang kondisinya, maka abaikan dan jangan bereaksi.

Tips menghentikan kebiasaan mengisap jempol pada remaja atau orang dewasa

Pada dewasa, memang agak sulit untuk menghentikan kebiasaan menghisap jempol, karena biasanya remaja dan orang dewasa sudah bisa membuat keputusan sendiri. Jadi perubahan hanya mungkin dilakukan kalau mereka mau saja.

Soal caranya, ada beberapa yang bisa dicoba:

  • Ketahui penyebabnya – ada alasan mengapa kebiasaan ini masih terus dilakukan hingga dewasa. Dengan mengetahui penyebabnya, maka akan lebih mudah untuk menghentikannya.
  • Gunakan benda – misalnya dengan memasang cincin di jempol, memakai sarung tangan, dll.
  • Cari alternatif pelarian lain – contoh bergabung dalam kelas yoga kalau stres adalah penyebabnya, dll.
  • Hisap benda lainnya, permen misalnya.
  • Buat tangan tetap sibuk, dengan memegang mainan squishy yang kini sedang booming contohnya.
  • Cari bantuan dokter.
  • Sabar – ya butuh waktu untuk mematahkan sebuah kebiasaan lama yang terasa nyaman. Jadi sabarlah kalau itu tak bisa hilang dalam waktu semalam.

Jadi itulah tadi beberapa tips menghentikan kebiasaan mengisap jempol pada anak sesuai usianya. Semoga membantu!


12 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app